Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Konten Media Partner
Tanah Bergerak di Malang Sebabkan Retakan Sepanjang 50 Meter
10 Oktober 2022 16:15 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
MALANG - Pengendara yang melintas di Dusun Wonorejo, Desa Sukodono, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang harus berhati-hati. Pasalnya, telah terjadi tanah bergerak dengan retakan tanah sepanjang 50 meter dan selebar 20 centimeter yang membelah jalan.
ADVERTISEMENT
Pergeseran ini terjadi sedikit demi sedikit sejak Jumat (7/10/2022) malam. Menurut Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang, Sadono Irawan, retakan ini terjadi karena adanya pergeseran tanah akibat hujan lebat.
"Hujan lebat sejak Jumat (7/10/2022) mengakibatkan tanah ambles yang berimbas ke jalan pemukiman," ujar Sadono saat dihubungi pada Senin (10/10/2022).
Menurutnya, kejadian ini perlu penanganan khusus karena jika terjadi hujan lebat lagi, dikhawatirkan retakan akan bertambah lebar.
"Upaya yang dilakukan untuk sementara ini yaitu penutupan jalan dan pengalihan arus kendaraan," imbuh Sadono.
Sementara Bupati Malang Sanusi mengatakan fenomena tanah bergerak seperti ini hampir selalu terjadi setiap dua tahun sekali. Menurutnya, penyebab pasti pergerakan tanah tersebut tidak dapat diketahui tanpa adanya penelitian mendalam.
ADVERTISEMENT
"Kalau tanah gerak ini (karena) alam. Kalau mau cari penyebabnya ya gali ke dalam, cari ada apa di bawah. Harus ada penelitian yang mendalam," kata Sanusi saat melakukan peninjauan di lokasi, Senin (10/10/2022).
Untuk sementara, pihaknya akan melakukan penanganan dengan menambal menggunakan semen sambil menunggu cairnya biaya tak terduga (BTT) membangun plengsengan.