Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten Media Partner
Warga Tolak Rencana Dinkes Malang Mendirikan Ruang Isolasi Corona di RSJ Lawang
31 Maret 2020 17:57 WIB
ADVERTISEMENT
MALANG - Pendirian ruang isolasi Corona di RSJ Radjiman Wediodiningrat Lawang oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Malang, menimbulkan penolakan warga sekitar.
ADVERTISEMENT
Pasalnya, warga tiba-tiba dikejutkan dengan penetapan ruang isolasi Corona, tanpa adanya sosialisasi. Terlebih, letak ruangan isolasi bersebelahan persis dengan wilayah padat penduduk di Desa Sumberporong, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang.
"Padahal harapannya pihak rumah sakit itu mengonfirmasi dulu sebelum menerima ke pemerintah desa, sehingga kita bisa diberi edukasi, kemudian ada pemahaman," terang salah satu warga berinisial G yang tinggal di wilayah RW 10, Desa Sumberporong, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, pada Senin (30/3/2020).
Menurut G, warga Desa Sumberporong menolak keras ruang isolasi tersebut. Hingga berbuntut pada pemasangan spanduk di gang-gang perkampungan.
Berdasarkan pantauan tugumalang.id, spanduk penolakan tersebut sudah rusak, pada Senin (30/3/2020).
"Saya malah baru tahu sekarang kalau sudah di rusak, tadi padahal masih ada saat saya lewat," lanjut G terheran.
ADVERTISEMENT
G menjelaskan, warga bukannya tidak simpati pada pasien Corona. "Tapi wilayah RSJ itukan luas. Jadi, kami minta agar dipindahkan di dalam agar tidak bersebelahan langsung dengan pemukiman warga," jelasnya.
G menjelaskan jika antara ruang isolasi dengan RW 10 jaraknya hanya 3 meter. Terlebih, sebelah ruang isolasi tersebut adalah jalan umum yang biasa dilewati warga sekitar.
"Di situ ada lalu lintas umum, jadi aksesnya sangat-sangat membahayakan," terang G.
Keterangan yang sama juga diperoleh tugumalang.id saat mendatangi salah seorang warga yang rumahnya hanya berjarak sekitar 10 meter dari ruang isolasi COVID-19.
Warga berinisial Y yang tidak ingin disebut namanya ini, mempertanyakan standardisasi ruang isolasi tersebut. Ditambah letak ruang isolasi yang bersebelahan dengan Sungai Ciliwung semakin memperbesar tanda tanya warga mengenai sanitasi di sana.
ADVERTISEMENT
"Kalau kita ambil contoh RS Wava Husada jelas standardisasi ruang isolasinya bagaimana, tapi kalau ini kan tidak jelas. Terus masalah sanitasinya kita juga tidak tahu," jelas pria yang ramah senyum tersebut.
"Jumat lalu saja kita menyemprotkan disinfektan dari swadaya masyarakat. Hanya hari Minggu kemarin saja ada dari PMI," lanjut Y.
Dia mengkhawatirkan letak ruang isolasi yang berada tepat di seberang jalan akan membuat virus asal Wuhan ini menyebar ke warga sekitar.
"Kalau diletakkan di dalamkan kita tahu ada standardisasi seperti pakai masker dan lainnya. Tapi kalau di pinggir jalan tidak ada jaminan. Seandainya pasien baru datang batuk lalu menempel di sepatu, lalu keluar dan menempel di jalan-jalan," tuding Y.
ADVERTISEMENT
Ditambah, Y mengatakan jika virus COVID-19 adalah virus yang benar-benar baru, sehingga baik tenaga medis maupun warga juga tidak 100 persen tahu karakteristik virus tersebut.
"Sampai saat ini WHO memang bilang virus tersebut tidak bisa menyebar lewat udara, tapi ini kan namanya virus baru. Jadi sama-sama tidak tahunya. Artinya, dokter maupun bukan dokter sama-sama tidak tahunya," tegas Y.
Menurut Y, ruang isolasi ini berdampak pada beberapa warga yang akhirnya mengungsikan anak-anak mereka ke luar wilayah tersebut, demi menghindari risiko penyebaran virus.
"Hanya anaknya, kalau orang tuanya tidak mungkin, karena sebagian besar pegawai RSJ Lawang sendiri," terang Y.
Soal spanduk rusak, Y menduga ada oknum yang memang sengaja menghancurkan spanduk-spanduk penolakan tersebut.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, penjual bakso di depan pagar ruang isolasi, Mahmud, mengatakan bahwa pembangunan ruang isolasi ini terlalu mendadak.
"Menempati ini aja semua dadakan, semua serba dadakan," terang penjual bakso yang sudah berjualan lebih dari 10 tahun di lokasi tersebut.
Mahmud mengungkapkan jika sebenarnya ia takut, terlebih karena letak jualannya tepat berada di depan ruang isolasi. "Katanya penyakitnya berbahaya. Nanti kalau mati gimana, tapi kalau gak jualan mau makan apa," ucapnya bingung.
Mahmud mengatakan pernah mengetahui ada 5 pasien Covid-19 yang dibawa ke RSJ Lawang. "Kalau tidak salah itu hari Minggu lalu (22/3/2020). Tadi dapat info lagi katanya tinggal tiga. Katanya yang 2 sudah dipulangkan, tapi dipulangkan kemana tidak tahu," bebernya.
ADVERTISEMENT
****
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!
Reporter : Rizal Adhi
Editor: Lizya Kristanti