Konten Media Partner

Membangun Perdamaian dengan Pendekatan Filantropi

31 Mei 2022 18:57 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Kenalkan Gerakan 'Amal' Cegah Bibit Ekstrimisme Agama Pada Mahasiswa Baru
Dialog kebangsaan bertajuk Gerakan Filantropi Perdamaian yang digagas BEM UMM, Cangkir Opini, dan Lazizmu Jatim di UMM, pada Selasa (31/5/2022). Foto: Ulul Azmy
zoom-in-whitePerbesar
Dialog kebangsaan bertajuk Gerakan Filantropi Perdamaian yang digagas BEM UMM, Cangkir Opini, dan Lazizmu Jatim di UMM, pada Selasa (31/5/2022). Foto: Ulul Azmy
MALANG - Perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan dituntut proaktif mencegah tumbuhnya paham radikalisme dari kalangan mahasiswa.
ADVERTISEMENT
Fenomena keterlibatan mahasiswa dalam jaringan terorisme ini, baru saja terungkap di salah satu universitas negeri di Kota Malang, Jawa Timur.
Masalah ini kemudian menjadi pembicaraan hangat di setiap sivitas akademik. Hingga kemudian BEM Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dengan Cangkir Opini dan Lazizmu Jawa Timur menggelar dialog kebangsaan bertajuk "Gerakan Filantropi Perdamaian", di Convention Hall UMM, pada Selasa (31/5/2022).
Dalam dialog edukatif ini, dihadirkan langsung eks Napi Teroris (napiter), Ust Jack Harun; Ketua Lazizmu Jatim, Zainul Muslimin; Akademisi, Hasnan Bachtiar; dan Kemenag Jatim, Supriyadi.
Diskusi membahas narasi seputar kegiatan filantropis yang diharapkan mengikis bibit ideologi ekstrimisme agama.
Ketua Lazizmu Jatim, Zainul Muslimin menuturkan kegiatan filantropi sendiri selaras dengan prinsip kemanusiaan dan kesejahteraan sosial. Pendeknya, kedudukan gerakan filantropi dalam semangat perdamaian ini sangat lekat.
ADVERTISEMENT
''Juga kegiatan ini bisa dilakukan siapa saja, di mana saja. Saya percaya lewat kegiatan filantropi ini juga adalah bentuk perjuangan terhadap agama, untuk saling bermanfaat sesama umat,'' ungkapnya.
Zainul memaparkan semangat filantropi berkaitan dengan masalah kemiskinan, pendidikan, dan kesenjangan sosial.
Menurut dia, kesenjangan selalu menciptakan kecemburuan sosial. Di saat itulah individu merasa ada ketidakadilan sehingga mudah terprovokasi paham-paham yang tidak dianjurkan agama.
''Di situasi seperti inilah yang kerap dimanfaatkan oleh oknum organisasi radikal-ekstrimis sebagai alat memecah belah bangsa. Dari sini, kegiatan filantropi bisa jadi solusinya dan perlu digalakkan lebih luas,'' harapnya.
Lebih lanjut, kegiatan filantropi ini ke depannya tetap harus dikawal. Ini mengingat banyak juga organisasi ektremis memanfaatkan dana sedekah atau infaq untuk menghidupi kegiatan mereka. Baiknya, para muzaki menyalurkan amalnya kepada lembaga yang jelas dan berizin.
ADVERTISEMENT
Lembaga amal yang jelas dan berizin sudah pasti punya tujuan memecah kesenjangan sosial yang jelas. Bahkan lembaga itu juga harus memberi pendampingan agar penerima dana infaq itu ke depan justru berbalik menjadi muzaki.
''Itulah sejatinya tujuan ada lembaga amal. Mereka harus mengatasi persoalan sosial, bahkan sampai menolong umat dari jeratan rentenir sekalipun,'' kata dia.
Tipologi gerakan organisasi radikal yang ikut galang dana memanfaatkan sisi filantropis masyarakat ini juga diamini Jack Harun atau nama aslinya Joko Tri Hermanto. Dia adalah eks napiter, anak buah Noordin M Top dan Dr Azhari yang terlibat merakit timer bom dalam aksi Bom Bali I 2002 silam.
Dari pengalaman kelamnya tersebut, Jack Harun memaparkan bagaimana organisasi ini masih terus bergerilya menyebarkan paham ekstremis hingga saat ini. Termasuk lewat kegiatan amal-amal keliling.
ADVERTISEMENT
Di saat yang tepat, mereka juga kerap menebar opini jihad kepada masyarakat lewat dalih penebusan dosa. Banyak dari kalangan preman hingga pengangguran terjebak dalih ini. Dan kini, ada media sosial yang semakin membantu mereka menyebarluaskan teror tersebut.
''Mereka bisa jadi keliling bawa kotak amal. Mereka juga bisa hadir di akun-akun media sosial dengan nama anonim. Mereka terus bergerak sampai saat ini. Maka dari itu kita juga perlu bergerak, menebar semangat yang positif untuk perdamaian bangsa,'' ajaknya.
Kegiatan filantropi, kata dia, juga menjadi alat yang tepat untuk membangun perdamaian. Kendati begitu, niat baik juga perlu dibarengi nalar kritis agar tidak disalahgunakan.
Jack Harun sangat mewanti-wanti generasi muda atau mahasiswa yang memiliki keinginan kuat membantu orang untuk tidak asal memberikan sumbangan kepada orang atau lembaga yang tidak jelas. Untuk membedakannya memang tidak ada identifikasi khusus.
ADVERTISEMENT
''Makanya harus kritis dan selektif. Tanyakan saja langsung ke orangnya atau cari di internet asal usul lembaganya, kalau tidak jelas mending tidak usah,'' pesannya.
Sementara itu, Akademisi UMM, Hasnan Bachtiar menambahkan bahwa gerakan filantropi harus diiringi semangat keagamaan yang moderat. Di mana agama harus mampu berafiliasi dengan banyak aspek lain di luarnya seperti sosial budaya.
Sementara, banyak juga kelompok ekstremis atau puritan yang memahami dalil-dalil hanya secara tekstual sehingga dalam memaknai dalil harus dilakukan dengan interpretatif agar tidak mudah menghukumi orang lain.
''Lewat dialog, kita berusaha menjadikan gerakan filantropi sebagai salah satu pencegahan agar tidak disalahgunakan pihak-pihak tertentu, khususnya mengambil manfaat untuk memperluas ajaran keagamaan yang ekstrem dengan dalih sedekah atau infaq,'' pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Harapan senada dikatakan Ketua BEM UMM, Harisuddin, agar mahasiswa sebagai agen masyarakat seyogyanya tidak sampai terpengaruh dalam paham ideologis yang radikal. Jika memang ingin banyak belajar dan mendalami agama, sebaiknya perlu ada guru.
''Setidaknya belajar bareng sama teman sesama mahasiswa. Bisa di organisasi intra, itukan wadah belajar bareng. Harapan saya, kami mahasiswa di UMM bisa terus menebar semangat perdamaian,'' inginnya.(*)