Konten Media Partner

Menyusuri Hutan Rimba di Coban Jodo Malang

22 Agustus 2020 15:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Coban Jodo Malang. Foto: Rizal Adhi
zoom-in-whitePerbesar
Coban Jodo Malang. Foto: Rizal Adhi
ADVERTISEMENT
MALANG - Kabupaten Malang mempunyai surga tersembunyi yang baru ditemukan pada 2015 lalu di kawasan Desa Ngadirejo, Kecamatan Jabung. Coban Jodo namanya.
ADVERTISEMENT
Untuk sampai ke lokasi, harus menyusuri hutan lereng Gunung Bromo. Berikut kisah penelusuran tim tugumalang.id.
Track dimulai dengan menuju Coban Kricik dan Coban Suko. Track ini terbilang cukup mudah karena sudah pernah kami lewati sebelumnya.
Coban Jodo Malang. Foto: Rizal Adhi
Uniknya, kami tiba-tiba menemukan uang Rp 13 ribu di tengah jalan. Kejadian ini mirip ketika sesepuh Desa Ngadirejo, Satsit, menceritakan saat menemukan Coban Jodo, dirinya dan 11 orang temannya menemukan uang Rp 12 ribu yang tidak basah.
Namun, alih-alih mengambil uang tersebut, kami lebih memilih menaruhnya kembali di salah satu lubang di tanah. Terlebih karena cukup aneh, hanya kami yang pagi itu tracking. Tidak ada seorangpun di depan kami.
Setelah berjalan kira-kira 45 menit dari pintu masuk, akhirnya kami sampai di Coban Singo. Coban ini sangat unik. Ada 2 tingkat air terjun dan dasarnya tidak dalam. Cocok untuk mandi dan bermain air.
Coban Jodo Malang. Foto: Rizal Adhi
Setelah selama satu jam perjalanan, akhirnya kami sampai di Coban Jodo yang disebut-sebut masyarakat sekitar sangat cantik. Memang benar adanya. Air terjun ini benar-benar berbeda dari coban-coban lain di Kabupaten Malang.
ADVERTISEMENT
Dalam satu area, ada 2 air terjun yang berjajar seolah-olah memang dijodohkan untuk bersanding.
Air terjun yang satu sangat tinggi seperti gedung pencakar langit. Sedang satunya sangat deras seolah menolak untuk didekati manusia.
Tulang belulang hewan. Foto: Rizal Adhi
Setelah satu jam puas menikmati, kami tiba-tiba dikejutkan dengan sesosok tulang sejenis hewan karnivora. Beberapa dari kami mengatakan itu macan, beberapa mengatakan itu rubah.
Kami akhirnya memutuskan bergegas kembali untuk mandi di Coban Singo dan merasakan dinginnya air pegunungan. Ternyata memang benar, dasar airnya hanya selutut dan cocok bagi yang tidak bisa berenang.
Lalu kami kembali ke sungai dekat Coban Kricik, mencoba air yang lebih dalam agar bisa berenang.
Belum sempat masuk ke air, kami dikejutkan dengan jejak kaki harimau di pinggir sungai. Sangat jelas, dan terlihat masih baru karena bentuknya masih sempurna.
ADVERTISEMENT
Rasa panik langsung menyerang. Dalam pikiran hanya satu, bagaimana cara untuk bergegas keluar dari hutan? Karena sangat tidak lucu jika kami tiba-tiba disergap harimau di tengah hutan.
Kami melangkah dengan ritme tidak karuan untuk naik kembali ke pintu masuk. Alhasil, tubuh sangat lelah tatkala sampai di lapangan parkir kendaraan.
Pengelola wisata Coban Jodo, Saturi, membenarkan jika memang masih banyak hewan liar disana. Bahkan, hewan-hewan liar yang sangat dilindungi seperti macan tutul, macan hitam, macan kuning, dan elang jawa masih hidup di hutan ini.
"Di sini kawasan hutan lindung Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) yang dikasihkan desa untuk dimanfaatkan masyarakat," terangnya, pada Jumat (21/8/2020).
"TNBTS juga memasang kamera untuk memantau hewan-hewan ini. Jadi, terpantau jumlah dan jenis kelamin semuanya," bebernya sambil menggerakkan tangan membentuk layar kamera.
ADVERTISEMENT
Hampir setiap hari, warga yang mencari rumput atau kayu bakar juga sering melihat hewan-hewan ini berjalan mencari mangsa.
"Warga sekitar juga sering melihat hewan-hewan itu hampir setiap hari," ucapnya meyakinkan dengan menunjuk arah hutan bagian atas.
Namun, dia meyakinkan jika hewan-hewan liar seperti harimau tidak akan melewati sungai atau air terjun. "Tapi harimau itu tidak sampai ke Coban, tapi biasanya hanya elang Jawa, kera atau lutung jawa," ungkapnya.
Alasan lain kenapa Coban Kricik, Singo, Suko dan Jodo masih alami adalah karena belum banyak diketahui orang. Tarifnya juga masih terjangkau, hanya Rp 5 ribu per orang.
"Kalau saat ini masih sedikit (pengunjung). Mungkin setiap harinya hanya 5 sepeda motor atau 10 orang lah. Tapi kalau hari Sabtu dan Minggu masih bisa 10 sampai 15 sepeda motor atau bisa dikatakan 30 pengunjung," tukasnya.
ADVERTISEMENT