Meskipun Ada COVID-19, Sampah Popok Tetap Menumpuk

Konten Media Partner
14 Mei 2020 16:31 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Prigi Arisandi saat memamparkan materi di live zoom tentang peta hotspot timbulan sampah popok di Jawa.
zoom-in-whitePerbesar
Prigi Arisandi saat memamparkan materi di live zoom tentang peta hotspot timbulan sampah popok di Jawa.
ADVERTISEMENT
MALANG- Anjuran physical maupun social distancing rupanya tidak berhubungan secara langsung dengan tingkat buang sampah sembarangan. Khususnya sampah popok atau diapers yang masih banyak ditemukan diberbagai sungai. Hal tersebut dijelaskan langsung oleh Direktur Ecological Observation and Wetlands Conservation (ECOTON) Prigi Arisandi selama dua minggu terakhir telah mendapatkan 84 aduan tentang kondisi sampah popok yang ada berbagai jembatan.
ADVERTISEMENT
“Kesimpulan sementara seperti itu, karena ketika semua sudah berada di rumah tapi popok ini masih tergolong banyak di sungai,” ungkap Prigi ketika live streaming tentang Peta Hotspot Timbulan Sampah Popok di Pulau Jawa. Menurutnya, hingga akhir tahun ia akan terus mengumpulkan pengaduan masyarakat tentang hal tersebut. Selama ini, kata Prigi, memang sudah menjadi kebiasaan masyarakat membuang sampah di sungai, padahal aktivitas itu sangat membahayakan bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan.
Peta sebaran timbulan sampah di Jawa. Foto: dokumen ECOTON.
“Ya yang paling mudah memang langsung lempar dari atas jembatan, dibanding dengan membuang di tempatnya, karena beberapa masyarakat masih percaya mitos suleten,” beber Prigi. Ia juga menampilkan enam fakta tentang popokisme, yakni sebuah kepercayaan dan tindakan untuk membuang sampah popok di sungai. Di antaranya ialah sungai menjadi sasaran utama pembuangan popok di Jawa, belum sinkron antara produsen, pemerintah dan masyarakat, jembatan menjadi lokasi favorit, belum tercapainya upaya yang diatur dalam UU 18/2008 tentang penanganan sampah popok, tidak ada yang merasa berwenang mengatur soal popok, dan terakhir mitos suleten.
ADVERTISEMENT
Sebagai ilustrasi, Prigi menjabarkan bagaimana penelitiannya pada 2018 lalu di Malang. Ia menjelaskan jumlah popok di Kota Batu 40.807, Kota Malang 156.891, dan Kab Malang 331.486 dalam sehari. Sehingga totalnya mencapai 529.184.
Jumlah pemakai popok sekali pakai 80% dari populasi batita karena yang 20% menggunakan popok kain.”Berat popok barusan saya timbang langsung, setelah menampung urin 200 ml, beratnya 255 gram, berarti 5 popok beratnya 1 kg, maka 529.184 ribu popok bekas beratnya 1.322 kg atau 1,3 ton,” ucapnya.
Tak hanya itu, Prigi juga mempunyai perhitungan jika 40 persen popok tersebut bocor ke perairan. Berdasarkan persentase tingkat pelayanan angkutan sampah rata-rata hanya mampu mengelola 60% area administratif.
Ia berharap ada trias popokisme, yakni keterpaduan antara produsen, pemerintah dan gaya hidup masyarakat dalam menggunakan popok. Sehingga, bisa menjaga aliran sungai di wilayah Jawa.
ADVERTISEMENT
Reporter : Rino Hayyu Setyo