Mengenal Sosok Guru Besar UIN Malang Prof Muhtadi yang Pernah jadi Loper Koran

Konten Media Partner
12 Agustus 2020 16:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Prof Dr H Ahmad Muhtadi Ridwan. Foto: ulul azmi
zoom-in-whitePerbesar
Prof Dr H Ahmad Muhtadi Ridwan. Foto: ulul azmi
ADVERTISEMENT
MALANG - Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang (UIN Malang) kembali memiliki guru besar. Salah satunya ialah Prof Dr H Ahmad Muhtadi Ridwan yang dinobatkan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Ekonomi Syariah, Rabu (12/8).
ADVERTISEMENT
Sosok pria sederhana yang akrab disapa Muhtadi ini lahir dan besar di Lamongan, tepatnya di desa Glagah, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Sebagai anak kesepuluh dari sebelas bersaudara, Muhtadi lahir pada 2 Maret 1955 dari pasangan M Ridwan Soleh (alm) dan Masning Yunus (almh).
Datang dari latar belakang keluarga sederhana, pria yang juga pernah nyambi sebagai loper koran ini justru tumbuh mengarungi kawah candradimuka yang lebih luas. Karirnya terus moncer sejak lulus dari UIN Surabaya (dulu IAIN Sunan Ampel Surabaya) pada 1985.
Prof Dr H Ahmad Muhtadi Ridwan. Foto: dokumen.
Selepas lulus dari sana, Muhtadi memutuskan untuk mengabdi sebagai staf pengajar di Fakultas Syariah Unisma di Gondanglegi (sekarang: Institut Agama Islam al-Qalam) hingga 1987. Dari sini, pengabdian Muhtadi berlanjut hingga bergabung di UIN Malang dan bertahan hingga 1994.
ADVERTISEMENT
Selama mengabdi di UIN Malang ini, beliau mulai dipercaya ikut tergabung dalam tim pembuatan RENSTRA STAIN MALANG 10 TAHUN KE DEPAN. ''Disini saya berhasil menginisiasi membuka Jurusan Syari’ah dengan dua program studi; akhwal al-Syakhshiyah dan Muamalah, konsentrasi ekonomi Islam,'' ungkapnya.
Selain itu, selama bertugas di UIN Malang ini ia juga dipercaya mengemban amanat dan jabatan, mulai dari Sekretaris Jurusan, Pembantu Rektor, Dekan, Ketua Lembaga Penjaminan Mutu hingga dipercaya menjadi Ketua Senat Universitas pada periode 2017-2021.
Keterlibatan sosok Muhtadi dalam dunia pendidikan juga cukup komplit. Tercatat dia juga pernah merintis sekolah Madrasah Tsanawiya hingga SMA Hasyim Asyari di kampung kelahirannya. Sekolahnya terus berkembang hingga kini.
Prof Dr H Ahmad Muhtadi Ridwan bersama keluarga. Foto: dokumen
Di Malang, Muhtadi tercatat sebagai inisiator penting Lembaga Lagziz, Yayasan AT-Taufiq Malang, Mini Bank Laboratory dan Islamic Microfinance el-Dinar UIN Maulana Malik Ibrahim Malang di Fakultas Ekonomi hingga Tax Center UIN Malang.
ADVERTISEMENT
Terbaru, hingga pada tahun 2020 ia dinobatkan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi UIN Malang. Tentu semua itu bagi dia tak lepas dari peran kedua orang tuanya yang sederhana namun inspiratif.
''Ketika itu banyak sekali sumber inspirasi dan suri tauladan yang dapat saya serap dari beliau berdua. Ibu saya yang lugu namun tegas dan mandiri. Beliau bahkan tidak pernah minta apa-apa kepada ayah, termasuk untuk kebutuhan belanja sehari-hari,'' kisah eks Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) ini.
Sementara, sang ayah adalah sosok kepala desa yang menjadi sumber inspirasi hidupnya, khususnya dalam kehidupan sosialnya. Ayahnya adalah sosok dermawan yang suka berkeliling kampung untuk mengecek warganya yang tidak mampu. ''Kalau ada yang tidak punya beras, esok harinya beliau memanggil salah satu perangkat desa untuk mengantarkan beras tersebut ke rumah mereka dan masih banyak lagi,'' paparnya.
ADVERTISEMENT
Terkait cerita Muhtadi kecil juga pernah merasakan menjadi loper koran. Kisah ini bermula saat bergabung dalam Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Bojonegoro semasa sekolah di PGA. Ia seringkali diajak Ketua Lembaga Pendidikan Ma’arif, Ust. Abd. Mukti, BA., untuk mengunjungi madrasah di pelosok-pelosok.
Hingga kemudian mengantar dia mengenal salah satu pengurus NU cabang yang juga sebagai agen koran. Disinilah ketertarikannya muncul. Didorong rasa ingin tahu yang tinggi, Muhtadi kecil mencari kesempatan bagaimana caranya agar bisa baca koran tiap hari.
''Akhirnya saya menawarkan diri kepada orang NU itu untuk menjadi loper koran. Pekerjaan itu saya lakukan pada pagi hari sebelum berangkat dan sesudah pulang sekolah. Jadi loper koran ini saya sampai saya lulus sekolah PGA,'' kisahnya.
ADVERTISEMENT
Kebiasannya bergelut dengan koran dan majalah masih berlanjut hingga kuliah. Ia bersama teman-temannya bahkan menggeluti usaha jual beli kliping koran. Dikisahkan dia, dari sejumlah koran Jawa Pos yang dibeli, kemudian diklasifikasi isinya dan digandakan dalam bentuk kliping bersama temanb-temannya.
''Itu kita gandakan lagi dengan cover yang bertema “SINAR DUNIA”. Produk pekerjaan sederhana itu saya jual ke semua koperasi mahasiswa Perguruan Tinggi Surabaya, antara lain IKIP Surababaya, UNAIR, ITS dan UBAYA,'' terangnya.
Dari semua itu, aku dia, kegiatan itu dilakukannya atas dasar semata-mata bagaimana caranya dapat membaca dan memilikinya (koran atau majalah). ''Tanpa harus menunggu kiriman uang dari orang tua, sekaligus memberdayakan teman-teman yang selalu main di rumah kos saya,'' ujarnya
ADVERTISEMENT