Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Oleh: Muhamad Imron - Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unira Malang.
ADVERTISEMENT
Perhelatan Pilkada Kabupaten Malang tahun ini bakal berjalan menarik karena seluruh calon kepala daerah nyaris memiliki peluang yang sama untuk memenangkan kontestasi lima tahunan ini. Kenapa demikian? tentu karena incumbent saat ini oleh publik dianggap belum cukup teruji baik dalam hal kepemimpinan maupun prestasi selama menduduki kursi elit nomer 1 Kabupaten Malang. Waktu yang relatif singkat menduduki kursi bupati (belum genap setahun terhitung dari pelantikan) menjadikan publik belum memiliki persepsi terhadap kualitas kinerja incumbent. Terlebih, kinerja incumbent pada awal hingga pertengahan tahun ini cukup terganggu dengan semakin meluasnya penyebaran virus COVID-19 yang belum bisa dikendalikan dengan baik di wilayah Kabupaten Malang. Menurut data Jatim Tanggap COVID-19, hingga 13 Juli 2020, jumlah total pasien positif COVID-19 telah mencapai angka 341 orang. Fenomena ini pasti juga akan mempengaruhi persepsi publik terhadap tingkat keberhasilan yang telah dicapai oleh incumbent.
ADVERTISEMENT
Setelah PDI Perjuangan resmi mengusung Sanusi-Didik untuk Pilkada Kabupaten Malang tahun ini, peta politik sesungguhnya akan semakin menarik terutama saat kita membaca arah dukungan kelompok religius yang kebanyakan di dominasi oleh warga nahdliyin dan kelompok nasionalis yang hingga saat ini masih terbilang cair. Partai Kebangkitan Bangsa yang dianggap sebagai representasi partai yang memiliki basis pendukung yang mengakar kuat dari kalangan nahdliyin memiliki peluang yang sangat besar untuk memenangkan kontestasi kali ini. Meski incumbent termasuk dari kalangan nahdliyin namun dengan netralnya NU sebagai ormas keislaman sesungguhnya memberikan peluang yang cukup besar bagi PKB untuk melegitimasi bahwa calon yang mereka usunglah yang lebih merepresentasikan suara kaum nahdliyin.
Potensi Terulangnya Sejarah
Tentu masih tampak jelas dalam ingatan masyarakat Kabupaten Malang saat koalisi nasionalis-religius pada pilkada 2015 lalu telah berhasil menjinakkan kekuatan banteng yang memang terkenal solid di akar rumput. Dan kini, patut ditunggu apakah PKB selaku partai yang menjadi corong resmi warga NU dapat menjalin komunikasi yang baik (dan berujung pada koalisi) dengan partai nasionalis seperti Partai Golkar. Apabila itu terjadi, maka kontestasi tahun ini berpotensi mengulang sejarah yang pernah terjadi pada lima tahun yang lalu, dimana kekuatan akar rumput yang dimiliki PDIP tidak menjamin kemenangan dalam Pilkada Kabupaten Malang. Sehingga bila benar rekomendasi PKB akan turun untuk dr Umar Usman yang saat ini masih menjabat sebagai ketua tanfidz NU Kabupetan Malang, maka Pilkada Kabupaten Malang akan semakin menyita perhatian publik. Kekuatan gabungan religius-nasionalis (baik yang di usung PDIP maupun PKB dengan partai koalisinya masing-masing) akan memiliki peluang yang sama dalam perhelatan lima tahunan ini.(*)
ADVERTISEMENT