Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten Media Partner
Mengunjungi Ciam Si di Gunung Kawi, Tempat Ritual Kaum Lintas Iman
30 Maret 2019 14:42 WIB
ADVERTISEMENT
TUGUMALANG.ID - Ramalan Ciam Si (semacam tempat untuk meramal nasib) mungkin banyak ditemukan di sejumlah Klenteng di Indonesia. Ya, ramalan tersebut memang warisan leluhur mereka di Tiongkok. Namun tampaknya, Ciam Si yang berada di Gunung Kawi, Kabupaten Malang, ini berbeda dari Ciam Si pada umumnya.
ADVERTISEMENT
Ciam Si di daerah wisata religi ini tidak hanya dikunjungi oleh pemeluk agama Konghucu saja, melainkan umat lintas agama juga bisa meramalkan nasibnya di tempat ini.
”Semua agama dan semua etnis ke sini, mulai dari Tionghoa, Jawa, Madura, dan lain-lain, wong saya saja Islam,” kata Supriono, salah seorang penjaga Ciam Si di Gunung Kawi kepada Tugu Malang, Senin (25/3).
Untuk diketahui, Gunung Kawi adalah daerah wisata religi yang tersohor. Tidak hanya warga negara Indonesia, sejumlah wisatawan di beberapa negara Asia Tenggara juga sering berkunjung ke Gunung Kawi.
Bahkan, Ong Hok Liong (pendiri Bentoel Group) dan Lim Sioe Hok Liong (pemilik BCA) konon pernah melakukan tirakat atau tetirah di tempat yang bisa ditempuh dari Kota Malang sekitar satu jam setengah ini. Menurut informasi yang diterima Supriono, tokoh yang mendirikan masjid dan klenteng di kompleks Gunung Kawi adalah Lim Sioe Hok Liong.
ADVERTISEMENT
”Kalau sekarang Antony Salim (pemilik Indofood) yang sering ke sini, setahun bisa tiga sampai empat kali,” imbuhnya.
Setelah pembicaraan sempat diselingi tentang Gunung Kawi, Supriono menjelaskan cara meminta doa dan meramalkan nasib di Ciam Si Gunung Kawi. Pengunjung cukup dengan membeli minyak seharga Rp 20 ribu dan memberi uang sukarela kepada penjaga Ciam Si. Minyak berwarna kuning itu seperti minyak goreng.
Minyak itu lalu dituangkan ke tiga tempat yang sudah disediakan. Setelah menuangkan semua minyak, lalu pengunjung diminta berdoa.
”Minta apa saja, mulai dari karier, politik, keluarga, dan lain-lain,” imbuhnya.
Setelah berdoa di dalam hati, pengunjung diminta mengocok sebuah tempat yang berisi beberapa bambu yang sudah ditipiskan. Sambil mengocok, pengunjung diminta bergumam di dalam hati tentang hal apa yang ingin diramalkan. Nah, bambu yang terjatuh harus satu. Jika ada dua bambu yang terjatuh, maka harus diulang.
ADVERTISEMENT
Setelah berhasil menjatuhkan satu bambu, maka pengunjung diminta melihat nomor yang tertera pada bambu. Kemudian, petugas Ciam Si akan mengambilkan kertas yang sesuai dengan nomor tersebut.
”Biasanya sesuai dengan apa yang dipikirkan saat mengocok bambu, semisal saat mengocok meminta yang diramalkan tentang usaha, maka akan terjawab di kertas itu,” katanya.
Jika pengunjung belum paham apa arti yang tertara pada kertas, maka penjaga Ciam Si akan mengambil sebuah buku berwarna merah. Di dalamnya, ada penjelasan lebih detail.
”Jadi Ciam Si pada dasarnya adalah meramal dan berdoa agar hajat yang dimaksudkan berhasil,” imbuhnya.
Terkait jumlah pengunjung Ciam Si Gunung Kawi, kata Supriono, jumlahnya tidak menentu. ”Mungkin 5-10 orang setiap hari, tidak mesti. Yang ramai ketika hari-hari besar seperti Hari Raya Idul Fitri dan Imlek,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Reporter: Irham Thoriq