Tips Cerdas Bermedia Sosial dengan Berhenti Menyebar Hoaks

Konten Media Partner
7 April 2022 12:37 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anggota Komisi I DPR RI, Syaifullah Tamliha SPi MS saat Webinar Series: Ngobrol bareng Legislator bertajuk "Bersama Lawan Kabar Bohong (Hoaks)", pada Kamis (24/03/2022).
zoom-in-whitePerbesar
Anggota Komisi I DPR RI, Syaifullah Tamliha SPi MS saat Webinar Series: Ngobrol bareng Legislator bertajuk "Bersama Lawan Kabar Bohong (Hoaks)", pada Kamis (24/03/2022).
ADVERTISEMENT
Anggota Komisi I DPR RI dari fraksi PPP, Syaifullah Tamliha SPi MS memaparkan bahwa masyarakat harus berhati-hati dalam menyikapi berita hoaks.
ADVERTISEMENT
Hal itu dia sampaikan dalam Webinar Series: Ngobrol bareng Legislator bertajuk "Bersama Lawan Kabar Bohong (Hoaks)", pada Kamis (24/03/2022).
“Hoaks atau fake news bukan sesuatu yang baru dan sudah banyak beredar sejak Johannes Gutenberg menciptakan mesin cetak pada tahun 1439. Sebelum zaman internet, hoaks bahkan lebih berbahaya dari sekarang karena lebih sulit untuk diverifikasi,” jelasnya.
Dia menjelaskan ada beberapa karakteristik informasi yang mencirikan hoaks, di antaranya mengakibatkan kecemasan, kebencian, dan permusuhan. Sumber berita hoaks tidak jelas, serta biasanya memberitakan suatu kejadian dengan tidak terverifikasi dan berimbang, serta cenderung menyudutkan pihak tertentu. Isi dari berita hoaks juga bermuatan fanatisme, provokatif, menghakimi, serta menyembunyikan fakta dan data sebenarnya. Jenis-jenis berita hoaks antara lain berita bohong, tautan jebakan, bias konfirmasi, misinformation, satire, dan post-truth.
ADVERTISEMENT
Munculnya hoaks, lanjut dia, disebabkan oleh beberapa faktor yaitu rendahnya tingkat literasi yang membuat sulitnya memilah konten positif atau negatif di internet, rendahnya tingkat literasi yang diiringi oleh kelemahan berpikir kritis terhadap informasi yang diterima, dan gaptek atau lemah dalam literasi digital.
Dirjen Aptika Kemkominfo, Samuel A Pangerapan BSc menyampaikan bahwa saat ini indeks literasi digital Indonesia masih berada pada angka 3,49 dari skala 5, yang artinya masih dalam kategori sedang belum mencapai tahap yang lebih baik. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa memang masyarakat Indonesia harus paham tentang berita hoaks dan bersama melawan penyebaran berita hoaks yang marak di media sosial.
“Diperlukan mekanisme saring informasi agar tidak mendapat berita hoaks serta warning system pada otak kita agar dapat membedakan berita sebenarnya dengan berita hoaks,” tambah Tenaga Ahli Wamentan, Khairi Fuady SSos.
Tenaga Ahli Wamentan, Khairi Fuady SSos saat Webinar Series: Ngobrol bareng Legislator bertajuk "Bersama Lawan Kabar Bohong (Hoaks)", pada Kamis (24/03/2022).
Seiring perkembangan ruang digital di Indonesia, maka akan naik juga risiko kejahatan dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dengan menyebarkan berita hoaks demi keuntungan pribadi maupun kepentingan kelompoknya.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, kata dia, dalam mencerna berita atau informasi yang diperoleh diperlukan kecermatan bagi penerima berita dalam mencerna berita agar tidak mempercayai berita hoaks yang tersebar.
Dia membagikan tata cara untuk menghidari berita hoaks yaitu dengan mencari kebenaran berita yang tersebar dan mematuhi kode etik jurnalistik yang ada dengan cara menghadirkan pro dan kontra berita yang ada. Dengan itu masyarakat dapat memilah dan membandingkan informasi yang ada.
“Cara untuk mengetahui apakah suatu berita adalah hoaks di antaranya dengan mengecek keaslian sumber berita, memeriksa fakta, serta berhati-hati dengan judul yang bersifat provokatif,” jelas Khairi.(ads)