Tren Masker Sperma Tuai Pro-Kontra, Begini Tanggapan Dokter Kulit

Konten Media Partner
17 Mei 2019 9:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
 dokter spesialis kulit dan kelamin Dr dr Dhelya Widasmara, SpKK (foto dokumen)
zoom-in-whitePerbesar
dokter spesialis kulit dan kelamin Dr dr Dhelya Widasmara, SpKK (foto dokumen)
ADVERTISEMENT
TUGUMALANG.ID-Tren masker sperma, konon bisa membuat awet muda pemakainya. Bahkan, sejumlah artis di luar negeri sudah mengklaim hal tersebut.
ADVERTISEMENT
Tapi, menurut dokter spesialis kulit dan kelamin Dr dr Dhelya Widasmara, SpKK, hal tersebut perlu dibuktikan lagi secara ilmiah.”Perlu dibuktikan lagi, karena ada informasi selain bisa awet muda, bisa menghilangkan jerawat,” kata pemilik eLBe klinik ini, di Jalan Ciujung, Kota Malang, jum'at (17/5).
Dia menjelaskan, sperma merupakan bagian dari cairan semen atau cairan mani yang keluar saat ejakulasi. Jadi, istilah masker sperma itu sebenarnya adalah masker cairan semen yang di dalamnya salah satunya mengandung sperma.
Komposisi cairan semen sebagian besar terdiri dari cairan plasma seminalis, sebagian kecil adalah sperm (sel spermatozoa) dan mucus (lendir). Cairan semen Sebagian besar terdiri dari protein, juga mengandung fruktosa dan spermin.”Kandungan fruktosa, glukosa, zat besi, diperlukan sebagai makanan sperma dan menunjang kehidupan sperma di dalam kandungan,” kata Dhelya.
ADVERTISEMENT
Dia melanjutkan, hasil penelitian Johnson dan Everitt dalam bukunya Essential Reproduction (2000) mengungkapkan bahwa air mani berisi kandungan gizi yang tinggi. Dalam ejakulasi khas (kira-kira satu sendok teh), air mani sudah mengandung 150 mg protein, 11 mg karbohidrat, 6 mg lemak, 3 mg kolesterol, 7 persen US AKG kalium, tembaga dan seng.
Bila prostat terkena infeksi, dalam cairan semen juga bisa mengandung leukosit yang kita tahu bila leukosit meningkat bisa menyebabkan infeksi dan radang pada kulit. Pendapat bahwa kandungan spermin dalam cairan semen dapat menghaluskan dan melembabkan kulit serta mencegah penuaan, belum terbukti secara ilmiah.”Jadi Saya tidak menyarankan untuk memakainya sebagai masker wajah,” katanya. ”Bila masyarakat ingin memakai masker wajah, malah dapat memakai masker alami yang berasal dari buah-buahan dan sayuran,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Reporter : Irham Thoriq