Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Mengenal Baterai Berbasis Nikel: Potensi Hilirisasi Nikel di Indonesia
14 April 2024 10:10 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Tio Putra Wendari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Entah sadar atau tidak, baterai telah menjadi komponen penting dari sebagian besar perangkat elektronik yang kita gunakan setiap hari. Mulai dari ponsel cerdas hingga perangkat medis dan kendaraan listrik, banyak teknologi sehari-hari kita yang mengandalkan baterai untuk memberikan daya. Baterai pada dasarnya adalah unit penyimpanan energi, menyimpan energi listrik dalam bentuk energi kimia hingga diperlukan untuk dikonversi kembali menjadi listrik. Dalam baterai, terdapat dua elektroda berbahan logam dan dipisahkan oleh zat kimia elektrolit yang memungkinkan aliran muatan listrik antara keduanya. Aliran listrik dihasilkan dari pergerakan ion (atom yang telah mendapatkan atau kehilangan elektron) melalui elektrolit dari satu elektroda ke elektroda lainnya.
ADVERTISEMENT
Terdapat berbagai jenis baterai yang diproduksi saat ini, dan salah satunya adalah baterai berbasis nikel. Baterai berbasis nikel umumnya menggunakan dua elektroda yang terbuat dari campuran logam nikel seperti baterai nikel-kadmium (NiCd) dan baterai nikel-metal hidrida (NiMH). Selain itu, terdapat juga baterai berbasis nikel lainnya seperti baterai nickel-cobalt-aluminum (NCA) dan nickel-manganese-cobalt (NMC). Penggunaan baterai berbasis nikel dalam industri otomotif telah menunjukkan pertumbuhan yang signifikan dalam beberapa dekade terakhir. Kepopuleran baterai ini tidak terlepas dari keandalannya dan biaya produksi yang lebih rendah dibandingkan dengan teknologi baterai lainnya, seperti lithium-ion. Perusahaan otomotif terkemuka seperti Toyota, Honda, dan Ford telah mengadopsi baterai berbasis nikel dalam beberapa model kendaraan mereka. Misalnya, Honda menggunakan baterai NiMH dalam mobil hibrida populer mereka, Honda Insight. Selain itu, produsen kendaraan listrik seperti Tesla menggunakan baterai NCA pada kendaraan Model 3 dan Model Y, sedangkan produsen lain seperti Nissan, BMW, Hyundai menggunakan baterai NMC dalam model-model kendaraan listrik mereka. Setiap produsen kendaraan listrik bekerja sama dengan produsen baterai terkemuka seperti Panasonic, LG Chem, Samsung SDI, dan lainnya untuk memasok baterai yang memenuhi kebutuhan spesifik kendaraan mereka. Kerja sama ini penting untuk memastikan kinerja yang optimal dan keandalan baterai dalam kendaraan listrik.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, potensi besar untuk hilirisasi nikel telah menjadi sorotan utama. Menurut data dari Badan Geologi, cadangan nikel Indonesia mencapai sekitar 21% dari total cadangan dunia, menjadikannya salah satu produsen nikel terbesar di dunia. Hilirisasi ini mengacu pada upaya untuk meningkatkan nilai tambah dari hasil tambang nikel melalui pengolahan dan produksi produk jadi, seperti baterai dan produk kimia. Melalui pemanfaatan sumber daya alam ini, Indonesia tentunya berada pada posisi strategis untuk menjadi pemain utama dalam industri baterai global. Sebagai langkah konkrit dari rencana hilirisasi nikel ini, PT Hyundai LG Indonesia (HLI) Green Power, yang berlokasi di Karawang, Jawa Barat, berencana untuk memulai produksi komersial baterai kendaraan listrik pada April 2024. Langkah ini tidak hanya menandai Indonesia sebagai negara produsen sel baterai kendaraan listrik pertama di Asia Tenggara, tetapi juga menegaskan komitmen untuk mendukung pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik yang lebih luas. Proyek ini, dengan investasi senilai USD 9,8 miliar atau Rp 142 triliun, mencerminkan fokus pemerintah Indonesia dalam mengembangkan hilirisasi sebagai cara untuk menciptakan nilai tambah dari sumber daya alam yang melimpah, termasuk nikel.
ADVERTISEMENT
Mari kita bahas lebih rinci tentang jenis baterai berbasis nikel yang saat ini masih dikembangkan dan berpotensi sebagai produk hilirisasi bahan baku nikel di Indonesia:
Baterai Nickel-Cadmium (NiCd):
ADVERTISEMENT
Baterai Nickel-Metal Hydride (NiMH)
ADVERTISEMENT
Baterai Nickel-Cobalt-Aluminum (NCA) dan Nickel-Manganese-Cobalt (NMC)
ADVERTISEMENT
Oleh karenanya, produksi baterai berbasis nikel ini merupakan salah satu peluang strategis untuk Indonesia dalam mewujudkan visi hilirisasi nikel. Semoga langkah ini membawa dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi dan pembangunan berkelanjutan di tanah air.
ADVERTISEMENT