news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Pandemi, Pengrajin Batik Druju Dirumahkan

Konten Media Partner
2 Oktober 2020 12:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Batik Druju. Foto: Rizal Adhi
zoom-in-whitePerbesar
Batik Druju. Foto: Rizal Adhi
ADVERTISEMENT
MALANG - Dampak pandemi Corona juga berpengaruh sampai di level desa sekalipun. Contohnya di Desa Druju, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang.
ADVERTISEMENT
Desa yang terkenal dengan produksi batik mancanegara ini, kini semakin kesulitan memproduksi batik lantaran turunnya permintaan.
"Setelah ada pandemi ini sangat menurun sekali mulai dari pengunjung, terutama pengunjung dari luar kota. Paling pengunjungnya hanya dari lokal," ungkap Pemilik Andis Batik, Antik Subagyo, di butiknya.
Antik Subagyo. Foto: Rizal Adhi
Andis batik yang sudah terkenal di Eropa mulai dari Italia sampai Jerman ini, kini juga kesulitan mengekspor produk-produknya.
"Pandemi ini juga sangat berdampak pada penjualan di luar negeri. Sekarangkan orang luar negeri tidak bisa masuk, dan kita juga tidak bisa kesana," bebernya.
Pandemi ini membuat permintaan dari negara-negara lain menurun drastis. "Kalau pengiriman sebenarnya tidak dibatasi atau bagaimana, tapi permintaan sangat menurun sekali," sambungnya.
Bahkan, di hari batik nasional ini, penurunan omzet Antik bisa mencapai 85 persen. "Penurunan omzet bisa mencapai 85 persen. Jadi misalnya biasanya omzet sebulan Rp 75 juta sekarang belum tentu dapat Rp 20 juta," sebutnya.
ADVERTISEMENT
Sehingga, untuk menyiasati penurunan omzet dan menutupi biaya produksi, dia menjalankan perkebunan. "Saya menyiasati dengan ada pertanian, sehingga pertanian itu yang bisa mencukupi kebutuhan," paparnya.
Produksi batik setiap bulan juga jelas menurun drastis dari sebelum pandemi menyerang. "Untuk produksi batik ini tetap berjalan tapi terbatas, kalau sebelumnya dalam sebulan bisa memproduksi 50 batik tulis, sekarang tidak sampai sepuluh," jelasnya.
Tentu ini imbas dari dirumahkannya sebagian besar pengrajin batik tulis yang bekerja di Andis Batik. Padahal, jumlah pegawainya 30 orang. "Sekarang para karyawan saya rumahkan terlebih dahulu, yang bekerja ada tapi cuma sedikit," pungkasnya.
Terakhir, wanita ramah senyum ini berharap, pandemi Corona segera berakhir. Sehingga omzetnya kembali normal dan para pengrajin batik di Desa Druju bisa bekerja kembali.
ADVERTISEMENT
"Semoga pandemi ini segera berakhir, sehingga para pengrajin batik disini bisa mendapatkan penghasilan lebih untuk keluarganya," pungkasnya.