Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Pasar Kota Batu Sebagai Jantung Perekonomian Rakyat: Dulu, Kini dan Esok…
5 Maret 2020 13:53 WIB
ADVERTISEMENT
Oleh: Muhamad Rizky Ramdan
Warga Kelurahan Temas, Arek Pasar Isor.
ADVERTISEMENT
Jauh sebelum Kota Batu menjadi kota dan adanya wali kota yang entah dari mana asal usul mereka, Pasar Kota Batu memiliki peranan yang penting dan vital bagi hajat hidup masyarakat Kota Batu. Flashback ke era 90-an ketika Mbah, Bude, Bulek, Emak dan dulur dulur saya bener bener merasakan dampak ekonomi yang luar biasa dari Pasar Kota Batu apalagi di era zaman Pasar Sayur dengan komoditas bawang merahnya. Bener bener gurih dalam mendapatkan cuan (penghasilan).
Belum lagi pasar tengah dari unit 1 yang menjual kebutuhan sehari hari mulai dari pakaian, sembako, warung dan jajanan pasar lainnya, banyak tetangga pasar mama saya menjadi juragan juragan, salah satu indikator untuk mengukur keberhasilan juragan juragan pasar ini adalah sering naik haji beberapa kali dan memiliki rumah rumah yang cukup besar juga di Kota Batu dengan hanya jualan di pasar. Belum lagi kita meneropong juragan-juragan pasar apel yang sempat berjaya di era 90-an hingga akhirnya pasar Kota Batu ini seakan mati suri pasca krisis moneter tahun 97-98 dan diikuti dengan kebakaran pasar di tengah dari unit 1-3.
ADVERTISEMENT
Memasuki era tahun 2000-an pasca pasar tengah di bangun lagi pada tahun 2001, banyak perubahan ekonomi yang terjadi. Khususnya dari keluarga besar saya yang dulu mayoritas adalah pedagang sayur yang terkenal dengan komoditas bawang merahnya mengalami penurunan yang sangat signifikan. Bahkan beberapa unit toko di pasar sayur pun dulu kami jual dan mama saya lebih menikmati berjualan kue basah dan kue kering di Unit 1.
Pada tahun 2001, tepatnya 17 Oktober, bertepatan juga dengan dirubahnya status kotatif menjadi Kota Batu yang sebelumnya ikut Kabupaten Malang, Kota Batu dipimpin oleh seorang wali kota. Dengan adanya kepala daerah yaitu seorang wali kota, saya menilai dari sekian tahun belum ada Wali Kota Batu yang mampu memberdayakan pedagang pedagang Pasar Kota Batu, kadang saya juga mbatin (berkata dalam hati, red), “maklum lah bukan putra daerah jadi gak seberapa ngurus pentingnya memberdayakan pedagang Pasar Batu yang kata para ekonom adalah pasar tradisional merupakan jantung perekonomian rakyat”.
ADVERTISEMENT
Kita lanjutkan pada era tahun 2007-2012. Di era kepemimpinan Pak Eddy Rumpoko dengan konsep pembangunan pariwisatanya yang dinilai sangat berhasil. Dibangunlah destinasi wisata buatan yang dipelopori oleh Jawa Timur Park 1 dan berhasil mendatangkan wisatawan dari berbagai daerah di Jawa Timur. Pembangunan Jawa Timur Park 1 ini melengkapi destinasi wisata berbasis alam yang sudah lama ada di Kota Batu seperti Selecta misalnya.
Pada era kepemimpinan Pak Eddy Rumpoko, terjadi peningkatan kunjungan wisatawan domestik dari berbagai daerah di Indonesia ke Kota Batu. Data statistik dari batukota.bps.go.id menunjukan kunjungan wisatawan pada tahun 2010 di angka 1,5 juta pengunjung menjadi 4,5 juta pengunjung di Tahun 2014 dan ditunjunkan dengan peningkatan kunjungan wisatawan sebesar 7 juta pengunjung di tahung 2019 merupakan indikator keberhasilan pembangunan pariwisata.
ADVERTISEMENT
Pembangunan pariwisata ini ternyata juga merubah pekerjaan masyarakat Kota Batu yang dulunya adalah petani dan juga pedagang berubah menjadi masyarakat Industri baik skala produksi UMKM berupa olahan kripik buah-buahannya maupun perubahan di sektor Industri jasa seperti perhotelan dan pengelolaan tempat tempat wisata.
