Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Rizvan Nanda, Petugas Pulasara Jenazah Corona Termuda di Malang
14 Januari 2021 18:14 WIB
ADVERTISEMENT
MALANG - Namanya Rizvan Nanda Irianto. Usianya masih 19 tahun. Tapi, dia sudah terlibat dalam tugas kemanusiaan menangani dampak wabah virus Corona.
ADVERTISEMENT
Pria yang akrab disapa Rizvan ini, sehari-harinya bertugas sebagai petugas pemulasaraan jenazah COVID-19 di Kota Malang. Tepatnya sebagai relawan dari tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Malang. Di usianya tersebut, menjadikan Rizvan petugas pulasara jenazah termuda di Kota Malang.
Tugas penuh resiko tertular virus dia emban dengan penuh tanggung jawab. Bersamaan dengan itu, dia juga tak lupa kewajibannya menempuh studi S1 Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
''Saya masih semester 2. Kebetulan lagi kuliah online selama pandemi ini jadi masih bisa bagi waktu antara kuliah sama pemulasaraan jenazah ini,'' tuturnya, pada Kamis (14/1/2021).
Sangat jarang anak sebayanya, sudah mengemban tugas-tugas sosial kemanusiaan. Terlebih, dengan pekerjaan penuh resiko penularan seperti itu.
ADVERTISEMENT
Apa yang melatarbelakangi Rizvan ini sederhana saja. ''Karena alasan kemanusiaan saja. Terus terang, kalau saya gak membantu orang kesusahan itu kayak gimana gitu. Juga saya sudah terbiasa ikut kegiatan (sosial) sejak SMP-SMA,'' jawabnya.
Sejak muda, dirinya sudah aktif di gerakan pramuka, membantu penanganan kecelakaan lalu lintas hingga bencana alam. Hingga kemudian, di awal pandemi merebak pada Maret 2020 lalu, dia mulai direkrut untuk menjadi relawan oleh BPBD untuk melakukan penyemprotan desinfektan.
Hingga kemudian pada April 2020, dia direkrut untuk ikut andil dalam tugas pemulasaraan jenazah COVID-19 hingga sekarang.
Tentu, berbagai pengalaman suka duka sudah dia lewati. Meski pernah berhadapan dengan warga yang merebut jenazah, membuat dia tak kapok.
Pernah suatu waktu, dia berhadapan dengan massa warga di wilayah Kota Malang. Warga melakukan penghadangan untuk merebut jenazah yang sudah dinyatakan positif COVID-19.
ADVERTISEMENT
Pernah juga, dia dilempari berbagai macam benda. Mulai dari sampah hingga tong sampah saat membawa jenazah.
''Rasanya campur aduk. Kita ini kerja sosial tapi kok sampai segitunya. Padahal, gak mungkin juga kita ada niat buruk. Kalau warga khawatir soal syariat pemakaman, kita tidak menyalahi itu. Kalau memang benar negatif, pasti juga tidak prosedur,'' katanya.
Rizvan menerangkan, jenazah yang dimakamkan sesuai prosedur COVID-19 dijamin tetap sesuai dengan ketentuan syariat tradisi dan agama. Bahkan, di Kota Malang, masih terbilang manusiawi jika dibanding daerah lain.
''Karena keluarga masih dibolehkan ikut ngurus jenazah. Mulai mengadzani, menyalatkan, menguburkan, hingga memandikan pun boleh asal pakai APD. Kita gak mungkin sejahat itu,'' jelas anak tunggal ini.
Terlepas dari itu, dia mengaku tetap bersyukur masih bisa membantu sesama manusia. Meski juga harus ditempuh dengan berbagai resiko.
ADVERTISEMENT
Dari situ, dia bersyukur bisa menambah ilmu, pengalaman, hingga relasi sosial yang semakin luas dibanding dengan teman sebayanya.
''Soal kesejahteraan itu bukan utama. Banyak ilmu, banyak kenal, banyak pengalaman, saya sudah bersyukur banget. Semoga, wabah pandemi ini juga cepat selesai,'' harapnya.