Konten Media Partner

Seniman di Malang Kritik Kesuraman Pasar Bareng dengan Video Art

26 September 2021 20:06 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Para seniman di Kota Malang mewarnai kesuraman Pasar Bareng dengan seni media video art. Foto: Ulul Azmy
zoom-in-whitePerbesar
Para seniman di Kota Malang mewarnai kesuraman Pasar Bareng dengan seni media video art. Foto: Ulul Azmy
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
MALANG - Minimnya perhatian dinas terkait dalam mengelola pasar tradisional mendapat respon dari para seniman di Kota Malang. Seperti dijumpai di Pasar Rakyat Bareng. Mendadak, ada tampilan 'lukisan cahaya' di lorong bangunan Pasar Bareng, pada Jumat (24/9/2021) malam.
ADVERTISEMENT
Lukisan cahaya yang dimaksud adalah sebuah karya seni video art, sebuah paradigma seni media baru. Ada 5 karya yang diproyeksikan, mulai dari video mapping, visual interaktif, motion graphic, hingga sound art. Malam itu, tembok-tembok Pasar Bareng seolah jadi studio animasi.
Suasana itu tersaji di Baraka Cafe, kedai kopi yang ada di Pasar Bareng. Pameran seni berkonsep Happening Art itu dalam rangka helatan Surprise Surprise Volume 1 hasil kolaborasi Baraka Cafe, Film Rahayu, dan BPH Seni Media Baru Dewan Kesenian Malang (DKM).
Para seniman di Kota Malang mewarnai kesuraman Pasar Bareng dengan seni media video art. Foto: Ulul Azmy
Koordinator pameran Surprise Surprise Vol 1, Alfian Roesman menuturkan pameran ini bersifat spontan sebagai bentuk respon pegiat seni terhadap ketidakbecusan pihak terkait mengelola pasar tradisional. Padahal, pasar tradisional adalah simbol ekonomi kerakyatan yang mampu memulihkan ekonomi Indonesia di masa pandemi COVID-19.
ADVERTISEMENT
Seperti terjadi di Pasar Bareng. Kata Alfian, nyaris selama 2 bulan ini para pengguna bedak merasa geram atas minimnya fasilitas yang diberikan. Mulai dari fasilitas penerangan, ketersediaan air bersih, sanitasi, bahkan dugaan pencurian bola lampu.
Selama ini, para penggerak utama Pasar Bareng yang kini didominasi kalangan milenial yang membangun unit-unit usaha kreatif dan kedai kopi ini, mengeluhkan ketidakbecusan pengelola pasar.
Para seniman di Kota Malang mewarnai kesuraman Pasar Bareng dengan seni media video art. Foto: Ulul Azmy
''Sejak awal usaha di sini memang tidak diberi fasilitas penerangan. Jadi beli lampu sendiri, tapi lama-kelamaan, bola lampu yang dipasang sering hilang sejak 2 bulan ini. Kalau gak ada lampu ya gelap gulita,'' katanya.
Tak hanya soal penerangan, fasilitas bersama seperti kamar mandi juga buruk. Belum lagi, pipa air yang tidak berfungsi optimal, bahkan tidak berfungsi sama sekali.
ADVERTISEMENT
''Padahal, Pasar Rakyat Bareng diresmikan sebagai destinasi wisata di Kota Malang. Tapi kalau ngeliat perhatiannyakan gak ada sama sekali,'' kata pria yang juga personil visual artist di Monohero ini.
Dari sejumlah permasalahan inilah, 5 pegiat seni Kota Malang secara spontan menggelar pameran dadakan ini. Ada 5 pegiat seni media baru yang unjuk cahaya “menerangi” kegelapan lorong Pasar Rakyat Bareng dengan instalasi seni cahaya.
Seperti Alfian, yang membuat karya seni Video Mapping berjudul Sinergi. Alfian menyuguhkan objek-objek mikro yang tersegregasi. Kata dia, objek-objek tersebut justru adalah penggerak utama ekonomi Pasar Bareng.
Selain itu, ada juga karya visual interaktif oleh Rizky berjudul Kunang-Kunang. Karya ini menggunakan sensor kinect xbox untuk menggerakan videonya. Jika anda bergerak ke kanan, maka kunang-kunang itu juga akan bergerak ke kanan. Begitu juga sebaliknya.
ADVERTISEMENT
Lalu, ada Nino, lewat video mapping yang berjudul Kota Kertas, memilih menyuarakan kegeramannya lewat proyeksi montase video visual berupa objek-objek berkaitan dengan administrasi pemerintahan.
''Melalui visual itu kita bisa merasakan kegeraman Nino atas regime administrasi yang melampaui substansi. Kebenaran yang disandarkan kepada 'kebenaran administratif','' kata pria yang akrab disapa Kebeb ini.
Ada juga Digi yang merayakan keberagaman lewat video mapping dan audio reaktifnya berjudul The Dark Side. Dan yang unik, lahir dari tangan Muzeian yang mengombinasikan sensor light dengan bunyi-bunyian.
Jadi, karya Muzeian yang berjudul Singup itu akan secara otomatis mengeluarkan suara ketika sensor yang dia pasang diterangi cahaya. Saat anda menyinari sensor itu, maka anda akan mendengar sayup lagu Cita-citaku, lagu anak-anak yang diremix bernuansa suram.
ADVERTISEMENT
Menurut Muzeian, kata-kata 'motivasi' sudah usang dan menyebabkan euforia berlebihan dan justru menempatkan orang-orang yang dianggap 'pesimis' tak layak hidup. Dia menyebutnya dengan istilah demotivasi.
''Karena saat ini saya sedang tidak tertarik pada narasi besar tentang kemajuan, tetapi lebih pada bagaimana menikmati kesementaraan dan kesekarangan. Singup, suram, seperti Pasar Bareng ini,'' jelas Ian.
Selain audio, Ian juga menampilkan pesan dalam proyektornya. Tulisannya ''Pasar Ini Singup. Layaknya Masa Depanku yang Mboh-Mbohan''. Artinya, Pasar Ini Suram, Layaknya Masa Depanku yang juga Tak Jelas.
Dari sejumlah respon artistik ini, Alfian berharap muncul perhatian dari pihak berwenang untuk ambil peran menghidupi pasar rakyat ini. Selain itu, dengan cara ini juga diharapkan muncul potensi baru para seniman di Kota Malang yang peka terhadap dunia sekitarnya.
ADVERTISEMENT
''Bagaimana Pasar Rakyat Bareng memiliki potensi untuk menjadi pilar dari peradaban yang arif dan juga perekonomian yang berbudaya dan kreatif bagi beragam generasi di Kota Malang,'' pungkasnya.