Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
ADVERTISEMENT

Oleh Abdul Adzim Irsad*
Salah satu ciri khas orang menunaikan ibadah haji dan umrah adalah banyak melaksanakan thowaf. Thowaf berarti mengelilingi Baitullah tujun putaran yang di mulai dari hajar aswad, dan di akhiri di hajar aswad. Siapa yang melaksanakan thowaf secara rutin, berarti telah menghidupkan syiar islam dan sunnah Rasulullah SAW di Kota Makkah.
ADVERTISEMENT
Sunnah bagi setiap orang yang memasuki masjidil haram adalah “thowaf”, ketika tidak melaksanakan thowaf digantikan dengan dua rakaat sholat tahiyatul masjid. Ketika tidak bisa melaksanakan sholat dua rakaat karena terlambat, maka disunnahkan membaca tasbih tiga kali. Begitu pentingnya ibadah thowaf, sampai diberikan alterlatif penggantinya bagi yang tidak melaksanakan thowaf dan sholat tahiyatul masjid.
Syarat ibadah thowaf itu sama dengan sholat, suci dari hadas kecil dan besar. Yang membedakanya adalah ketika sedang thowaf namun diselingi dengan berbincang-bincang dengan teman, maka thowafnya tidak batal (sah).
Ulama sepakat bahwa thowaf itu dikatakan karena “buang angin”. Bagi seorang yang sedang thowaf, kemudian batal ketika putaran ke-2, maka setelah berwudhu (bersuci) dilanjutkan pada putaran ketiga. Adapun bersentuhan dengan lawan jenis, para ulama berbeda pendapat.
ADVERTISEMENT
Bagi pengikut madzab Al-Syafii, bersentuhan dengan lawan jenis karena tidak sengaja atau disengaja, apalagi besahwat, jelas membatalkan wudhu. Sehingga thowafnya tidak sah. Bersentuhan dengan istri sendiri, juga membatalkan wudhu, karena istri itu aslinya adalah “ajanibyah”.
Namun, para ulama syafi'i juga ada yang berpendapat, bahwa kondisi berjubel, berdesak-desakan yang tidak memungkinkan wudhu berkali-kali, selama bersentuhan dengan lawan jenis tidak ada unsur sengaja, maka whudunya tetap sah. Sehingga thowafanya juga sah. Kondisi saat thowaf itu dikatekorikan darurat. Namun, jika tetap khawatir (kurang sreg), maka diperbolehkan pindah ke madzhab Abu Hanifah, atau Maliki.
Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa menyentuh wanita bukan muhrim (ajnabiyah) tidak membatalkan wudhu secara mutlak. Sementara, madzhab Imam Hambali dan Maliki berpendapat bahwa bersentuhan dengan wanita lain (Ajnabiyah) bias membatalkan wudhu, dengan catatan saat bersengtuhan diiringi dengan syahwat.
ADVERTISEMENT
Maka, alterlatif yang paling afektif dalam masalah thowaf ini adalah pindah madzahb (talfiq). Talfiq (pindah madzhab) itu boleh dengan catatan, tidak berpindah-pindah. Dalam hal Thowaf, talfiq (pindah madzhab) dari Syafii ke Imam Abu Hanifah, harus diawali dengan tata cara wudhu, membasuh muka, kedua tangan, telinga, hingga dua kaki hingga mata kaki. Dalam hal, ini orang awam sangat kesulitan. Maka, yang lebih aman adalah “taqlid” kepada ulama yang sudah mumpuni di bidang fikih Al-Syafii.
ADVERTISEMENT
Memaknai Thowaf
Setiap langkah kaki menjadi pelebur dosa-dosa, dan mengangkat derajat lebih tinggi di sisi Allah SWT. Pada hakekatnya, thowaf itu sebenarnya sebuah usaha dari seornag hamba yang bergelimang dosa, yang ingin menyatakan diri ketikda berdayaannya dihadapan Allah SWT bertaubat, dan mengakui kebesaran Allah SWT.
