Pakar Tata Kota Sebut Alih Fungsi Lahan di Malang Terlalu Masif

Konten Media Partner
21 Januari 2021 15:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ahli Perencanaan Wilayah dan Tata Kota, Agustina Nurul Hidayati. Foto: Ulul Azmy
zoom-in-whitePerbesar
Ahli Perencanaan Wilayah dan Tata Kota, Agustina Nurul Hidayati. Foto: Ulul Azmy
ADVERTISEMENT
MALANG - Banjir di sejumlah titik di Kota Malang akhir-akhir ini, mendapat banyak sorotan. Setidaknya, banjir terjadi di 20 titik dan 260 rumah warga terendam dalam kurun beberapa jam saja.
ADVERTISEMENT
Sejumlah ahli berpendapat, penyebab banjir terjadi karena daerah resapan air di kota pendidikan ini semakin minim.
Ahli Perencanaan Wilayah dan Tata Kota, Agustina Nurul Hidayati, menyebut bahwa berkurangnya daerah resapan air ini, akibat masifnya alih fungsi lahan menjadi pemukiman, mall, hingga pertokoan.
''Sehingga daerah resapannya jadi semakin sempit dan terjadi banjir. Contoh dekat ada di kompleks Stadion Gajayana misalnya, kan fungsinya resapan air tapi malah jadi mall,'' sebutnya.
Selain itu, lanjut dia, masifnya pembangunan pemukiman di wilayah bantaran sungai, juga jadi faktor semakin menyempitnya daerah aliran sungai. "Dalam membangun rumah di bibir sungai itu, fondasi rumah terpaksa harus dibangun menjorok masuk ke sungai," sebutnya.
Terlebih, lanjut Nurul, kondisi topografi Kota Malang juga terletak di wilayah pelerengan. Artinya, Kota Malang mendapat kiriman volume air yang cukup banyak dari daerah yang berada di dataran lebih tinggi, seperti Kota Batu.
ADVERTISEMENT
''Kota Batu sendiri juga terjadi hal yang sama. Daerah resapannya juga berkurang sehingga menyebabkan run-off atau air yang turun ke bawah tak ada batas, volumenya besar sekali,'' lanjutnya.
Di lain hal, data yang dimilikinya mencatat bahwa Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang ada di Kota Malang juga sangat minim. Idealnya, jika merunut sesuai aturan UU No 26 Tahun 2007 tentang Tata Ruang adalah 30 persen dari total luas wilayah. "Kalau saat ini, total RTH tidak sampai 20 persen dari total luas wilayah,'' bebernya.
Sebab itu, dia mengimbau masyarakat untuk berlomba memperbanyak daerah resapan air. ''Semua rumah agaknya juga sudah harus mempersiapkan sumur resapan. Di perumahan-perumahan juga harus punya sumur injeksi untuk menahan limpasan air,'' imbaunya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, kebiasaan masyarakat menbuang sampah sembarangan juga sudah waktunya harus diubah. "Sampah mampu menyumbat saluran drainase saat turun hujan," pungkasnya.