Terjadinya perubahan dan momen pembangunan pariwisata ini ternyata tidak berimbas terhadap Pasar Kota Batu, kita maklumi karena secara sarana dan perasarana tidak mendukung juga untuk mendatangkan wisatawan dan membelanjakan uangnya di Pasar Kota Batu. Terjadi pembiaran karena pada Tahun 2011 dulu Pasar Batu sempat akan dibangun oleh Swasta yang dipelopori oleh PT. ITQONI namun ditolak oleh pedagang pasar karena revitalisasi Pasar Kota Batu mengharuskan para pedagang menebus Toko mereka dengan harga Rp.15.000.000 / meter. Terjadilah demo besar besaran dari pedagang Pasar Kota Batu di Tahun 2011 yang menuntut jangan ada revitalisasi pasar yang membebankan biaya terlalu mahal kepada pedagang Pasar Batu. Sejak saat itu terjadilah pembiaran Pasar Batu, hal ini ditunjunkan dengan aspal yang rusak tidak segera diperbaiki alhasil ketika musim hujan konsumen yang notabene dari Kota Batu enggan untuk mengunjungi Pasar Batu karena becak dan terkesan kumuh. Apalagi mau mendatangkan wisatawan ke Pasar Batu adalah suatu keniscayaan.
ADVERTISEMENT
Masuk pada tahun 2017-2020 saya melihat ada niatan dari Wali Kota Batu yang merupakan penerus dari Eddy Rumpoko yang tidaklah lain adalah istrinya sendiri berupaya untuk merevitalisasi Pasar Batu dengan biaya nol rupiah atau gratis, hal ini dibuktikan dengan dimulainya Revitalisasi Pasar Sayur pada tahun 2020 ini yang memang terbukti gratis tis.
Kemarin malam tepatnya tanggal 3 Maret 2020 saya mengikut rapat dengan HPP Kota Batu dirumah om Hariono di Desa Oro-Oro Ombo bersama para pedagang dari Unit 1. Saya menemani emak saya yang merupakan pedagang dari Unit 1 bermusyawarah mengenai Revitalisasi Pasar Kota Batu. Banyak kendala teknis yang tidak bisa saya sebutkan 1 per 1 di artikel ini. Adapun keinginan para pedagang yang saya rangkum adalah sebagai berikut :
ADVERTISEMENT
1. Pembangunan Pasar Kota Batu ini jangan sampai salah tujuan dan konsep pembangunan yang menekankan pada pemberdayaan pedagang Pasar Batu
2. Pedagang juga menuntut adanya sosialisasi berupa informasi yang jelas mengenai konsep dan desain pasar yang berangkat dari Kebutuhan Pedagang Pasar bukan dari sudut pandang pemerintah saja.
3. Perlunya sosialisasi masalah tempat penampungan pasar sementara karena pedagang marasa kahwatir jika relokasi penampungan pasar sementara saat terjadinya pembangunan revitalisasi pasar mengakibatkan penurunan penghasilan para pedagang
4. Perlunya regulasi mengenai penataan pasar karena terjadi gap antara pedagang pasar yang buka lapak di pagi hari dengan pedagang pasar yang memiliki toko atau unit di dalam pasar
5. Perlunya kebijakan rasional yang mampu meningkatkan pendapatan para pedagang pascarevitalisasi pasar jangan sampai revitalisasi pasar ini gagal seperti halnya kasus pada Pasar Dinoyo.
ADVERTISEMENT
Berita angin segar berupa revitalisasi Pasar Batu dengan menggunakan APBN sebesar Rp 200 miliar dan tidak membebankan pada pedagang pasar ini akan berdampak luar biasa terhadap pemberdayaan pedagang pasar Batu, jika:
1. Berdasarkan data dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Batu Tahun 2017 penduduk Kota Batu Sebesar 221.894 Jiwa. Data kependudukan Kota Batu tersebut mencerminkan jumlah konsumen di Kota Batu yang diantaranya berbelanja ke Pasar Kota Batu. Kalau dilihat dari angka statistik angkanya memang kecil sehingga perlu adanya Kebijakan dari pemerintah yang dapat mendorong masyarakat Kota Batu kembali berbelanja di Pasar Batu mengingat eranya pada saat ini terdapat banyak sekali toko modern seperti Indomaret dan Alfamaret. Tentunya perlu kebijakan yang membatasi pembangunan toko modern, percuma Pasar di Bangun tapi di sepanjang jalan Banyak Toko toko Modern yang mengurangi size (ukuran) konsumen untuk berbelanja di Pasar Kota Batu.
