Temuan Mikroplastik, Perum Jasa Tirta I Ajak Peneliti di Malang Riset Mendalam

Konten Media Partner
12 September 2020 10:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Diskusi Peneliti Perum Jasa Tirta 1 dengan para peneliti muda UIN Malang menyoal temuan limpahan mikroplastik cukup tinggi di sejumlah titik DAS Brantas Kota Malang. Foto: Ulul Azmy
zoom-in-whitePerbesar
Diskusi Peneliti Perum Jasa Tirta 1 dengan para peneliti muda UIN Malang menyoal temuan limpahan mikroplastik cukup tinggi di sejumlah titik DAS Brantas Kota Malang. Foto: Ulul Azmy
ADVERTISEMENT
MALANG - Tempo lalu, para peneliti muda dari UIN Maulana Malik Ibrahim Malang (UIN Malang) menjumpai limpahan mikroplastik di sejumlah Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas cukup tinggi. Temuan itu didasarkan pada uji sampel di sejumlah titik. Mulai di Bumiaji, Sengkaling, Klojen, hingga Kedungkandang.
ADVERTISEMENT
Seperti diketahui, penelitian ini masih belum di tahap final lantaran tidak bisa dijadikan parameter buruk tidaknya kualitas air sungai.
Jika mengacu pada regulasi Peraturan Pemerintah No 82/2001 soal Standarisasi Baku Mutu Air, limpahan mikroplastik memang belum dicantumkan sebagai parameter uji kualitas air sungai.
Diskusi Peneliti Perum Jasa Tirta 1 dengan para peneliti muda UIN Malang menyoal temuan limpahan mikroplastik cukup tinggi di sejumlah titik DAS Brantas Kota Malang. Foto: Ulul Azmy
Direktur Utama Perum Jasa Tirta (PJT) I, Raymond Valiant Ruritan, mengungkapkan temuan kandungan mikroplastik baru mengemuka secara global dalam kurun dua tahun terakhir.
Perkara penelitian, kata dia, harus dilakukan secara komprehensif dan hati-hati. Seperti meliputi teknis pengambilan sampel air, metode uji analisis sampel pada laboratorium, hingga cara monitor kondisi kualitas air sepanjang Brantas secara offline maupun online melalui sistem informasi kualitas air (SIKUALA).
''Perkara mikroplastik tidak dapat disimpulkan hanya dengan contoh air dari beberapa titik. Lalu dipakai untuk menggambarkan keseluruhan kondisi yang ada,'' ungkap Raymond, melalui teleconference, saat diskusi dengan peneliti muda mikroplastik di Aula Perum Jasa Tirta I, pada Jumat kemarin (11/9/2020).
ADVERTISEMENT
Kendati begitu, PJT I tetap mengapresiasi penelitian ini sebagai wujud kepedulian dan ikhtiar bersama merawat lingkungan Sungai Brantas.
Apalagi, keberadaan sungai sepanjang 320 km dengan luasan DAS hingga 12.000 km² ini memberikan pengaruh besar terhadap masyarakat Provinsi Jawa Timur.
Kedepan, PJT I akan berkolaborasi dengan peneliti muda dari UIN Malang dan UIN Surabaya untuk melakukan riset penelitian mikroplastik di Sungai Brantas secara lebih komprehensif.
Jika memungkinkan, kata Raymond, penelitian bisa mulai digeber pada 2021 mendatang.
Temuan ini bahkan nantinya bisa jadi masukan pada pihak regulator (pemerintah) untuk mencantumkan parameter mikroplastik dalam standar baku mutu sebagai upaya pengendalian kualitas air sungai.
''Harapannya nanti bisa ada baseline data yang jelas terkait kondisi kandungan mikroplastik ini,'' pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, perwakilan peneliti mikroplastik dari UIN Malang, Alaik Rahmatullah, mengakui meski limpahan mikroplastik belum terdapat standar baku mutu secara regulasi, namun tetap ada pengaruh terhadap kualitas air sungai. Berpotensi berbahaya.
''Ada korelasinya, juga ada parameter fisikanya,'' katanya.
Mikroplastik, kata dia, memiliki dampak signifikan meski memiliki waktu degradasi partikel yang juga sangat panjang.
Namun, jika timbunan sampah plastik dan limpahan mikroplastik ini terus berlarut, tentu dapat berefek negatif bagi kesehatan manusia.
''Bagaimanapun tetap berbahaya jika limpahan mikroplastik ini masuk ke tubuh manusia. Apalagi, sampai saat ini Sumber Brantas masih digunakan sebagai sumber air minum,'' tegasnya.
Atas dasar inilah, peneliti muda ini ingin mendorong parameter (limpahan mikroplastik) untuk mulai ditimbang menjadi parameter standar baku mutu kualitas air sungai.
ADVERTISEMENT
''Harapannya kami bahwa upaya pencegahan justru lebih baik daripada menunggu permasalahan itu terjadi nantinya,'' inginnya.
Terpisah, Ahli Lingkungan, Erwando Rachmadi, yang juga menjabat Kepala Divisi Teknologi Informasi PJT I, tidak menutup mata bahwa kelimpahan mikroplastik di Sungai Brantas memang terjadi. Namun secara validitas dan akurasinya masih perlu disesuaikan, baik secara teknik dan metodologi penelitian maupun regulasi.
Secara general, Erwando mensinyalir, dalam meneliti kualitas air sungai tidak serta merta langsung bisa dipukul rata. Pasalnya, penelitian dan pemantauan yang dilakukan pihaknya berkali-kali seringkali menjumpai hasil data yang fluktuatif dan berubah sewaktu-waktu.
''Jadi sifatnya memang dinamis. Kondisi sekarang bukan berarti bisa jadi acuan historikal ke depan,'' ujarnya.
Dia menjelaskan, sejumlah faktor yang mempengaruhi dinamika kualitas air ini seperti adanya sumber pencemar baru, lokasi geografis sungai, hingga kondisi debit air sungai yang tak menentu sesuai musimnya.
ADVERTISEMENT
''Dalam beberapa parameter, terkadang suatu saat melebihi baku mutu. Kadang turun, kadang pula normal. Namun setidaknya, sepanjang pantauan kita selama triwulan terakhir, air sungai kita masih tergolong relatif normal,'' klaimnya.
Sebagai informasi, sampel limpahan mikroplastik yang ditemukan di Sungai Brantas di kawasan Muharto Kedungkandang ditemukan mengandung 37 partikel mikroplastik per 100 liter air sampel.
Sementara, untuk pengukuran tingkat pH terbaru didapati semakin memburuk yakni 8,4 dan TDS 300 mg/l. Jauh dari tingkat pH normal air sungai sebagai syarat kehidupan yakni 7.