Nurenzia Yannuar, Ahli Bahasa yang Aktif Lestarikan Boso Walikan

Konten Media Partner
10 September 2020 15:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Nurenzia Yannuar. Foto: dok
zoom-in-whitePerbesar
Nurenzia Yannuar. Foto: dok
ADVERTISEMENT
MALANG – Mengabdikan diri untuk dunia pendidikan dan menjaga identitas kebudayaan melalui pelestarian bahasa. Seperti itulah gambaran dedikasi Dr Nurenzia Yannuar MA yang merupakan seorang ahli bahasa (linguist) ini.
ADVERTISEMENT
Beragam pengalaman dan penelitian terkait bahasa telah dia lakukan. Utamanya terkait bidang sosiolinguistik yang membahas tentang hubungan antara manusia dengan penggunaan bahasa.
“Dari banyak ragam di sosiolinguistik, saya lebih fokus pada bahasa yang digunakan di daerah urban atau perkotaan. Jadi dengan menggunakan salah satu metode yang ada yaitu perception sociolinguistics, saya mengulik bagaimana persepsi masyarakat tentang ragam dialek yang ada di sekitar mereka,” jelas Dosen jurusan Sastra Inggris Universitas Negeri Malang (UM) ini.
Nurenzia Yannuar (kiri). Foto: dok
Setelah menyelesaikan pendidikan S3 di Universitas Leiden di Belanda, Renzi juga mendapat kesempatan dari KITLV (Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies), yang merupakan lembaga penelitian ilmu wilayah Asia Tenggara, Oseania, dan Karibia di Belanda, untuk melakukan penelitian postdoctoral.
ADVERTISEMENT
“Di penelitian ini bertajuk Plurilingualism di Malang tahun 1940-an. Jadi saya meneliti tentang situasi sosiolinguistik di Malang pada masa akhir kolonial Belanda dan pendudukan Jepang,” ungkap perempuan asli Malang ini.
Renzi juga menjelaskan peran seorang ahli bahasa yang tidak hanya melakukan penelitian terhadap suatu bahasa. Melainkan juga lebih ke dalam upaya menjaga dan mempertahankan keberadaan bahasa itu sendiri.
Nurenzia Yannuar foto bersama Presiden Joko Widodo. Foto: dok
“Bahasa ini juga terkait dengan identitas dari suatu komunitas dan apabila bahasa tersebut mati, maka secara perlahan identitas dari sekelompok orang itu juga akan menghilang,” tutur perempuan yang mengidolakan sosok RA Kartini ini.
“Maka dari itu seorang ahli bahasa juga berperan untuk mendokumentasikan, meneliti, bahkan merevitalisasi supaya bahasa itu terus ada di masyarakat," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Dia melanjutkan, ketika ahli bahasa menyelamatkan sebuah bahasa, maka mereka juga menyelamatkan identitas dan budaya dari komunitas tersebut.
Nurenzia Yannuar (tengah). Foto: dok
Berkaitan dengan peran tersebut, Renzi juga mengungkapkan partisipasi aktifnya untuk melestarikan bahasa lokal Malang yaitu Boso Walikan.
Lahir dan tumbuh diantara penutur Boso Walikan, membuatnya tertarik untuk mengulik lebih dalam bahasa tersebut sekaligus sebagai upaya pelestariannya.
“Saya bisa turut memberikan sumbangsih untuk mempromosikan bahasa dan budaya lokal melalui penelitian Boso Walikan ini. Beberapa caranya seperti menulisnya sebagai disertasi saya, menulis di artikel, dan mensosialisasikannya ketika diundang sebagai pembicara di suatu kegiatan,” ujarnya.
Menjadi seorang ahli bahasa dan dosen, memberikan pengalaman dan kesan tersendiri bagi Renzi. Kewajiban seorang dosen yang juga untuk melakukan penelitian dan pengabdian serta minat besarnya terhadap bahasa, menjadi sebuah kombinasi motivasional baginya untuk terus berkarya.
ADVERTISEMENT
“Melalui berkarya dan terus melakukan penelitian artinya kita juga membangun identitas bagi diri kita sendiri. Publikasi karya inilah yang akan menjadi identitas kita utamanya sebagai akademisi,” timpalnya.
Reporter: Andita Eka