ADVERTISEMENT
2. Revitalisasi Pasar Batu jangan sampai meninggalkan unsur lokalitas dimana peranan pasar Batu adalah memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga sehari hari mulai dari kebutuhan sandang, pangan dan kebutuhan dasar lainnya. Tentunya saya mengharapkan masih terdapat kearifan lokal yang tidak hilang seperti toko grosir peracangan, pedagang kuliner nasi empok, jajanan tradisional dan banyak contoh lainnya lebih ditonjolkan lagi.
3. Mumpung eranya pariwisata dengan ditunjukan dengan kunjungan wisatawan ke Kota Batu sebesar 7 Juta Kunjungan, diharapkan Revitalisasi Pasar ini bisa menjadi destinasi wisata bagi wisatawan yang ingin berbelanja di Kota Batu berupa oleh oleh seperti pakaian, makanan khas, buah-buahan seperti apel hingga produk olahan lainnya. Karena secara empiris ketika membawa wisatawan ke Kota Batu, Mereka membelanjakan uangnya dengan batas minimum untuk oleh oleh sebesar Rp.300.000 - Rp.600.000. Hal ini dapat meningktakan pendapatan para pedagang pasar Batu. Tentunya penataan pasar ini harus lebih innovatif sehingga memanjakan para wisatawan untuk lebih banyak membelanjakan uangnya di Pasar Kota Batu.
ADVERTISEMENT
4. Posisi Pasar Batu ini sangat strategis tepat di Jantung Kota Batu dan akses utama menuju beberapa destinasi wisata seperti BNS, Jawa Timur Park 1, Jawa Timur Park 2 dan Museum Angkut yang merupakan tujuan utama wisatawan ke Kota Batu. Oleh karena itu kita perlu lahan parkir yang sangat luas dengan tujuan adalah membelokan para wisatawan untuk berbelanja di Pasar Kota Batu. Infrastruktur tidak hanya parkir yang luas tapi kita juga butuh penataan pasar yang rapi, desain yang inovatif dan pengelolaan sampah sehingga pasar ini bersih dan nyaman untuk dijadikan tujuan utama berbelanja bagi wisatawan.
5. Konsep Pasar Kota Batu haruslah one stop shopping, kalau perlu 24 jam non stop seluruh kegiatan ekonomi berpusat di Kota Batu. Bisa Kita Bayangkan jika : a. Pasar Pagi dibuka pada pukul 1 dini hari - 07.00 dengan menjual kebutuhan dasar rumah tangga seperti sayur-sayuran, daging dll. Di saat pukul 07.00-16.00 selain berperan terhadap kebutuhan dasar rumah tangga, pada jam jam ini juga dijadikan pasar bagi wisatawan yang ingin mencari oleh oleh tidak hanya oleh oleh tetapi kebutuhan wisatawan juga dapat terpenuhi disini mulai dari cari jamu, wisata kuliner hingga kebutuhan wisatawan lainnya. pada pukul 17.00-24.000 perlu juga dibangun food court dan tempat nongkrong bagi kaum milenial dan wisatawan karena disekitar pasar terdapat banyak hotel dan villa villa yang berjamur, hal ini sangat penting karena terdapat pergeseran pola konsumsi generasi millenial dan wisatawan, mereka hobi banget untuk sekedar nongkrong dan cari makan di malam hari.
ADVERTISEMENT
6. Pasar Go Digital, Saya rasa sudah saatnya para pedagangpun diajari untuk melek digital. Market saat ini juga tidak selalu market offline yang target marketnya hanya sekedar kebutuhan konsumsi masyarakat Batu atuapun wisatawan. Perlunya pemberdayaan bagi para pedagang Pasar, kita lihat saat ini banyak market place dan sosial media yang menampung pedagang untuk menjual produk produk pakaian secara online mulai dari hijab, kaos, jaket, celana, baju muslim dll. Belum lagi pedagang kuliner, harusnya mereka mampu untuk menggunakan platform seperti Go Food, Grab Food untuk memenuhi kebutuhan wisatawan yang lagi mager di villa atau hotel. Tentunya ini juga akan membantu peningkatan pendapatan para pedagang.
Pada akhir kata hal yang paling sederhana dalam revitalisasi pasar untuk hari ini dan hari esok adalah peningkatan kualitas kehidupan pedagang pasar yang ditandai dengan peningkatan penghasilan bagi setiap pedagangnya. Jangan sampai pembangunan pasar Batu hanya sekedar membangun tapi tidak dapat memberdayakan para pedagangnya.
ADVERTISEMENT
Sekian.