Mengenal Prof Bayyin, Guru Besar Ilmu Biologi UIN Malang

Konten Media Partner
14 Agustus 2020 11:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Prof Dr drh Bayyinatul Muchtaromah. Foto: Ulul Azmy
zoom-in-whitePerbesar
Prof Dr drh Bayyinatul Muchtaromah. Foto: Ulul Azmy
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
MALANG - Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang (UIN Malang) patut berbangga mempunyai sosok Guru Besar Bidang Ilmu Biologi, Prof Dr drh Bayyinatul Muchtaromah MSi.
ADVERTISEMENT
Wanita yang akrab disapa Prof Bayyin ini, aktif menelurkan karya ilmiah. Dalam 10 tahun terakhir, total ada 18 judul penelitian. Termasuk diantaranya penelitian hasil kolaborasi dengan Universitas Nagoya Jepang dengan judul Characterization of Protein 18 kDa as Candidate of Immunocontraception (2012).
Gagasan penelitian ini akhirnya diaplikasikan dalam bentuk vaksin (Immunocontraception). Vaksin kontrasepsi sendiri adalah gagasan alternatif untuk melengkapi alat kontrasepsi pada pria. Ini sebagai pembuktian bahwa kontrasepsi juga bisa dilakukan oleh pria, tidak wanita saja.
''Bahwa ternyata pria juga dapat berpartisipasi dalam kontrasepsi. Namun faktanya, sediaan kontrasepsi untuk pria tidak banyak, hanya kondom dan vasektomi. Maka ini ada alternatif dalam bentuk vaksin,'' papar Prof Bayyin.
Tak hanya itu, terentang sejak tahun 2013-2020, total sudah ada 27 judul karya ilmiah yang dia publikasikan.
ADVERTISEMENT
Tak heran, Prof Bayyin mendapat penghargaan sebagai Dosen Penulis Terproduktif ke 3 oleh UIN Malang pada 2011 silam.
Bahkan, anak ketiga dari empat bersaudara ini diberi predikat Cum Laude saat lulus dari Program Doktor Ilmu Kedokteran Minat Biologi Reproduksi Universitas Brawijaya (UB), pada 2007 lalu.
Sepak terjangnya ini akhirnya membuat dia banyak diundang sebagai pemakalah oral di berbagai konferensi, lokakarya, dan simposium di berbagai daerah.
Selain aktif di dunia akademik, Prof Bayyin juga tak lupa daratan. Tercatat, dia banyak terlibat dalam program pengabdian masyarakat di Kota Malang. Mulai dari pembinaan pembuat jamu tradisional, optimasi usaha ternak domba dan lele, dan masih banyak lagi.
Selama bertugas di UIN Malang, dia dipercaya mengemban amanat dan berbagai jabatan. Mulai dari Ketua Jurusan, Dekan Fakultas Saintek, Ketua Lembaga Pemeriksa Halal, Komisi Etik Penelitian, hingga Ketua Prodi Magister Biologi.
ADVERTISEMENT
Berkat sepak terjang dan dedikasinya, Prof Bayyin juga dipercaya menjabat sebagai Penasehat di Asosiasi Dosen Biologi dan Pendidikan Biologi Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Indonesia, hingga sekarang.
Datang dari latar belakang keluarga sederhana, perempuan kelahiran Kedung Cangkring, Sidoarjo, 19 September 1971 ini, mempunyai cita-cita mulia sejak remaja. Dia ingin membangun cakrawala peradaban Islam. Khususnya dalam aspek ilmu pengetahuan.
Menurut dia, Islam sebagai rahmatan lil alamin harusnya menjadi penerang umat, bukan malah jadi tembok pembatas.
Pembatas yang dimaksud adalah batasan-batasan konvensional yang bukan bersumber baku dari Alquran, namun kini malah diterapkan.
Dicontohkan dia, banyak sekali orang beranggapan, khususnya rekan pelajar seangkatannya dulu, bahwa ilmu agama lebih penting daripada ilmu umum.
ADVERTISEMENT
''Menurut saya itu kurang tepat. Alquran justru adalah gudang ilmu. Di dalam Alquran membahas berbagai macam ilmu termasuk biologi, kimia, fisika, ekonomi, teknik, dan lain-lain. Ilmu tidak dikotak-kotakkan. Orang yang mempunyai ilmu agama yang baik tentu akan diimbangi oleh ilmu pengetahuan yang luas,'' ungkapnya.
Paradigma konvensional yang stagnan tersebutlah yang membuat dirinya merasa tergerak mengubah mindset tersebut. Bahwa sikap beragama jangan dibarengi dengan sikap anti sains yang berujung pada syiar dakwah yang dekaden.
''Kalau misal gak setuju dengan pemikiran barat, ya harusnya kita belajar menandingi pemikir tersebut. Kita yang harus akses ilmunya. Paradigmanya harus dibalik. Jangan malah anti sains. Sebagai muslim, kita jangan pasif. Harus kreatif,'' tuturnya.
Lagipula, kata dia, Alquran dan Islam telah banyak mengajarkan banyak hal positif sejak diturunkan kali pertama di bumi. Yakni perintah Iqra yang artinya bacalah.
ADVERTISEMENT
Nah, dalam membaca suatu fenomena, harusnya juga membuka mata terhadap berbagai lintas disiplin ilmu yang terus berkembang seiring peradaban manusia.
''Semakin banyak disiplin ilmu yang kita pelajari, semakin komprehensif pula syiar Islam yang kita dakwahkan nanti. Semangat inilah yang saya jaga sampai sekarang dan semoga masih diizinkan Allah untuk terus mendedikasikan diri dalam dunia pendidikan,'' ujarnya.
Semangat dan dedikasi tersebut rupanya dia dapat turun-temurun dari kedua orang tuanya yang juga berdedikasi tinggi terhadap dunia pendidikan.
Prof Bayyin lahir dari pasangan HM Bisri (Alm) dan Hj Alfiyah (Almh) yang juga berprofesi sebagai guru.
Semangat belajarnya bahkan tak surut hanya di tingkat S1 Kedokteran Hewan Unair Surabaya saja. Prof Bayyin memutuskan melanjutkan studi pasca sarjananya di Unair Surabaya S2 Ilmu Biologi Reproduksi dan lanjut S-3 Ilmu Kedokteran Minat Biologi Reproduksi UB Malang.
ADVERTISEMENT
Menjadi Guru Besar, bagi dia, adalah sebuah amanah, bukan jabatan semata.
''Jabatan memang adalah capaian terbaik. Tapi akan lebih baik jika berkontribusi dengan berkarya dan implementasi pengetahuan yang justru menghidupi. Saya harap, saya bisa menularkan semangat riset terhadap anak-anak didik saya,'' tandasnya.
Kedepannya, dia ingin menerapkan budaya riset di Fakultas Saintek UIN Malang sehingga lebih membumi.(ads)