Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
TUGUMALANG.ID-Menteri Agama Republik Indonesia (RI) Fachrul Razi dan sepuluh menteri lain akan membentuk satgas untuk menangkal radikalisme. Pembentukan akan dilakukan di setiap kementrian dan lembaga negara. Pembentukan satgas ini sesuai dengan Surat Keputusan Bersama (SKB) 11 Kementrian dan Kepala Lembaga tentang Penanganan Radikalisme Aparatur Sipil Negara (ASN) pada 12 November 2019.
ADVERTISEMENT
"Terutama saya garis bawahi tadi masalah keputusan bersama 11 menteri dan kepala lembaga itu betul - betul untuk pegawai negeri sipil, betul-betul bisa meningkatkan wawasan kebangsaan dan melakukan langkah-langkah deradikalisasi," ucap Fachrul di sela kunjungannya di Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim (Maliki) Malang.
Dia menegaskan kepada seluruh ASN untuk tidak tertular sifat radikal."Tidak boleh sama sekali ketularan sifat radikal," jelasnya.
Selain itu, dia juga menjelaskan bertepatan dengan proses rekrutmen seleksi penerimaan calon pegawai negri sipil akan memperketat proses pemeriksaan."Kalau sekarang rekrutmen ASN ita akan check juga nilai nasionalismenya. Sebenarnya setiap rekrutmen pegawai kita lakukan itu, adi tidak ada yang aneh," katanya.
Dengan adanya satgas yang ada di setiap lembaga ataupun kementerian, berfungsi menampung laporan terkait dengan radikalisme. "Nah, satgas ini menampung laporan tentang itu, dan kemudian nanti kalau betul kita akan panggil. Tidak akan kita marahin, kita nasihati kita ajak dialog,"ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Namun, jika sudah tidak bisa dinasehati dan diajak berdialog, akan dikenakan sanksi."Ya, kalau memang udah nggak bisa lagi tentu saja ada sanksi logis aja," bebernya.
Fahrul juga menghimbau pencegahan radikalisme di Perguruan Tinggi."Tadi kan udah kita sebutkan cirinya hendaknya mereka jauhlah dari itu. Jadi misal contoh dia mengatakan kalau dia paling betul orang lain salah dan sesat, nah itu udah ada tanda-tanda kita panggil kita kasih penjelasan di mana sesatnya. Kita ajak dialog karena setiap orang punya hak berpendapat," pungkasnya.