Ketika sedang keliliang Baitullah, dengan diiringi doa, sejatinya sedang interaksi dengan Allah SWT. Mereka tidak pernah berfikir kaki atau tangan bersentuhan dengan lawan jenisnya, melaikankan ingin mendapatkan ridho Allah SWT. Maka, tidaklah aneh, jika sepanjang thowafnya keringat membahasi sekujur tubuhnya tidak dirasakan, justru yang dirasakan adalah nikmat. Kaki terinjak-injak hingga bengkak, kadang dada terkena sikutan, justru thowafnya semakin nikmat. Itulah hakekat thowaf yang sebenarnya.
ADVERTISEMENT
Kadang air mata mengalir deras membahasi pipi, juga membahasi dinding Baitullah semua dinikmati senikmat-nikmatnya. Keringat dan air mata, seolah-olah menjadi saksi di hadapan Allah SWT, bahwa dirinya dating ke Baitullah bukan apa-apa, tetapi bentuk pengabdikan seorang hampa pendosa kepada Allah SWT. Tidak salah jika ada sebuah pernyatan “thowaf itu ibadah yang paling nikmat, tidak akan merasakan kenikmatan thowaf, kecuali yang setiap hari melakukannya”
Kenikmatan thowaf itu karena banyaknya manusia yang thowaf, mulai dari orang-orang sholih, kekasih Allah, dan juga para pendosa. Bahkan, bangsa Jin juga melaksanakan ibadah thowaf. Malaikat-pun, juga turut serta mengelilingi Baitullah. Itulah dahsyatnya ibadah Thowaf.
Memaknai Thowaf dari Segi Sunnah
Secara khusus, Rasulullah SAW menyebutkan keutamaan ibadah thowaf sunnah dalam berbagai hadis-nya.
ADVERTISEMENT
Rasulullah SW pernah berkata. "Barangsiapa melaksanakan thowaf, tiap-tiap langkah adalah kebaikan, dan menjadi pelebur dosa, dan mengangkat derajat. (HR Abu Dawud). Dalam hadis lain, Rasulullah SAW berkata “ barangsiapa melaksanakan thowaf, kemudian sholat dua rakaat, maka pahalanya sama dengan memberdakan budak (HR.Ibnu Majah). Thowaf ini merupakan tradisi pada nabi, wali, dan orang-orang sholih, dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Allah SWT memberikan keistimewaan yang luar biasa bagi kaum muslimin yang bermukim di Makkah atau menjadi tamu-nya, baik ketika sedang umrah atau menunaikan ibadah haji untuk melaksanakan ritual Thowaf. Tidak ada pekerjaan suatu ibadah, jika dilakukan ber-ulang, semakin senang dan dirindukan. Itulah Thowaf, mengelilingi Baitullah dengan tujuh putaran. Thowaf, bukan hanya dikerjakan manusia, Jin dan Malaikat-pun Thowaf.
ADVERTISEMENT
Baitullah adalah salah satu tempat ibadah tertua di dunia yang berada di pusaran bumi. Islam menjadikan Baitullah tempat berputar (thawaf) sepanjang masa, sejak Adam AS. diturunkan sampai saat ini. Rasulullah juga menjelaskan dalam beberapa hadits yang diriwayatkan oleh para muhaddisin perihal pahala thowaf, seperti Imam al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan Nasai serta Ibnu Majah. Dalam hadits tersebut dijelaskan, setiap langkah kaki di dalam putaran thowaf mampu menghapus kesalahan dan dosa manusia, serta mengangkat derajat manusia di sisi Tuhan-Nya,.
Nabi Muhammad SAW menyatakan dalam sebuah hadis, bahwasan-nya Thowaf itu mampu menjadikan manusia terhapus dari dosa-dosanya. Setiap orang yang mengerjakan Thowaf, Allah SWT melebur dosa-dosanya. Jika usai melaksanakan Thowaf, kemudian dilanjutkan melaksanakan sunnah dua rakaat (Rakatal Thawaf) di belakang maqomIbrahim atau Hijir Ismail diibaratkan memerdekakan budak. Begitu besar pahala thowaf, sampai-sampai Nabimemberitakan kepada semua pengikutnya dengan redaksi yang berbeda-beda.
