Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Menilik Rencana Hilirisasi Mineral Indonesia: Fokus pada Komoditas Tembaga
23 April 2024 9:43 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Tio Putra Wendari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hilirisasi, sebagai konsep ekonomi, telah menjadi salah satu prioritas utama dalam rencana pembangunan ekonomi Indonesia. Hilirisasi merujuk pada strategi pengolahan lebih lanjut atau pemrosesan produk sumber daya alam dari tahap ekstraksi hingga menjadi produk jadi dengan nilai tambah yang lebih tinggi. Langkah-langkah hilirisasi mineral ini sejalan dengan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa kekayaan alam Indonesia, termasuk mineral, di bawah kendali penuh pemerintah dan digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dengan demikian, kegiatan hilirisasi mineral menjadi mutlak untuk dilakukan guna memaksimalkan potensi sumber daya mineral Indonesia dan memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat serta mematuhi ketentuan hukum yang berlaku
ADVERTISEMENT
Pemerintah melalui Presiden Joko Widodo dengan tegas mengungkapkan akan menjadikan hilirisasi sebagai salah satu program unggulan dan prioritas, dengan tujuan meningkatkan nilai tambah komoditas mineral yang dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Langkah-langkah konkret telah diambil dengan suksesnya hilirisasi nikel, mendorong pemerintah untuk melanjutkan upaya serupa dalam berbagai komoditas mineral lainnya, termasuk bauksit, tembaga, dan emas.
Indonesia, sebagai negara dengan potensi sumber daya mineral yang besar, memiliki tanggung jawab untuk memaksimalkan nilai tambah dari sumber daya alamnya. Hilirisasi mineral menjadi semakin penting dalam konteks upaya meningkatkan daya saing ekonomi Indonesia di pasar global.
Dalam konteks ini, fokus pada komoditas tembaga menjadi salah satu prioritas, mengingat peran pentingnya dalam berbagai sektor industri, mulai dari konstruksi hingga teknologi tinggi. Indonesia memiliki potensi sumber daya tembaga yang besar. Mineral tembaga ditemukan dalam berbagai bentuk, mulai dari bijih sulfida seperti kalkosit dan bornit, hingga bijih oksida seperti cuprit dan malachite. Daerah-daerah seperti Papua, Sulawesi, dan Jawa Barat menjadi fokus utama eksplorasi dan eksploitasi sumber daya tembaga di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Indonesia, sebagai salah satu pemegang cadangan tembaga terbesar di dunia, memiliki potensi besar untuk memperkuat industri hilir tembaganya. Menurut data, Indonesia menempati peringkat ke-7 dalam hal cadangan tembaga dunia, dengan total cadangan sekitar 3% dari total cadangan global. Namun, industri hilir tembaga Indonesia masih tertinggal di peringkat ke-18, masih kalah dalam persaingan dengan negara-negara seperti Jepang, India, Korea, dan Bulgaria. Patut dicatat bahwa negara-negara tersebut tidak memiliki sumber daya mineral tembaga sebanyak Indonesia. Ini menunjukkan bahwa langkah-langkah hilirisasi dapat meningkatkan nilai tambah dari komoditas tembaga dan peran Indonesia dalam pasar tembaga global.
Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mendukung hilirisasi mineral. Salah satu bentuk hilirisasi yang direncanakan adalah pengolahan konsentrat tembaga menjadi produk jadi, seperti kabel tembaga, produk elektronik, dan komponen otomotif. Konsumsi tembaga dunia meningkat akibat perkembangan kendaraan listrik dan infrastruktur pembangkit listrik berbasis energi terbarukan.Produksi ini perlu melibatkan pembangunan smelter atau pabrik pengolahan tambahan yang dapat mengubah konsentrat tembaga menjadi produk jadi dengan nilai tambah yang lebih tinggi.
Saat ini, RI hanya memiliki satu smelter tembaga yang beroperasi di Gresik, yang kapasitasnya jauh di bawah produksi konsentrat tembaga saat ini. Namun, proyek-proyek pembangunan smelter sedang berlangsung. PT Freeport Indonesia (PTFI) dan PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT), dua produsen utama konsentrat tembaga, sedang membangun pabrik pengolahan konsentrat tembaga baru yang diharapkan dapat meningkatkan kapasitas produksi dalam negeri. PT AMNT juga akan membangun smelter tembaga dan fasilitas pemurnian logam berharga di Sumbawa dekat situs operasional tambang Batu Hijau milik perusahaan. Smelter ini akan menyerap 900 ribu ton konsentrat tembaga yang dihasilkan perusahaan.
ADVERTISEMENT
Tentunya salah satu tantangan dalam merealisasikan hilirisasi mineral adalah pembangunan infrastruktur pendukung yang diperlukan untuk proses pengolahan tambahan. Ini termasuk pembangunan smelter, fasilitas transportasi, dan infrastruktur energi yang memadai. Pemerintah berupaya untuk menciptakan lingkungan investasi yang kondusif dan menyediakan insentif bagi investor untuk berpartisipasi dalam pembangunan infrastruktur hilirisasi.