Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
ADVERTISEMENT
MALANG - Seperti dikenal sejak lama, Kampung Sanan merupakan sentra industri penghasil tempe dan kripik tempe. Namun seiring zaman, eksistensi kampung ini mulai meredup seiring munculnya destinasi kampung-kampung wisata tematik lain di Kota Malang.
ADVERTISEMENT
Sadar akan hal ini, warga berinisiatif untuk kembali menjadikan wilayahnya sebagai destinasi wisata. Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan memperkuat aspek branding kampung dari segi visual. Upaya ini dapat pendampingan penuh dari mahasiswa Jurusan Desain Komunikasi Visual Universitas Negeri Malang (DKV UM).
Mereka menyusun segala aspek yang dibutuhkan dari aspek branding visual. Mulai dari logo, buku panduan wisata (tourism map), hingga pembuatan website kampung wisata www.kampungsanan.id.
Dengan begitu, diharapkan Kampung Sanan bisa dikenal publik lebih luas.
Dikatakan Ketua RW 15 Kampung Sanan, Ivan Kuncoro, bahwa dalam upaya membangun citra kampung, apalagi di zaman serba digital ini, memang disadari perlu penguatan dari segi branding visual. Dengan adanya pendampingan ini, dinilai bermanfaat untuk ekosistem kampung kedepannya.
ADVERTISEMENT
''Apalagi dengan keterbatasan soal branding visual ini, kita kan masih awam. Kita banyak terbantu dan mulai paham. Animonya perlahan pengunjung sudah mulai meningkat sejak di-branding ini. Sebelumnya, ya agak sepi, orang hanya beli kemudian pulang,'' akunya.
Padahal, potensi Kampung Sanan sebagai wisata edukasi sangatlah potensial. Selain pengrajin usaha tempe, Sanan juga memiliki sistem pemanfaatan limbah tempe, penggemukan sapi, pemanfaatan limbah ternak untuk biogas, hingga Urban Farming.
"Semua ada, segala aspek kita semua teratasi. Limbah tempe jadi pakan ternak, limbah ternak jadi biogas, juga jadi pupuk. Jadi disini saya ingin gak hanya dikenal sebagai wisata tempe tok, ternyata juga lengkap,'' ungkapnya.
''Nah dengan branding ini, saya rasa tepat untuk mengenalkan itu semua. Bisa menambah daya tarik wisatawan dan juga penghasilan baru warga kita. Jadi gak hanya beli kripik tempe terus pulang, tapi juga dapet ilmu,'' tambahnya.
ADVERTISEMENT
Hal senada dikatakan Koordinator Tim KKN Sedesa UM, Dicky Hanafi, meski Sanan sudah lekat dengan identitas tempe yang melegenda. Namun, dirasa masih perlu penguatan karakter lebih kompleks dari aspek visual.
"Dengan branding visual, informasi dan pemetaan tentang kampung ini bisa dikenal publik dengan segmen yang lebih luas. Selain sudah kuat secara potensi lokalnya, bisa lebih kuat lagi secara estetis (visual),''
Dicky menambahkan, kini pihaknya hanya tinggal membenahi sistem infrastruktur pariwisatanya saja. Selebihnya, masyarakatlah yang menjadi pelakunya sendiri.
Bukan tidak mungkin, kata Dicky, jika nanti branding juga lebih meluas. ''Jadi gak hanya di digital tok, harus bisa menyentuh seluruh potensi yang ada disini secara kompleks. Kayak bikin marketplace pasar tempe sendiri misalnya,'' pungkasnya.
ADVERTISEMENT