ADVERTISEMENT
Dalam kitab Syifa’ul Gharam, Syeh al-Fasi menukil sebuah Rosulullah SAW yang isinya memberitakan bahwa orang yang melaksanakan thawaf seminggu tujuh puluh kali, maka akan terhapus semua dosanya seperti bayi yang baru dilahirkan. Begiitu dasyatnya pahala melaksanakan ibadah Thowaf, hingga banyak jin dan Malaikat senantiasa hadir di Baitullah, karena tempat ini begitu luar biasa dan penuh dengan kesakralan.
Di waktu-waktu tertentu thawaf juga mempunyai fadhilah dan pahala yang sangat agung, seperti pada saat bulanpuasa atau malam Lailatul Qodar. Thowaf yang dilakukan setelah shalat Shubuh dan Ashar juga sangat bagus, sebagaimana dikutip dari sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik dan Sa’id bin Musayyab, Rasulullah bersabda, “Ada dua thawaf yang jika dilakukan tidak diragukan lagi bahwa seorang hamba muslim pasti sudah terhapus seluruh dosa-dosanya. Pertama adalah thawaf setelah shalat shubuh yang selesainya menjelang matahari mulai terbit. Kedua adalah thawaf setelah shalat ashar yang selesainya menjelang maghrib.”
ADVERTISEMENT
Salah satu ciri khusus Baitullah adalah thawaf, sehingga tidak ada tempat yang lebih istimewa di muka bumi ini selain Baitullah. Sepanjang zaman, mulai nabi Adam AS. Sampai sekarang -bahkan yang akan datang-, tidak henti-hentinya dikelilingi oleh ribuan, bahkan jutaan insan.
Tujuannya mendekatkan diri kepada-Nya. Setiap orang yang datang disunnahkan untuk mengelilingi Baitullah sebagai tanda kemulyaan Baitullah. Begitu juga Haji, tidak sempurna haji danumrah seseorang tanpa disertai thowaf, sebagaimana dalam QS. al-Hajj 29 yang artinya, “… dan hendaklah mereka melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah)…”.
Dijelaskan dalam QS al-Baqarah 25, yang artinya, “Dan sucikanlah rumahku (Baitullah) bagi orang-orang yang selalu thawaf”.
Allah SWT memuliakan penduduk bumi -termasuk manusia, jin serta binatang- dengan thawaf ke Baitullah. Sedangkan kemuliaan bagi penduduk langit yaitu thawaf mengelilingi Baitul Ma’mur di langit. Sebelumnya, yang pertama kali mengelilingi Baitullah adalah Malaikat, kemudian Adam AS. Barulah Allah mengatakan kepada Adam, “Mintalah?” Adam menjawab, “Ampunilah dosa-dosaku dan anaku.” Allah menjawab, ‘Aku telah mengampuni dosa-dosamu.”
ADVERTISEMENT
Kejadian yang sama juga dikutip dalam sebuah buku sejarah, bahwa ada seekor burung yang hinggap di salah satu pundak orang sedang thawaf. Burung itu mengikuti thawaf sampai tujuh putaran lalu terbang. Buku tersebut juga menceritakan tentang jin yang sedang melaksanakan thawaf di Baitullah, lalu dilanjutkan dengan shalat dua rakaat di belakang Maqam Ibrahim. Tapi ada seorang pemuda dari Bani Sahm mendekatinya dan membunuhnya, sehingga terjadi fitnah besar dan permusuhan antara kelompok jin dan Bani Sahm.
Di sisi lain, memandang Ka’bah juga menjadi nilai ibadah tersendiri. Setiap hari, Allah SWT. menurunkan 120 rahmat yang terbagi menjadi tiga bagian di Masjidil Haram (Makkah). Bagi yang senang memandangi Baitullah, maka akan mendapatkan dua puluh rahmat-Nya. Dan, bagi yang melaksanakan thowaf sunnah, maka akan mendapatkan enam puluh rahmat-Nya. Sedangkan yang hanya melaksanakan sholat sunnah, maka hanya akan mendapatkan empat puluh rahmat-Nya. Baik thowaf, sholat, dan memandangi Baitullah harus dengan niat ibadah serta penuh pengghayatan, ta’zhim dan takrim atas kebesaran Allah SWT
ADVERTISEMENT
Malang, Juli 2019.
Penulis adalah cendekiawan Muslim, tinggal di Malang.