Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.2
Konten Media Partner
Serunya Melukis Sosok Burung Garudeya di Batik Lintang Malang
14 Desember 2019 16:55 WIB
ADVERTISEMENT

TUGUMALANG.ID – Burung Garudeya, sosok pada relief Candi Kidal, di Desa Kidal, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang seakan kembali hidup. Sebab, burung yang juga jadi lambang negara Indonesia itu jadi inspirasi membatik bagi jurnalis perempuan asal Malang di Batik Lintang, Desa Ngijo, Kecamatan Karangpoloso, Kabupaten Malang, Sabtu (14/12/2019) siang.
ADVERTISEMENT
Pada kesempatan itu, Owner Batik Lintang, Ita Fitriyah juga memberikan kesempatan pada jurnalis perempuan Malang Raya untuk belajar batik tulis, mulai tahap awal hingga batik tulis itu jadi.
Pada kesempatan itu, masing-masing peserta diberikan kain putih berukuran 50x50 cm. Kain tersebut sudah digambar pola dengan motif burung Garudeya. Peserta, diberikan kebebasan untuk mewarnai dan menambah motif sesuai yang diinginkan.
Ita menjelaskan, ada lima tahap dalam membuat batik tulis dasar. Yakni memberikan pola pada kain, mencanting atau menorehkan malam panas sesuai pola, pewarnaan, fixasi (finishing) supaya warna tidak luntur, serta pemasakan supaya malam yang melekat luruh dengan air. Selanjutnya, kain dijemur untuk kemudian diangkat.
Selama pelatihan, Ita juga menjelaskan bila batik tulis buatannya yakni Batik Tulis Tlogosari, menjadi icon baru Desa Ngijo. Motif Bunga Tlogosari sendiri merupakan pohon ikon sejarah asal-muasal Desa Ngijo. Tak hanya itu, biasanya dia juga menambahkan motif bunga palasa atau plasa (dalam bahasa jawa Ploso) pada setiap batik tulisnya. Dia mengungkapkan, bunga plasa merupakan asal usul daerah Karangploso.
ADVERTISEMENT
“Plasa itu bunga, karang itu pekarangan. Jadi Karangploso (nama kecamatan di Kabupaten Malang, red) itu pekarangan bunga plasa,” kata perempuan berusia 41 tahun tersebut.
Selama ini, lanjut dia, pihaknya berusaha untuk mengangkat ikon desa melalui motif batik ini. “Angkat ikon desa, (bunga plasa) tanaman endemik yang tumbuh di desa,” ujarnya.
“Di kecamatan sudah digulirkan motif palasa bunga plasa, ada kaitan motif dengan desa,” lanjutnya.
Selain itu, pihaknya juga mengembangkan ikon Kabupaten Malang yang lebih besar lagi, yakni dengan motif Garudeya yang ada di Candi Kidal, sekaligus lambang Indonesia, yakni Garuda.
Selain pada jurnalis, Ita juga kerap memberikan pelatihan membatik tulis pada generasi muda. Menurut Ita, pelatihan membatik seperti ini bisa memberikan pengenalan warisan budaya kepada mereka.
ADVERTISEMENT
“Malang bukan basic daerah pembatik. Karena itu, kami mengedukasi, memberi pelajaran, berbagi ke generasi muda terutama masyarakat yang belum paham. Diajak berproduksi, setelah itu sertifikasi,” paparnya.
Dia mengungkapkan, dirinya terus berinovasi perihal motif batik tulis. Sehingga batik tulis masih terus eksis di kalangan anak muda sekalipun.
“Harus tetap inovasi. Bagaimana di kalangan anak muda tetap dipakai,” tutupnya.