Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten Media Partner
Soto Lombok, Kuliner Legendaris Khas Malang Sejak 1955
18 Januari 2022 18:40 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
MALANG – Soto Lombok, tak lengkap rasanya berkunjung ke Kota Malang tanpa mencicipi kuliner yang satu ini. Nama hidangan ini diambil bukan karena bahan utamanya terbuat dari lombok (cabai) ataupun berasal dari Pulau Lombok, melainkan karena restorannya terletak di Jalan Lombok Kota Malang.
ADVERTISEMENT
Dalam semangkok soto terdapat nasi putih, kuah yang pekat, irisan ayam kampung yang melimpah, kubis, kentang, tauge, taburan seledri, serta sesendok koyah kelapa yang gurih.
Soto ini lebih nikmat jika disantap bersama kerupuk ikan berukuran besar yang juga menjadi ciri khas dari Soto Lombok.
Tugu Malang ID mendapat kesempatan mewawancarai langsung pemilik Soto Lombok yang merupakan generasi ketiga dari pendirinya, Hj Maimunah.
Ditemui oleh tiga cucunya sekaligus, yaitu Ira Puspita atau yang akrab dipanggil Ita, Dodi Heru Sancoko yang akrab dipanggil Heru, dan Silfi Suroiya Sahar.
“Tahun 1955 itu dulu yang merintis mbah (nenek), terus turun ke anaknya, sekarang ke generasi ketiga,” ungkap Ita.
Sejak tahun 1955 hingga saat ini, Soto Lombok tidak pernah berpindah lokasi. Hanya saja, dulu tempatnya tidak terlalu besar sehingga Hj Maimunah membeli bangunan ruko yang ada di sebelahnya.
ADVERTISEMENT
“Dari dulu memang di Jalan Lombok, (bangunan) yang di bawah. Terus lama kelamaan mbah bisa beli tempat yang di atas,” ujar Ita.
Selama 67 tahun beroperasi, kini Soto Lombok memiliki beberapa cabang baik di Malang maupun di luar kota. “Saat ini cabangnya ada di Tlogomas, Purwosari, Mondoroko, dan Gempol,” ujar Heru.
Meskipun menjadi kuliner primadona wisatawan dan warga Malang, Soto Lombok juga merasakan dampak besar dari adanya pandemi COVID-19. “Sangat terpengaruh oleh pandemi. Bahkan hingga saat ini masih belum kembali seperti dulu,” sesal Ita.
Sebelumnya, mereka bisa menjual 500-600 mangkok soto per hari. Namun sejak pandemi, penjualan menurun drastis hingga 50 persen. Kini, mereka harus berpuas diri dengan penjualan sebanyak 250-300 mangkok saja.
ADVERTISEMENT
“Kalau dulu sebelum pandemi itu kami bisa menjual 600 mangkok. Kemudian ada kemerostan. Tapi sekarang alhamdulillah ada sedikit kenaikan,” ujar Heru.
Resep Soto Lombok diracik sendiri oleh Hj Maimunah. Oleh karena itu, sulit mencari soto dengan cita rasa yang sama.
Ayam kampung merupakan bahan utama untuk membuat Soto Lombok yang tidak bisa ditawar-tawar. “Kami sejak dulu pakai ayam kampung, tidak pernah diganti. Sesuai dengan resepnya,” tegas Ita.
Selain itu, koyah kelapa berwarna coklat gelap juga menjadi ciri khas Soto Lombok yang susah ditemui penggantinya di tempat lain.
Ciri khas Soto Lombok lainnya adalah pikulan kayu yang bisa ditemui berada di tengah restoran. Pikulan ini berisi kuah dan pelengkap soto dengan seorang karyawan duduk di belakangnya sibuk meracik semangkok soto.
ADVERTISEMENT
Pikulan itu rupanya dulu digunakan untuk berjualan saat ada pasar malam. “Dulu dipikul oleh Mbak Kakung saat berjualan di pasar malam,” ungkap Heru.
“Dulukan tempatnya bongkar pasang, jadi kalau pakai pikulan bisa dibawa pulang,” Ita menimpali.
Saat ini, semangkok Soto Lombok bisa dinikmati dengan harga Rp 25.000. Untuk menu istimewa dengan tambahan daging ayam, jeroan, atau brutu, bisa dinikmati dengan harga Rp 30.000. Jika ingin menu yang lebih mantap, ada menu spesial dengan ekstra daging ayam, jeroan, dan brutu seharga Rp 35.000.
Jangan lupa untuk menyantapnya bersama kerupuk berukuran besar khas Soto Lombok. Satu plastik kerupuk hanya seharga Rp 8.000.