Mengenal Dio Satya, Bos Mie Setan yang Punya 5 Unit Bisnis di Usia 27 Tahun

Konten Media Partner
28 Februari 2021 19:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dio Satya Biguna, saat berada di atas pesawat.(dok/pribadi).
zoom-in-whitePerbesar
Dio Satya Biguna, saat berada di atas pesawat.(dok/pribadi).
ADVERTISEMENT
MALANG - Di usia yang masih belia, pengusaha muda asli Kota Malang. Dio Satya Biguna,  sudah menunjukkan perjalanan karir yang moncer di dunia bisnis. Bayangkan saja, di usia 27 tahun sudah bisa mengembangkan (scale up) 5 unit bisnis kuliner berbeda.
ADVERTISEMENT
Salah satu unit bisnisnya bahkan sudah dikenal para foodies seantero Indonesia, sebut saja Mie Setan. Pelopor kuliner mie pedas yang berdiri sejak 2011 ini, bahkan telah memiliki 28 outlet resmi yang tersebar di kota-kota besar Indonesia.
Selain itu, pria pemilik akun instagram bernama @diosatya ini juga tercatat memiliki lini bisnis lain seperti Astep Bistro, Loteng Malang, Dialogi Café Pasuruan, hingga Gurih Malang. Semua lini bisnis itu ada di bawah naungan Enamsembilan Group.
Berlatar sederetan mobil Ferrari, saat even pertemuan pemilik mobil Ferrari.(dok/pribadi).
Pria kelahiran Malang 15 Februari 1993 ini seolah menunjukkan bahwa ide-ide kreatif yang muncul dari di kala iseng justru berbuah langkah besar. Mie Setan contohnya, yang berawal dari tongkrongan komunitas sepeda fixie, salah satu olah raga favoritnya.
Hingga lambat laun tercetus ide untuk menyediakan makanan dan minuman. Untuk makanan, Dio terinspirasi dari jajanan kripik yang saat itu sedang nge-tren dikemas dengan level pedas bertingkat sesuai selera customer. Inilah yang kemudian Dio diadopsi dan juga diterapkan di kuliner mie bikinannya.
ADVERTISEMENT
''Dan ternyata saat itu,  outlet pertama di Jalah Bromo, responnya positif bahkan nge-hits. Rame banget yang suka. Bahkan sampai sekarang, sudah 10 tahun berjalan masih tetap ramai,'' kata Dio ditemui di Astep Bistro, Minggu (28/2/2021).
Seiring waktu, dari 1 outlet di Kota Malang saja, kini Mie Setan telah tersebar di 28 kota-kota besar mulai Jakarta, Bandung, Bali, Surabaya dan sebagainya. Kesuksesan ini tentunya tak didapat semudah membalikan tangan. Dio bahkan rela berhenti kuliah, demi fokus mengembangkan Mie Setan.
Saat itu, buah hati pasangan orang tua yang juga pengusaha di Malang, Fredy dan Ony Susilowati ini mengaku ingin fokus mengembangkan Mie Setan yang diyakininya punya prospek menjanjikan. Hasilnya, pengorbanan Dio tak sia-sia. Bahkan, Dio bisa men-scale up hingga 5 lini bisnis berbeda dan menghidupi 800 lebih karyawan.
ADVERTISEMENT
Menurut Dio, langkah kecil setiap orang itu sangat menentukan. Terpenting dari semua hal adalah berani mencoba dan terus belajar. ''Jangan melihat sesuatu dari untung ruginya dulu. Berani, coba dan pelajari. Soal untung rugi adalah hasil akhir. Sing penting yakin,'' ujar penghobi otomotif dan golf ini.
Dio Satya menambahkan, riset mendalam sebelum memulai usaha juga cukup penting. Mulai dari riset lokasi, segmentasi pasar dan lain sebagainya. ''Kalau saya, selalu lihat tempatnya dulu, lalu saya riset cocoknya buat apa, targetnya gimana, pasarnya siapa, begitu,'' terang anak kedua dari 4 bersaudara ini.
Terbaru, Dio Satya kembali menghadirkan bisnis kuliner lain. Namanya Gurih Malang, kuliner aneka nasi campur yang memang menyasar segmentasi untuk kalangan menengah ke bawah mulai pekerja hingga mahasiswa.
ADVERTISEMENT
Kemudian, juga masih ada unit back-up rencana bisnis lain di sektor cafe dan bar seperti Astep Bistro dan Loteng Malang. Cocok bagi anak muda dan dewasa untuk hang out menghabiskan waktu melepas penat di akhir pekan.
Dihajar Pandemi, Dio Satya Tak Sampai Hati Pecat Karyawan
Gelombang PHK sejak pandemi merebak memang sering terjadi dimana-mana. Namun, efisiensi atau pemecatan karyawan itu tak sampai terpikir oleh Dio Satya, meski omzet penjualan terus merosot di angka 50-60 persen.
Dalam kondisi sulit itu, Dio Satya justru makin kreatif dengan membuat inovasi baru. Mie Setan dalam kemasan frozen (beku), agar pelanggan setianya tetap bisa menikmati tanpa harus ke luar rumah. Dari hasil itu digunakan sepenuhnya untuk membayar gaji karyawan.
ADVERTISEMENT
Tak tanggung-tanggung, total ada sekitar 800 lebih karyawan di semua lini bisnis di bawah naungan Enamsembilan Group yang harus dihidupi. ''Uang pribadi akhirnya sampai ikut ke luar buat gaji karyawan. Saya gak sampai hati untuk mecat-mecat gitu. Mereka pasti juga punya keluarga yang juga harus dihidupi,'' kisahnya.
Dio menuturkan, hal itu dia lakukan semata-mata adalah kewajiban. Sebagaimana mestinya manusia untuk bertahan hidup. Dalam bertahan hidup, lanjut dia, juga harus bermanfaat bagi sesama. ''Karena menurut saya, sebagus-bagusnya manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi orang lain,'' pungkasnya.(ads)