Universitas Brawijaya Digitalkan 6 Cagar Budaya di Malang

Konten Media Partner
7 Agustus 2020 15:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tim peneliti Fakultas Teknik Universitas Brawijaya saat melakukan perekaman digital bangunan cagar budaya di Balai Kota Malang. Foto: Ulul Azmy.
zoom-in-whitePerbesar
Tim peneliti Fakultas Teknik Universitas Brawijaya saat melakukan perekaman digital bangunan cagar budaya di Balai Kota Malang. Foto: Ulul Azmy.
ADVERTISEMENT
MALANG - Tim peneliti Fakultas Teknik Universitas Brawijaya menyusun arsip data digital 6 bangunan cagar budaya di Kota Malang. Diantaranya adalah Alun-Alun Tugu Malang, Balai Kota Malang, Gereja Ijen, Gereja Kayu Tangan, Gedung PLN dan SMAK Frateran.
ADVERTISEMENT
Perekaman data aset digital ini dilakukan dalam rangka pengembangan aplikasi Heritage Building Information Modeling di Kota Malang.
Berbeda dengan metode konvensional, perekaman menggunakan teknologi kamera 3D Laser Scanner bekerjasama dengan PT Leica Geosystems Indonesia.
Tim peneliti Fakultas Teknik Universitas Brawijaya saat melakukan perekaman digital bangunan cagar budaya di Balai Kota Malang. Foto: Ulul Azmy.
Tipe kamera yang digunakan dalam perekaman ini yakni Leica RDC 360, alat rekonstruksi data digital termutakhir yang menggabungkan antara perekaman image sekaligus perekaman 3D Point Cloud.
''Ini menjadi revolusi dalam rekontruksi otomatis digital yang mengungguli sistem perekaman data secara manual. Seperti pengukuran dengan digital laser meter atau perekaman secara manual biasa,'' terang Ketua Peneliti sekaligus Ketua Jurusan Arsitektur FT UB, Hery Santosa, pada Kamis kemarin (6/8/2020).
Manfaatnya, jika nanti sewaktu-waktu bangunan hancur, masih ada arsip data digital dengan tingkat akurasi dan validitas yang tinggi sebagai upaya memelihara bentuk asli bangunan peninggalan bersejarah tersebut.
ADVERTISEMENT
Hery menerangkan, gambar dengan ketepatan data ukur berpengaruh terhadap presisi bangunan juga terhadap koordinat bumi. Dalam ilmu konstruksi bangunan nantinya, membantu akurasi ketepatan perhitungan volume bangunan dan lain sebagainya.
''Jika sudah dilakukan perekaman digital dengan 3D Laser Scanner, maka saat kita ingin membangun kembali, bangunannya bisa sama persis dengan aslinya,'' terangnya.
Lebih lanjut, jika proses digitalisasi ini berhasil, maka bisa diaplikasikan terhadap keseluruhan bangunan heritage yang ada di Kota Malang. Sehingga dari dinas terkait bisa memanfaatkan hasilnya untuk dikembangkan menjadi wisata Virtual Reality misalnya.
''Arahnya nanti (bisa) kesana. Bisa diakses publik masyarakat luas,'' ungkapnya.
Sebab itu, untuk mewujudkan konsep wisata virtual ini, perlu dipadukan dengan sistem georeference.
Dosen Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya (UB), Adipandang Yudono, mengatakan georeferencing penting dalam menentukan koordinat tiap sudut bangunan dengan titik koordinat bumi.
ADVERTISEMENT
''Jadi bangunan ini punya koordinat bumi sehingga nanti jadi kayak kembarannya kota, tapi dalam bentuk virtual," jelasnya.
Sementara untuk detailnya, proses digitalisasi yang sedang dilakukan itu berada di level lima. Sehingga bentuk bangunan bisa terekam secara detail. Mulai dari lekukan arsitektur juga hingga eksterior, dan interiornya.