Perbedaan HIV dan AIDS yang Wajib Diketahui

Konten Media Partner
3 Desember 2020 18:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
dr Bayu Tjahjawibawa. Foto: Feni Yusnia
zoom-in-whitePerbesar
dr Bayu Tjahjawibawa. Foto: Feni Yusnia
ADVERTISEMENT
MALANG - Kerap disama artikan, namun nyatanya Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) memiliki diagnosis yang berbeda. Mudahnya, HIV adalah virus yang menyebabkan seseorang positif AIDS.
ADVERTISEMENT
"Kalau HIV itu virusnya. Tapi kalau AIDS itu sudah kumpulan gejalanya, dimana seseorang sudah gak bisa apa-apa itu AIDS. Jadi orang kena HIV itu belum tentu AIDS," jelas Kasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kota Malang, dr Bayu Tjahjawibawa.
HIV, lanjut dr Bayu, termasuk virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Meski tergolong tidak mematikan, tapi dampaknya imunitas seseorang menjadi turun dan rentan terkena penyakit. Penularan HIV pun terbilang sulit. Cukup berbeda dengan COVID-19.
"Penularannya (HIV) terbatas ya. Tapi sekali ketularan seumur hidup bisa menularkan. Misal melalui seks bebas tanpa pengaman. Beda dengan COVID-19 yang sifatnya droplet injection seperti TBC. Gampang menular saat ngobrol tanpa 3M," jelas dia. 3M yang dia maksud adalah mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak.
ADVERTISEMENT
Kendati demikian, sekali tertular, maka orang tersebut harus mengkonsumsi obat seumur hidup. Selayaknya penderita penyakit jantung ataupun kecing manis. Tujuannya, agar obat-obatan tersebut dapat mengendalikan perkembangan virus. Dalam artian, mampu menekan perkembangbiakan hingga memutus siklus hidupnya di dalam tubuh.
"Obat HIV cuma satu. Pertahankan minum obat seumur hidup. Cuma kadang banyak dari Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) ini yang berhenti di tengah jalan. Kan sayang kalau setelah minum obat terus gak ngambil lagi, padahal obatnya gratis," ucapnya.
Dia menjelaskan, HIV sendiri tak selalu menunjukkan gejala yang signifikan. Biasanya penderita hanya akan mengalami flu sekitar 2-4 minggu setelah penularan. Meskipun tertular, sistem imun tidak langsung rusak, melainkan bertahap dan akan berlangsung selama bertahun-tahun.
ADVERTISEMENT
Untuk itu, masyarakat diimbau agar mengenal HIV sejak dini. Sembari rutin melakukan cek kesehatan, pola hidup sehat, juga harus memperhatikan saat berhubungan seks.
Hal ini, dalam rangka menyongsong 2030 tanpa HIV/AIDS, Dinkes turut menggandeng Puskesmas, KPA, hingga LSM untuk mengawal kasus HIV/AIDS di Kota Malang.
"Karena kita tidak bisa bekerja sendiri, maka kita perkuat koordinasi dan solidaritas bersama LSM yang sudah kenal dengan komoditasnya untuk ngajak periksa atau mengawal pengobatannya," tutup dia.(ads)