Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten Media Partner
Umsida Gelar Seminar Internasional Ekonomi Islam Perspektif Maqasid Al-Syariah
27 Desember 2022 14:13 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Salah satu pembicara internasional adalah Prof M Din Syamsuddin MA PhD, Guru besar Politik Islam Dunia, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Kemampuannya yang luar biasa di bidang politik Islam mewarnai ekonomi Islam dengan mengusulkan beberapa hal pada seminar yang diselenggarakan di Auditorium KH Ahmad Dahlan, Kampus Umsida .
Sebagai orang luar (outsider) dari bidang Ekonomi Islam ataupun Syariah, di hadapan para ahli ekonomi islam dan syariah serta 700 peserta mahasiswa dan dosen, Din mengusulkan bahwa perkembangan ekonomi islam dunia harus menghormati harga diri manusia dan hak asasi manusia.
Din me-review Ekonomi Islam dari perspektif Maqasid Al Syariah dari Imam Malik, Al Maturidi dan Al-Qordowi dan Imam Ghozali yang melihat dari Hadiaat dan Tahsin. Intinya, mengembangkan ekonomi dalam Islam harus menghormati harga diri manusia dan hak asasi manusia. Banyak juga yang melihat dari tiga kebutuhan primer, sekunder dan tersier.
ADVERTISEMENT
Namun, Din paling menekankan primer dalam memahami Ekonomi Islam dari perspektif Maqasid Al Syariah, yaitu dengan memelihara agama.
“Saya melihatnya sebagai yang primer adalah Hifzuddiin, maintaining (memelihara) and strengthening (menguatkan) agama,” tuturnya.
“Dan menjadikan hifzuddin sebagai yang central, maka yang lainnya menjadi instrumental, imbuhnya.
Agama, lanjutnya, digunakan untuk membela negara karena kita hidup dalam pasca penjajahan. Di sela-sela materi seminar, karena ini seminar internasional, Din menawarkan pada seluruh audiens untuk berbicara dalam tiga Bahasa yaitu Bahasa Arab, Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia yang disambut tepuk tangan meriah oleh seluruh peserta.
Din melanjutkan, “Ada yang lebih tinggi dari maqasid syariah yaitu cita-cita sosial islam,” terangnya. “Dalam pemahaman saya, ada yang lebih tinggi dari tujuan-tujuan syariah yang sifatnya relatif, mungkin saja bisa ditambah atau bisa diklasifikasi,” sambungnya.
ADVERTISEMENT
Merujuk pada ulama-ulama terdahulu yang juga sudah mengklasifikasikannya, “Ada yang pokok dan ada yang cabang-cabang,” katanya.
Din menyebutkan tujuan dari agama islam adalah cita-cita sosial dan imajinasi sosial, yaitu membangun umat islam.
“Inilah yang dibentuk Rasul SAW di Yatsrib, umat yang dibangun adalah dimensi dalam, dalam computer disebut soft ware, sedangkan sedangkan Madinah itu hardware nya,” lanjutnya.
Dalam membangun umat tersebut, Din berpikir untuk mempertimbangkan Aftakir atau sistematis ajaran islam, yaitu at tauhid dan al khilafah.
Din mengutip potongan ayat dalam Surat Al Baqoroh, “Inni jaailun fil ardli kholifah (sesungguhnya Aku menciptakan manusia di bumi sebagai kholifah),” terangnya.
Kholifah, Din melanjutkan, “Walaupun ada dua penafsiran, pertama kholifah yang datang belakangan pada manusia itu dari generasi-generasi manusia sebelumnya. Maka Ketika Allah berkata, inni jaailun fil ardli kholiifah. Jin dan malaikat mengetahui bertanya, apakah engkau menciptakan generasi manusia untuk membuat kerusakan,” paparnya.
ADVERTISEMENT
“Tafsir kedua, menggantikan Allah membangun bumi, islah fil ardl, menjadi muslihin, lawannya walaa takunu minal mufsidin, bukan mufsidin, sambungnya.
Din menegaskan, “Islah dan fasad ini dilawankan, jadilah minal muslihin, yg melakukan al islah, bukan hanya mendamaikan antara dua yang bertikai namun membangun bumi, membangun khilafah peradaban,” terangnya.
“Maka sebarkan amal sholih yang sangat sentral dalam islam, walladi na amanu waamilus sholihaat,” tandasnya.
Untuk mewujudkan al islah, Din mengusulkan, “Berdasarkan sistematika Islamic teaching (pengajaran islam-red), tauhid paling penting, kita mengemban misi kemanusiaan, kita membangun khilafah peradaban, yang dengan itu kita harus melakukan islah,” jelasnya.
Menurut Din, Muhammadiyah menjabarkan islah ada dua, amaliyah dan al asriyah. Amaliyah yaitu seperti sekolah, rumah sakit, dan sebagainya yang mencakup amal usaha Muhammadiyah. Sedangkan al asriyah adalah wajahnya Muhammadiyah yang berkemajuan.
ADVERTISEMENT
Dari pembahasan kurang dari tiga puluh menit, meski singkat namun sangat berbobot, Din menyimpulkan, “Maqasid syariah penting sebagai instrumen untuk menafsirkan memahami ajaran-ajaran islam, tapi yang penting adalah cita-cita social islam, mewujudkan masyarakat utama, masyarakat Islam yang sebenar-benarnya,” pungkasnya.(Dian Rahma Santoso)