Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Mengenal Prof Luqman Hakim, Guru Besar Universitas Brawijaya
20 April 2022 14:25 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
MALANG - Universitas Brawijaya (UB) terus aktif melahirkan profesor guna meningkatkan kualitas SDM dari sisi kompetensi dan keilmuan. Di antaranya, Prof. Dr. Drs Luqman Hakim MSc. Guru besar dan Profesor bidang Sosiologi Pemerintahan yang ditetapkan pada bulan April 2020.
ADVERTISEMENT
"Jabatan profesor adalah jabatan puncak dari seorang dosen yang pencapaiannya tak semudah membalik telapak tangan, apalagi sekarang parameternya lebih ketat. Maka bagi saya jabatan ini merupakan anugrah yang sangat berharga," ujar Luqman, sapaannya, saat ditemui di sela-sela kesibukannya, Rabu (20/4/2022).
Pria kelahiran Ponorogo, 1 Agustus 1956 itu menyampaikan, jika dirinya membutuhkan waktu setidaknya lima tahun untuk memenuhi satu demi satu syarat pengajuan jabatan ini.
Syarat yang paling sulit, lanjutnya, yakni publikasi jurnal internasional bersertifikasi. Dalam publikasi itu calon professor harus menjadi penulis pertama. Terlebih, tidak semua publikasi internasional dapat digunakan untuk memenuhi persyaratan. Kemudian, kontinuitas jurnal saat artikel diajukan sebagai persyaratan juga penting diperhatikan.
Atas dasar itu, Luqman menyusun strategi pengumpulan nilai kum dengan menulis beberapa artikel jurnal terindeks Scopus dengan tingkatan berbeda.
ADVERTISEMENT
Faktanya, ada perbedaan tingkat kesulitan dalam publikasi antara jurnal Q3, Q2 dan Q1.
Sadar akan kesulitan itu, Luqman menulis artikel di berbagai kualifikasi jurnal berbeda. Karena sesungguhnya setelah artikel terbit tidak ada perbedaan nilai kum antara Q3, Q2 dan Q1, kecuali Q 4 dan Q5.
"Untuk meraih jabatan profesor nilai kuantitaif kum saja tidak cukup. Nilai suatu artikel jurnal masih dinilai secara kualitatif dari tingkat kesesuaian dengan bidang keahlian dan kedalaman pemikirannya," sambungnya.
Sebab itu, ia berpesan kepada para dosen muda sekaligus calon profesor perlunya menyusun strategi jangka panjang dan mengaitkan publikasinya dengan bidang keahlian yang tercatat di Kementerian.
Publikasi artikel yang sporadis dalam teks dan konteks tidak akan diakui dan karenanya tidak membantu promosi dan hanya membuang-buang waktu dan energi.
ADVERTISEMENT
Dengan alasan proses review ke depan yang semakin ketat, sejak awal calon profesor harus konsen di bidangnya.
"Di sinilah pentingnya mensingkronkan penelitian, pengabdian, pengajaran mata kuliah dan publikasi sejak dini," ucap pria berkacamata ini.
Selama 35 tahun mengabdi, tepatnya sebelum menjadi professor, rupanya Luqman hampir tidak pernah mempunyai jabatan. Ia juga tak punya gairah untuk berkompetisi mencarinya. "Meskipun saya tidak pernah menjabat, sebetulnya saya bukan buangan," tukasnya.
Ya, Luqman tak pernah kehilangan peran. Ia senang memanfaatkan waktu untuk terlibat di berbagai kegiatan non politik di berbagai perguruan tinggi. Seperti sekolah, seminar dan sejenisnya.
Termasuk, diundang menjadi visiting fellow di beberapa universitas ternama di luar negeri. Seperti Taiwan, Korea Selatan dan Spanyol. Berbagai pengalaman itu lantas menjadi kebanggaan sekaligus membuatnya percaya diri.
ADVERTISEMENT
"Dengan kegiatan serupa, tidak kurang dari 40 negara di Eropa, Afrika, Asia dan Australia sudah saya kunjungi, bahkan beberapa di antaranya lebih dari satu kali," terangnya.
Diketahui, Luqman kecil rupanya penuh kesulitan. Ia hampir tak mendapat bimbingan layaknya anak kecil di keluarga berkecukupan. Berjualan beras, kue basah, tukang parkir hingga loper koran pernah dilakoninya semasa SD demi membantu ekonomi keluarga.
"Sampai saya dewasa banyak sekali episode perjuangan yang membuat saya tidak menyangka bahwa saya sampai di sini. Apalagi kalau diingat kembali, saat itu hampir tidak ada modal sosial ataupun ekonomi yang memadai," kata dia sembari menerawang ke masa lalu.
Kini, sosok itu tumbuh dengan banyak cerita dan pengalaman. Ketekunannya berhasil membawanya ke titik keberhasilan sebagai professor aktif ke 12 di tingkat Fakultas Ilmu Administrasi (FIA), ke-188 di tingkat universitas dan profesor aktif ke 271 dari seluruh guru besar yang telah dihasilkan UB.
ADVERTISEMENT
Selain mengajar, kini Luqman juga menjabat sebagai Ketua Komisi II Senat Akademik Universitas Brawijaya (SA-UB) 2021-2026. Sekaligus sebagai Ketua Senat Fakultas Ilmu Administrasi (FIA-UB).
Sebelumnya ia juga telah menyelesaikan studi dan menyandang gelar Sarjana Muda dan Sarjana di Jurusan Ilmu Pemerintahan Fisipol, Universitas Gadjah Mada (UGM), Master of Science di SOAS, University of London, dan doktoral di UGM.