Prasasti Soe Hok Gie dan Idham Lubis Dipasang di Puncak Gunung Semeru

Konten Media Partner
23 September 2020 19:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto Instagram Gimbal Alas Indonesia
zoom-in-whitePerbesar
Foto Instagram Gimbal Alas Indonesia
ADVERTISEMENT
MALANG - Pendaki mana yang tidak mengenal sosok Soe Hok Gie, tokoh demonstran yang sangat vokal meneriakkan protes di era orde lama hingga orde baru. Mungkin, hampir setiap mahasiswa yang benar-benar bergerak di dunia aktivisme pernah setidaknya membaca buku karangan pria kelahiran 17 Desember 1942 ini.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, Mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Indonesia (UI) ini harus meregang nyawa di lereng Gunung Semeru akibat menghirup asap beracun. Pada 19-20 September 2020, Gimbal Alas Indonesia 3676 mdpl berhasil memasang prasasti in memoriam Soe Hok Gie dan Idham Lubis.
"Lokasi pemasangan pada gerbang masuk para pendaki dari lereng bawah menuju area Puncak Mahameru 3676 mdpl, pada titik koordinat S 08°06’26.8” E 112°55’17.7,"" ungkap Teguh Priejatmono selaku koordinator kegiatan pada Rabu (23/09/2020).
Foto Instagram Gimbal Alas Indonesia
Teguh mengatakan jika hikmah yang bisa dipetik dari sosok Soe Hok Gie adalah agar tetap kritis dalam kondisi apapun. "Bagi para pemuda, mahasiswa, bagi petualang muda dan pendaki gunung masa kini, bahwa mereka adalah faktor kunci bagi keberlangsungan bangsa dan negara Indonesia. Sehingga bisa tetap kritis untuk berpijak pada kebenaran, memiliki idealisme tinggi, tidak munafik, pantang putus asa dan tidak manja," jelasnya.
ADVERTISEMENT
"Soe Hok Gie merupakan sosok yang patut diteladani sebagai aktivis muda pada jamannya, dengan rasa kecintaannya yang tinggi terhadap bangsa dan tanah air Indonesia, tanpa harus terikat oleh sekat-sekat dikotomi-dikotomi yang berbau suku, ras dan agama," sambungnya.
Terakhir, Teguh menirukan kata-kata Soe Hok Gie yang paling diingat. "Mimpi saya yang terbesar, yang ingin saya laksanakan adalah agar mahasiswa Indonesia ( berkembang menjadi manusia-manusia yang biasa) menjadi pemuda-pemuda dan pemudi-pemudi yang bertingkah laku normal, sebagai seorang manusia yang tidak mengingkari eksistensi hidupnya sebagai seorang mahasiswa, sebagai seorang pemuda dan sebagai seorang manusia," pungkasnya.