Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.97.1
Konten Media Partner
Menerawang Jodoh di Kelenteng Dewi Kwam Im Wisata Budaya Gunung Kawi
13 Februari 2021 15:21 WIB
![Ritual Ciamsi. Foto: Rizal Adhi](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1613203975/ko70n70tumxajh2xnuvk.jpg)
ADVERTISEMENT
MALANG - Wisata Budaya Gunung Kawi terletak di Desa Wonosari, Kecamatan Wonoaari, Kabupaten Malang. Biasanya, wisatawan yang datang bertujuan untuk berziarah ke makam Mbah DJoego dan Mbah Iman Soedjono. Keduanya merupakan guru besar di sana.
ADVERTISEMENT
Namun selain itu, pengunjung juga bisa mengikuti ritual Ciamsi di Kelenteng Dewi Kwan Im untuk menerawang jodoh hingga rezeki. Terutama saat tahun baru Imlek, ritual ini sangat diminati para peziarah yang mampir ke Wisata Budaya Gunung Kawi.
"Minta petunjuk untuk rejeki, usaha atau karir, jodoh atau rumah tangga, kedudukan atau derajat, dan kepentingan pribadi," ucap Juru Kunci Ciamsi Klenteng Dewi Kwan Im Gunung Kawi, Sholikin, pada Sabtu (13/02/2021).
Sholikin sendiri menjelaskan, Ciamsi berarti petuah atau petunjuk yang harus diikuti. "Ciamsi itu berasal dari bahasa China atau Tionghoa yang artinya petunjuk atau petuah atau nasihat yang harus diikuti. Tapi caranya dengan berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing, minta kepada Tuhan Yang Maha Esa atas perantara dari Mbah DJoego dan Mbah Iman Soedjono," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Cara melaksanakan ritual Ciamsi sendiri cukup unik. Peserta Ciamsi akan menggoyang-goyangkan bambu berisi beberapa sumpit dan menjatuhkan satu sumpit ke tanah. Di sumpit tersebut, sudah tertuliskan nomor yang akan dicocokkan dengan petuah-petuah terkait rejeki, usaha atau karir, jodoh atau rumah tangga, kedudukan atau derajat orang tersebut.
"Tata caranya nanti mengambil ini (wadah bambu berisi sumpit bertuliskan petuah), dibawa ke tengah, lalu berdoa minta sama yang maha kuasa atas perantara Mbah DJoego dan mbah Iman Soedjono," tuturnya.
Pria yang sudah 15 tahun menjadi Juru Kunci Ciamsi ini juga mengatakan, biasanya orang-orang keturunan Tionghoa menggunakan minyak Ciamsi sebelum melaksanakan ritual.
"Tapi kalau tata cara dari Chinese, itu beli minyak dulu (sebotol seharga 25 ribu) untuk dituangkan di lampu kambang (mengambang). Filosofi minyak tersebut adalah bintang terang. Untuk terang rejeki, rumah tangga, usaha, kedudukan, dan lainnya. Tapi kalau kita menurut keyakinan mau pakai itu boleh, mau langsung berdoa bagus," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Namun, dia tidak membatasi apakah orang-orang yang datang untuk berdoa wajib menggunakan minyak Ciamsi atau tidak. "Bahkan orang China yang ke sini juga jarang pakai minyak," tutur pria asli Desa Wonosari ini.
Dia juga tidak membatasi orang dari suku atau agama manapun untuk mengunjungi Kelenteng Dewi Kwan Im untuk ikut melaksanakan Ciamsi.
"Berdoa saja tidak apa. Orang Islam juga tidak apa-apa mau membaca surat Alfatihah atau lainnya bebas. Dan kalau orang jawa mau pakai minyak itu juga tidak apa-apa," ungkapnya.
"Juga disiapkan dupa untuk sembahyang sesuai dengan keyakinan," pungkasnya.