Menilik Strategi Seniman Tari Ngalambeksa Tetap Berkarya saat Pandemi COVID-19

Konten Media Partner
12 September 2021 20:36 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ngalambeksa. Foto: dok
zoom-in-whitePerbesar
Ngalambeksa. Foto: dok
ADVERTISEMENT
MALANG - Pembatasan aktivitas masyarakat dalam masa pandemi COVID-19 nyatanya tak melulu menjadi penghalang bagi seniman untuk tetap berkarya.
ADVERTISEMENT
Seperti dialami seniman tari asal Kota Malang yang tergabung dalam komunitas Ngalambeksa. Nyatanya, mereka mampu bertahan dan tetap berkarya di tengah pandemi COVID-19.
Founder Ngalambeksa, Sandhidea Cahyo Narpati, menuturkan bahwa situasi pandemi memang menjadi tantangan bagi seniman dalam mempertahankan keberlangsungan karyanya. Terlebih dalam hal ini, seni tari harus mendapat atensi penonton agar bisa menjadi seni tari seutuhnya.
Ngalambeksa dalam salah satu penampilannya di Museum Empu Purwa Kota Malang saat bisa tampil secara langsung. Foto: M Sholeh
Dalam masa pandemi ini, kata dia, Ngalambeksa juga mengurangi intensitas kegiatan latihan seni tari. Bahkan, anggota Ngalambeksa juga mulai berkurang lantaran beberapa anggotanya berasal dari luar daerah.
Tak mau terus terpuruk dalam kondisi sulit itu, lantas Cahyo melakukan terobosan dengan mulai menjajaki media digital dalam menyalurkan karya. Ngalambeksapun mulai menyusun tim mulai videografi, editing, grafis, penampil, dan lainnya.
ADVERTISEMENT
"Situasi pandemi ini kita dituntut untuk mencari solusi untuk tetap berkarya. Maka salah satunya dengan beralih ke media digital. Ternyata banyak platform yang bisa kita manfaatkan untuk tetap bisa mengekspresikan karya kita," ucap Cahyo, pada Minggu (12/9/2021).
Sebagai seniman lepas, kata dia, tetap berkarya dengan cara apapun adalah pilihan yang harus dilakukan karena seorang seniman tanpa karya tidak akan bisa bertahan.
Dalam beralih ke media digital juga tak semudah yang dibayangkan. Cahyo mengaku harus melakukan penyesuaian dari media offline ke online. Maka, Ngalambeksa harus bekerja keras menghasilkan karya berkualitas agar bisa mendapatkan atensi penonton.
"Untuk itu, Ngalambeksa mulai menjajaki platform YouTube, TikTok, Instagram, dan lainnya. Alhamdulillah responnya mulai muncul, meskipun awalnya memang susah sekali paling tidak hanya sekedar ada yang menonton," paparnya.
ADVERTISEMENT
Cahyo mengaku harus melalui masa sulit selama sekitar 8 bulan untuk bisa mendapatkan atensi penonton. Dia sempat down dan pesimis lantaran hasil karyanya tidak mendapatkan atensi penonton dan tidak sesuai ekspektasi. Namun berkat konsistensi, kini dia bisa kembali menghidupkan harapan Ngalambeksa untuk bisa tetap berkarya.
"Namanya seniman itu kalau tidak bisa mencurahkan ekspresi melalui karya memang sedikit beban batin. Memang pertama harus mengesampingkan dulu caranya mendapatkan uang. Tapi kita harus fokus bagaimana menarik atensi dari publik," jelasnya.
"Awalnya memang kita tidak menarget bisa mendapatkan uang, tapi ternyata dari sana kita juga bisa mendapat pemasukan. Bahkan ada endorse dan lainnya," imbuhnya.
Hingga pada akhirnya, penampilan Ngalambeksa mendapat atensi besar bahkan juga menarik perhatian tokoh-tokoh pemerintahan Kota Malang. Salah satunya Wali Kota Malang, Sutiaji yang merepost karya Ngalambeksa hingga viral di media sosial.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa, juga sempat merepost salah satu karya Ngalambeksa. Kemudian di awal tahun 2021, Cahyo juga mendapat penghargaan seniman Jatim kategori seni tari dari Gubernur Jatim melalui Wakil Gubernur Jatim, Emil Dardak.
"Secara manfaat, otomatis komunitas saya di Malang bisa lebih dikenal masyarakat. Mungkin secara tidak langsung bisa menginspirasi bahwa dengan situasi ini tidak menjadi penghalang seniman untuk tetap berkarya," jelasnya.
Cahyo yang sudah terjun ke dunia seni tari sejak duduk di bangku Taman Kanak-kanak (TK) tentu telah melewati pahit manisnya perjalanan seniman tari. Cahyo bahkan sempat vakum dari dunia seni tari saat duduk di bangku SMP hingga SMA lantaran tak ada kawan pria dalam berlatih seni tari.
ADVERTISEMENT
Namun ketika kuliah, dia mengambil Jurusan Seni di salah satu perguruan tinggi di Solo. Kentalnya dunia seni tari di Solo membuatnya bersemangat lagi dalam menggeluti seni tari hingga saat ini.
Dalam merancang sebuah karya, Cahyo mengaku selalu mempertimbangkan fokus sasaran penontonnya. Jika menyasar masyarakat umum, dia akan menghilangkan idealisnya sebagai seniman tari. Namun ketika menyasar penonton seniman, maka dia akan menunjukkan inti sari dari sebuah seni tari itu.
Karya yang dia tampilkan memiliki pesan tersurat maupun tersirat. Beberapa karyanya mayoritas mengandung unsur komedi, teatrikal, dan kontemporer berbasis tradisi.
"Bagi saya seni tari itu passion saya. Saya bisa mengungkapkan ekspresi saya meski tidak harus dengan kata kata. Jadi simbolik-simbolik melalui gerakan. Di situ saya merasakan kenikmatannya sebuah seni tari. Saya tidak harus berbicara, tapi dengan bahasa tubuh, saya bisa menyampaikan sesuatu," pungkasnya.
ADVERTISEMENT