Konten dari Pengguna

10 Puisi yang Menggambarkan Peristiwa 1998 (1)

Tutur Literatur
O Captain, My Captain. (Whitman, 1865)
22 Mei 2017 11:34 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tutur Literatur tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
10 Puisi yang Menggambarkan Peristiwa 1998 (1)
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Banyak cara mengabadikan peristiwa, salah satunya melalui puisi. Seperti yang kita ketahui, di Bulan Mei belasan tahun silam telah terjadi peristiwa penting bagi bangsa Indonesia, yakni masa di mana negara ini memulai era reformasi. Perjuangan mahasiswa dan kaum intelek lainnya dalam menjatuhkan rezim Orba berbuah manis. Akan tetapi di balik suksesnya perjuangan itu terdapat kisah pilu yang bisa dikatakan sebagai sebuah tragedi kemanusiaan.
ADVERTISEMENT
Beberapa sastrawan di Indonesia memilih untuk memotret peristiwa itu dalam bentuk sajak yang bisa dijadikan salah satu memoar peristiwa Mei 1998. Joko Pinurbo sebagai peraih sastra khatulistiwa bersama 34 penyair lainnya menyumbangkan karya mereka dalam buku Merawat Ingatan Rahim: Puisi Tragedi 1998. Berikut sajak-sajaknya.
1. Mei - Joko Pinurbo
…Kau sudah selesai mandi, Mei
Kau sudah mandi api
Api telah mengungkapkan rahasia cintanya
Ketika tubuhmu hancur
Dan lebur dengan tubuh bumi
Ketika tak ada lagi yang mempertanyakan
Nama dan warna kulitmu, Mei
(Mei, Joko Pinurbo, 2000)
Melalui puisi ini, Joko Pinurbo mengabadikan ingatannya tentang kekejaman yang terjadi pada etnis Tionghoa. Mei, seperti nama seorang gadis Tionghoa yang tewas dalam tragedi kekerasan, penembakan, penjarahan, penculikan dan pemerkosaan yang menodai perjuangan mencapai pemerintahan yang demokratis.
ADVERTISEMENT
2. Mayat Politik yang Ditutupi Koran Pagi
…Antara stasiun Gambir dan Solo Balapan
Mencari penggaris untuk mengukur perlawanan
Potongan tiket kereta dan bau keringat dari perut yang kosong
Sebuah puisi antara revolusi dan masuk angin
Tas ransel mulai penuh bayangan:
Penyair dari gudang-gudang penindasan…
(Box Wiji Thukul, Afrizal Malna, 2013)
Puisi ini berisikan penggambaran tentang carut-marut kehidupan sosial-politik reformasi. Seperti peristiwa kerusuhan dan tragedi kemanusiaan bagi saudara-saudara kita yang merupakan keturunan Tionghoa.
3. Gugat Kawan Cinaku - Indah Dramastuti
...Bahkan ketika aku makan dengan sendok peraturanmu
Dan minum dengan gelas undang-undangmu
Kemarahanmu tetap berarti pengampunanku
~
Lalu suatu ketika, aku tak berhak mengaku pribumi
Hingga retak aku, patah aku, pecah aku, di bulan Mei itu
ADVERTISEMENT
Aku masih mencium bendera dua warna itu
Merah dan Putih, warna kemarahanmu yang berarti pengampunanku
Indah Dramastuti adalah satu dari sekian sastrawan muda yang menyoroti relasi sosial pribumi - Tionghoa pada tahun-tahun awal reformasi. Etnis Tionghoa menanggung penderitaan karena memiliki fisik berbeda dengan pribumi kebanyakan dan tak memiliki lagi hak untuk menyebut dirinya sebagai pribumi juga.
4. Lembar Usang Nota Wanita - Kinanthi Anggraini
Seketika detik terhenti di sebuah angkot kota
Memuntahkan satu pasang kepala manusia
Masih berbusana, mata sipit, dan bernyawa
Lengkap dengan dada dan paras cantik sang dara
Mereka wanita!
~
Seketika berlumur keringat pria di sekitarnya
Goresan cakaran kuku di rusuk dada begitu nyata
Menghirup darah celah selangkangan kakinya
ADVERTISEMENT
Menjadi akhir dari sehelai kain yang terbang bermula
Mencuat satu per satu tegas, tergerai ke angkasa…
(Lembar Usang Nota Wanita, Kinanthi Anggraini, 2013)
Puisi ini menggambarkan nasib korban, para wanita Tionghoa yang mendapatkan perlakuan seperti binatang pada saat itu. Disiksa, diculik dan mengalami pemerkosaan. Hal itu menggoreskan luka yang cukup dalam tak hanya di fisik, tapi juga batin mereka.
5. Aku Ketika Mei 98 - Fanny Chotimah
…Koran-koran pun ikut membakar kedamaian pagi
Hari itu
Hari yang ditunggu tiba
Soeharto lengser
Wajah ayahku sumringah
Matanya nanar
Akan kebahagiaan dan rasa haru
Terbebas kekejaman Orde Baru
~
Berbeda dengan perempuan muda itu
Yang lahir dalam masa Repelita ketiga
Baginya reformasi ialah
ADVERTISEMENT
Jam tangan warna pink
Merek G-Shock Casio
Made in Thailand
Hadiah dari seorang residivis
Dalam puisi ini, Fanny Chotimah menceritakan mengenai dua sisi peristiwa yang terjadi pada Mei 1998. Peristiwa lengsernya kepemimpinan Soeharto yang menghadirkan sorak sorai bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, juga menghadirkan sebuah peristiwa besar yang bisa disebut sebagai tragedi memilukan bagi sebagian lainnya.
Bersambung ke Part 2