Potret Tradisi Syawal dengan Wayang Krucil Gunung Katu di Malang

Konten Media Partner
13 Juni 2019 11:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penampakan Wayang Krucil Ereng-ereng Gunung Katu di Dusun Wiloso, Desa Gondowangi, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang, yang kini dilestarikan oleh generasi kelima. (foto: Bayu Eka Novanta/Tugu Malang).
zoom-in-whitePerbesar
Penampakan Wayang Krucil Ereng-ereng Gunung Katu di Dusun Wiloso, Desa Gondowangi, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang, yang kini dilestarikan oleh generasi kelima. (foto: Bayu Eka Novanta/Tugu Malang).
ADVERTISEMENT
TUGUMALANG.ID- Suara gamelan mengiringi hentakan tangan dalang. Pertunjukan wayang krucil di Dusun Wiloso, Desa Gondowangi, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang, membetot perhatian pengunjung, Rabu (12/6).
ADVERTISEMENT
Ya, wayang krucil merupakan salah satu keragaman wayang yang ada di Indonesia. Wayang-wayang ini berada di kawasan kaki Gunung Katu dan menjadikannya memiliki sebutan lain, yaitu Wayang Krucil Ereng-ereng Gunung Katu. Wayang ini terbuat dari kayu pule dan kulit sapi.
Wayang ini usianya sudah lebih dari seratus tahun. Mbah Cilung, sosok warga setempat yang dikenal sebagai empunya wayang ini. Lalu, turun ke Mbah Taram, lalu turun ke Mbah Tarum. Selanjutnya, turun ke Mbah Ngarimun.
Kini, wayang ini dilestarikan oleh generasi kelima yakni Mbah Saniyem. Umur Mbah Saniyem sudah 95 tahun. Dalam pertunjukan tersebut, Mbah Saniyem datang menonton.
Pertunjukan wayang krucil menampilkan lakon tentang masuknya Islam di Jawa, berdasarkan Hikayat Panji."Tokoh utamanya ada Panji, Damar Wulan, dan Mbah Gimbal,” kata Drais Kartono, salah satu menantu dari Saniyem.
ADVERTISEMENT
Setiap pagelaran wayang, terdiri dari beberapa orang yang memegang peran. Mulai dalang, pengiring musik, hingga juga sinden. Kebanyakan dari mereka berusia lebih dari 50 tahun, hanya satu yang berkepala empat. Dia adalah penabuh kendang yakni Susio yang usianya 45 tahun.
Bahkan, ada penabuh kendang bernama Dolah yang sudah berusia 70 tahun. Meskipun orang-orang di dalamnya bisa dikatakan berumur, namun setiap pementasan ramai dikunjungi warga untuk menonton. Guyonan dalang saat memainkan wayang banyak mendatangkan tawa.
Setiap pementasan wayang kebanyakan diinisiasi oleh orang-orang ini, tetapi ada juga yang berusia muda dalam tahap belajar. "Sebenarnya masih ada beberapa anggota yang usia muda, namun masih dalam proses belajar," kata Susio.
Pagelaran wayang tersebut sudah menjadi tradisi turun-temurun. Pada hari ke-8 bulan syawal (hari raya Idul Fitri). "Pas sedinten mantun riyoyo lontong (tepat satu hari setelah hari raya ketupat),” kata Drais Kartono, berbahasa jawa.
ADVERTISEMENT
Pegelarannya selalu dilaksanakan di pelataran rumah Saniyem. Sebab, hanya ia satu-satunya orang yang memiliki wayang tersebut.
Suasana pertunjukan Wayang Krucil Ereng-ereng Gunung Katu di Dusun Wiloso, Desa Gondowangi, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang. (foto: Bayu Eka Novanta/Tugu Malang).
Dalang dalam pementasan wayang krucil. Dalang ini menceritakan masuknya Islam di Jawa, berdasarkan Hikayat Panji. (foto: Bayu Eka Novanta/Tugu Malang).
Alat gamelan yang menjadi pelengkap pertunjukan Wayang Krucil Ereng-ereng Gunung Katu di Dusun Wiloso, Desa Gondowangi, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang. (foto: Bayu Eka Novanta/Tugu Malang).
Pementasa yang dilakukan oleh dalang acara Wayang Krucil Ereng-ereng Gunung Katu di Dusun Wiloso, Desa Gondowangi, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang. (foto: Bayu Eka Novanta/Tugu Malang).
Dolah, penabuh saron yang merupakan bagian dari alat untuk pementasan. Dia tetap semangat meski sudah berumur 70 tahun.
Asmat penabuh kenong dalam pertunjukan Wayang Krucil Ereng-ereng Gunung Katu di Dusun Wiloso, Desa Gondowangi, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang. (foto: Bayu Eka Novanta/Tugu Malang).
Susio, penabuh kendang yang berumur 45 tahun. Dia adalah personel termuda, mayoritas berumur 50 tahun ke atas. (foto: Bayu Eka Novanta/Tugu Malang).
Pertunjukan wayang Wayang Krucil Ereng-ereng Gunung Katu dimainkan oleh personel usia lanjut, dan dinikmati berbagai kalangan. Termasuk anak-anak kecil. (foto: Bayu Eka Novanta/Tugu Malang).
Saniyem, pelestari Wayang Krucil Ereng-ereng yang sudah berusia 95 tahun. Dia adalah generasi kelima yang melestarikan wayang ini.
Reporter: Bayu Eka Novanta Editor: Irham Thoriq