Tutup Setahun, Pendaki Temukan Jejak Diduga Macan di Ranu Kumbolo

Konten Media Partner
28 September 2020 9:49 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical

Ekosistem Bernafas Lega

Tangkapan layar jejak satwa liar diduga jenis kucing besar atau macan, berkeliaran di kawasan Ranu Kumbolo, Gunung Semeru. Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Tangkapan layar jejak satwa liar diduga jenis kucing besar atau macan, berkeliaran di kawasan Ranu Kumbolo, Gunung Semeru. Foto: Istimewa
ADVERTISEMENT
MALANG - Penutupan kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) sejak setahun lalu, seolah memberi banyak kesempatan bagi ekosistem untuk bernafas lega.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, populasi satwa liar yang berhabitat disana, seolah bebas berkeliaran dan keluar dari tempat persembunyiannya.
Seperti diketahui dari cuitan akun Twitter @superbagonk melalui unggahan videonya pada Jumat (25/9/2020). Dia menemui cukup banyak jejak satwa diduga kucing besar di kawasan Ranu Kumbolo, Gunung Semeru.
Video pendek dengan durasi sekitar 30 menit itu, cukup jelas memperlihatkan sejumlah jejak satwa diduga dari famili Felidae atau kucing besar alias macan.
Video itu diakui pemilik akun, diambil sekitar 2 pekan lalu, saat pembersihan jalur pendakian dalam rangka persiapan pembukaan jalur pendakian untuk umum.
"Setahun penuh Ranu Kumbolo tak terjamah manusia, walhasil ketika bersih-bersih jalur sebelum pendakian kembali dibuka, ditemukan banyak jejak hewan famili felidae alias kucing besar,'' cuit dia.
ADVERTISEMENT
Alhasil, postingannya tersebut menuai reaksi positif lantaran dengan kebijakan penutupan TNBTS, berdampak positif pada keberlangsungan ekosistem disana.
Hingga Senin (28/9/2020), video itu mendapatkan 9,8 ribu retweet dan tanda like hingga 24,7 ribu akun.
Kabar baik itu pun menuai komentar warganet yang sebagian besar mencurahkan antusiasmenya terhadap kehadiran satwa liar yang bebas berkeliaran di kawasan Ranu Kumbolo, sumber air terbesar di Gunung Semeru.
Namun, sebagian warganet juga menunjukkan sikap skeptis yang meragukan bahwa itu bukan jejak milik si kucing besar. Melainkan lebih mendekati jejak ajag atau anjing hutan jika dilihat secara bentuk morfologinya.
Namun pemilik akun menyebutkan, tidak pernah menjumpai data populasi ajag di Gunung Semeru secara valid. Justru, populasi famili kucing besarlah yang dilaporkan sering dijumpai disertai data dan bukti konkrit. Seperti Panthera pardus alias macan tutul hingga macan kumbang.
ADVERTISEMENT
Selain itu, dia juga menambahkan, tautan video dari petugas TNBTS yang menangkap basah pergerakan seekor macan tutul di kawasan Semeru melalui kamera pengawas (camera trap).
Terlepas dari apakah itu jejak macan atau bukan, paling tidak ada kabar baik bahwa ekosistem taman nasional ini kembali pulih dan bernafas lega.
Seperti diketahui, pendakian Gunung Semeru sudah ditutup sejak 19 September 2019 lalu. Sebagai upaya pemeliharaan dan pemulihan ekosistem kawasan konservasi di bawah BB TNBTS itu.
Namun per 1 Oktober 2020, BB TNBTS memutuskan jalur pendakian gunung setinggi 3.676 mdpl ini kembali dibuka.