news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Tim KPCPEN: Kolaborasi Semua Elemen Kunci Antisipasi Hoaks

Konten Media Partner
17 April 2021 15:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Staf Bidang Komunikasi Sosial Politik dan Masyarakat (Komsospolmas) Tim Komunikasi Publik Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) Savero “Ero” Karamiveta Dwipayana
zoom-in-whitePerbesar
Staf Bidang Komunikasi Sosial Politik dan Masyarakat (Komsospolmas) Tim Komunikasi Publik Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) Savero “Ero” Karamiveta Dwipayana
ADVERTISEMENT
YOGYAKARTA - Kolaborasi dan sinergi semua elemen masyarakat menjadi kunci penting mengantisipasi maraknya informasi palsu atau hoaks, khususnya yang terkait dengan Covid-19.
ADVERTISEMENT
“Pemerintah tidak bisa berjalan sendirian karena saat ini teknologi telah memungkinkan masyarakat secara keseluruhan untuk mengambil alih proses produksi informasi. Jadi, tanpa keterlibatan semua kalangan, maka upaya meredam hoaks hanya akan seperti menggantang asap,” ujar Staf Bidang Komunikasi Sosial Politik dan Masyarakat (Komsospolmas) Tim Komunikasi Publik Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) Savero “Ero” Karamiveta Dwipayana yang menjadi salah seorang narasumber pada kegiatan Workshop “Strategi Melawan Hoaks di Dunia Digital”, yang digelar di Ballroom Hotel Melia Purosani, Yogyakarta, Jumat (16/4/2021).
avero “Ero” Karamiveta Dwipayana saat menjadi pembicara. (dok)
Kegiatan yang juga disiarkan secara virtual tersebut menjadi bagian dari Grand Launching Empat Modul dan Kurikulum Literasi Digital yang diluncurkan Kementerian Komunikasi dan Informatika. Kota Gudeg menjadi salah satu dari lima kota yang ditunjuk Kementerian Kominfo untuk menjadi kota peluncuran program tersebut, selain Surabaya, Tangerang Selatan, Aceh, dan Lampung.  Di Kota Surabaya, grand launching dilakukan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate bersama Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.
Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Universitas Padjadjaran (Unpad) ini menjelaskan bahwa penyebaran hoaks sebagian besar melalui sosial media yang saat ini penggunanya di Indonesia mencapai lebih dari setengah jumlah penduduk. “Bahkan sudah di kisaran 80 persen masyarakat kita pengguna internet sekaligus media sosial. Diperlukan kesadaran semua pihak untuk sama-sama mengantisipasi persoalan ini,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Putra bungsu pakar Komunikasi dan motivator nasional Dr Aqua Dwipayana itu lebih jauh menyampaikan penyebaran informasi palsu atau hoaks kini lebih banyak terjadi pada aplikasi percakapan Whatsapp (WA), termasuk isu yang terkait dengan pandemi Covid-19. Oleh karena itu, selain terus menggencarkan sosialisasi melalui website atau media sosial resmi, KPCPEN fokus menyasar grup WA untuk diberikan berbagai konten kredibel terkait Covid-19.
Ero yang sejak SMA aktif dalam berbagai kegiatan sosial itu menjelaskan penyebaran informasi yang tidak jelas kebenarannya itu kini lebih menyasar kepada aplikasi percakapan yang langsung menghubungkan antarindividu secara bersamaan, khususnya grup WA.
Para peserta workshop. dok
“Untuk itu, kami kini mengarahkan penyebaran informasi dan berbagai penjelasan autentik tentang Covid-19 dan berbagai konten terkait untuk grup Whatsapp ini. Dengan demikian mudah-mudahan hal ini bisa mengantisipasi penyebaran hoaks yang saat ini sudah begitu mewabah. Para kepala desa, kepala dinas kesehatan di daerah, serta para tokoh masyarakat lainnya diharapkan menjadi agen penyampaian pesan-pesan positif dan autentik ini,” ujar Ero.
ADVERTISEMENT
Kecakapan Digital
Pernyataan Ero yang juga redaktur pelaksana di tugujatim.id ini selaras dengan studi terbaru dari Tallin University Estonia yang menyebut aplikasi percakapan WA lebih berbahaya dalam menyebarkan hoaks terkait covid-19. Meski demikian platform media sosial lain juga punya peran besar terkait persebaran hoaks itu.
Studi dari Tallin University mengambil tempat di Jerman dan Israel. Studi mengungkap hoaks yang menyebar di grup WA saat ini lebih berbahaya ketimbang aplikasi lainnya.
Identitas penyebar hoaks di WA lebih jelas ketimbang yang disebarkan melalui platform media sosial. Sehingga banyak dari pesan berantai hoaks diterima dan disebarkan begitu saja oleh masyarakat.
Studi juga menyebut penyebaran hoaks itu berupa pesan berantai. Menariknya pesan berantai itu didapatkan dari platform media sosial lain seperti Facebook, Twitter atau Instagram.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, pada kegiatan Talkshow “Makin Cakap Digital dengan Beretika dan Berbudaya di Dunia Maya”, Tenaga Ahli Menteri Bidang Literasi Digital dan Tata Kelola Internet Kominfo Donny BU menjelaskan bahwa sebelum era digital, memiliki kemampuan dasar bisa membaca dan menulis mungkin sudah cukup. Namun dalam situasi saat ini, setiap orang yang terkoneksi ke internet juga dituntut untuk memiliki kecakapan digital.
“Dalam rangka mempercepat program transformasi digital Indonesia dan mendorong peningkatan pengetahuan teknologi informasi dan komunikasi masyarakat Indonesia, diperlukan upaya dan strategi untuk memaksimalkan Literasi Digital. Untuk itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama mitra jejaring GNLD Siberkreasi telah menyusun sebuah kurikulum dan modul terkait dengan hal itu,” ujar Donny.
Dia mengatakan ada keterkaitan erat antara upaya percepatan digital dengan kenyataan masih rendahnya etika masyarakat dalam bermedia digital. “Inilah pentingya literasi digital dalam menciptakan masyarakat yang beretika di dunia digital,” ucapnya. *
ADVERTISEMENT