Wali Kota Malang Salahkan Sekolah soal Siswa yang Alami Kekerasan

Konten Media Partner
3 Februari 2020 14:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wali Kota Malang, Sutiaji saat mengunjungi sekolah yang diduga ada siswa yang mengalami kekerasan, Senin (3/2/2020). (Foto: Khusnul Hasana)
zoom-in-whitePerbesar
Wali Kota Malang, Sutiaji saat mengunjungi sekolah yang diduga ada siswa yang mengalami kekerasan, Senin (3/2/2020). (Foto: Khusnul Hasana)
ADVERTISEMENT
Malang – Wali Kota Malang Sutiaji melakukan peninjauan terhadap sekolah yang diduga memiliki siswa yang mengalami kekerasan hingga masuk rumah sakit, Senin (3/2/2020). Sutiaji, datang ke sekolah untuk mengetahui kronologi kejadian yang sebenarnya.
ADVERTISEMENT
“Mengumpulkan pihak pihak terkait, konselingnya juga. Saya juga minta informasi-informasi secara rinci. Habis ini mau ke Lavalette (rumah sakit tempat korban dirawat, red),” ujar Sutiaji kepada awak media, Senin (3/2/2020).
Untuk diketahui, sebelumnya siswa SMP di Malang berinisial MS harus dilarikan ke rumah sakit lantaran dianiaya oleh tujuh rekannya sendiri saat di sekolah.
Sutiaji mengatakan bahwa dirinya meyakini tidak ada unsur membuat anak tersebut mengalami bullying di sekolah.
“Secara ekonomi dalam kondisi wajar, secara kemampuan dia juga aktivis, dia juga ketua kelas. Secara status dan intelligence ia berada di atas rata-rata,” ungkap Sutiaji.
Meski demikian, Sutiaji tetap menyalahkan pihak sekolah. Hal ini lantaran kejadian tersebut berada di lingkungan sekolah.
ADVERTISEMENT
“Secara menyeluruh saya tetap menyalahkan sekolah karena kejadiannya di sekolah. Meskipun secara kronologi bergurau dan terjepit gasper,” ujarnya.
Saat ini yang dilakukan Sutijai adalah meminta pihak sekolah untuk melakukan pendampingan psikologis terhadap korban dan pelaku. Kemudian memberikan pendampingan hukum terhadap pelaku serta meminta Dinas Pendidikan untuk mengumpulkan kepala sekolah se-Kota Malang.
Saat ditanya mengapa harus ada mediasi terhadap anak-anak tersebut, Sutiaji menjelaskan bahwa mediasi dilakukan agar anak-anak tersebut menyadari sebuah gurauan dapat menimbulkan terjadinya korban.
“Mediasi kan itu bukan karena kriminal, tapi biar anak-anak ini juga merasa guyon kebablasan akhirnya terjadi benturan keras yang menyebabkan si korban menderita sakit,” pungkasnya.