Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
MALANG - Konflik dualisme berkepanjangan selama hampir 1 dekade di tubuh klub bola Arema, membuat keresahan Aremania memuncak.
ADVERTISEMENT
Tepat pada Senin (16/11/2020), ribuan Aremania dan Aremanita memadati jalan di depan kantor DPRD Kota Malang.
Ada sekitar 2 ribu Aremania memenuhi jalan dengan mengusung satu semboyan Make Malang Great Again. Mereka sepakat satu tujuan menuntut agar klub kebanggan Kota Malang ini kembali satu.
Jubir Aksi Damai Aremania, Andi Sinyo, menuntut agar Yayasan Arema selaku pemilik klub yang sah secara hukum, segera menyelesaikan konflik dualisme ini.
"Kami menunut organ yayasan Arema segera turun menemui Aremania, untuk segera menyelesaikan kasus ini,'' tegasnya.
"Kalau gak mau, mohon kepada pihak dewan selaku Bapake Arek-Arek Malang (bapaknya anak Malang, red) untuk membantu memfasilitasi mendatangkan mereka (organ yayasan),'' harapnya.
Organ yayasan yang dimaksud, lanjut dia, menyasar beberapa nama, mulai Darjoto Setiawan, Bambang Winarno, Andi Darussalam, M Nur, Rendra Kresna, hingga Iwan Budianto. Beberapa nama itulah yang setidaknya berdasar SK Menkum-HAM tahun 2012 Nomor AHU-AH 01.06.317, tercatat sah sebagai organ yayasan.
ADVERTISEMENT
Merekalah yang punya andil dalam memberi kejelasan soal konflik dualisme Arema yang telah berlangsung kurang lebih 9 tahun sejak 2011.
Konflik dualisme PS Arema ini, kata dia, telah merusak pikiran, hati, jiwa, persaudaraan, dan mencoreng nama baik masyarakat Malang raya, khususnya Aremania dipentas panggung sepak bola Indonesia.
"Ini di Malang ada 2 Arema. Keduanya arahnya dibawa kemana juga gak jelas. Sampai kapan ini terjadi? Kalau memang mengakui bahwa arema milik yayasan, ya ayo dicari bareng yayasannya. Ayo kita kembali satu,'' tuntutnya.
Hingga berita ini ditulis, Aremania masih memadati jalanan di area Alun-alun Tugu Malang. Mereka menunggu hingga ada perwakilan rakyat datang menemui mereka untuk melakukan mediasi.