Konten dari Pengguna

Pencemaran Laut dan Perubahan Iklim: Ancaman Terhadap Kelestarian Terumbu Karang

Fachry Wildan ganny
Mahasiswa UIN jakarta
1 Januari 2024 8:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fachry Wildan ganny tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Terumbu Karang. Foto: Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Terumbu Karang. Foto: Pexels
ADVERTISEMENT
Indonesia memiliki kekayaan alam yang luar biasa dan Indonesia telah menjadi rumah bagi salah satu ekosistem bawah laut terkaya di dunia. Dilansir dari Pangannews, Indonesia masuk dalam peringkat dua sebagai negara produsen ikan laut terbesar dengan jumlah 6,43 juta ton. Tentunya ini merupakan salah satu hal kecil yang membuktikan bahwa laut Indonesia memiliki kekayaan bawah laut yang sangat besar.
ADVERTISEMENT
Salah satu kekayaan bawah laut Indonesia yaitu memiliki berbagai jenis dan spesies terumbu karang. Terumbu karang yang tersebar luas di Indonesia tidak hanya indah dari segi visualnya, tetapi juga menyimpan misteri dan keanekaragaman hayati yang tak tergantikan. Di Raja Ampat saja terdapat 600 spesies jenis karang, 1700 spesies mollusca dan 1500 jenis ikan. Kekayaan itu belum cukup karena Raja Ampat mempunyai satu keistimewaan lain yaitu setiap karang yang baru tumbuh bisa menghadirkan spesies baru, ini hal unik yang tidak di dapat dari wilayah laut lain yang ada di dunia (DetikFinance, 2012).
Terumbu karang merupakan ekosistem yang rapuh dan rentan, namun sekaligus sangat berpengaruh bagi kehidupan laut dan manusia. Di Indonesia, terumbu karang banyak ditemukan di berbagai lokasi. Melansir dari artikel setidaknya ada 5 tempat di Indonesia yang memiliki banyak keanekaragaman biota laut, yaitu Derawan, Raja Ampat, Wakarobi, Bunaken, Karimunjawa (Finaka, 2020). Setiap lokasi menawarkan pengalaman eksplorasi bawah laut yang unik dan memikat.
ADVERTISEMENT
Salah satu daya tarik utama terumbu karang Indonesia adalah keindahan warna-warni dan keanekaragaman hayati di bawah permukaan air. Namun, di balik keindahan tersebut, terdapat beberapa misteri yang belum sepenuhnya terungkap. Keberagaman hayati terumbu karang di Indonesia belum sepenuhnya dijelajahi, dan penelitian oleh ahli masih terus dilakukan untuk mengeksplorasi spesies-spesies baru yang mungkin menjadi kunci untuk pemahaman ekosistem ini secara menyeluruh.
Alam Samudra Ikan dan Karang. Foto: Pexels
Tidak hanya itu, terumbu karang juga berperan sebagai penopang ekosistem laut yang lebih luas. Terumbu karang memiliki fungsi sebagai tempat tinggal sementara maupun permanen, mencari makan, memijah, asuhan, dan tempat berlindung berbagai spesies biota laut, serta tempat berlangsung siklus biologi, kimiawi dan fisik global (Sahetapy et al., 2021). Berdasarkan fungsi-fungsi terumbu karang tersebut oleh karena itu, pelestarian terumbu karang menjadi sangat penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem laut Indonesia.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, terumbu karang di Indonesia menghadapi beberapa ancaman serius dari berbagai faktor, upaya-upaya perlindungan yang efektif perlu diambil untuk melindungi keberlanjutan terumbu karang ini.
Salah satu upaya yang paling dekat yaitu dengan memperhatikan kesadaran masyarakat terhadap keberagaman hayati ini, pelestarian terumbu karang tidak dapat diabaikan. Melalui edukasi dan promosi kegiatan ekowisata yang bertanggung jawab kita dapat memastikan bahwa generasi mendatang dapat menikmati keindahan dan keberagaman terumbu karang Indonesia.
Dalam menghadapi pelestarian terumbu karang di Indonesia dihadapkan pada sejumlah tantangan yang kompleks dan mendesak. Tantangan-tantangan ini melibatkan faktor-faktor alamiah dan manusia yang bersama-sama membentuk ancaman serius terhadap keberlanjutan ekosistem terumbu karang. Berikut adalah beberapa tantangan yang harus kita semua atasi bersama.
ADVERTISEMENT
1. Pemanasan Global
Pemanasan Global. Foto: Istock
Pemanasan global menjadi salah satu ancaman terbesar bagi populasi terumbu karang di laut. Beberapa ancaman tersebut terjadi karena gelombang laut yang tinggi, hal ini telah disampaikan oleh BMKG. Naiknya suhu lautan sebagai bukti terjadinya perubahan iklim yang akan memicu dampak beruntun, pertama semakin meningkatnya potensi mencairnya es di kutub dan akhirnya memicu naiknya tinggi muka laut. Kedua adalah pemutihan karang, karbon dioksida yang terserap ke laut memperlambat nutrisi dan terumbu karang berubah menjadi warna putih dan akhirnya akan mati. Terumbu karang merupakan tempat bagi semua makhluk hidup di lautan sehingga beberapa spesies ikan akan punah (Pratiwi, 2023).
2. Polusi Laut
Polusi Laut. Foto: Pexels
Kerusakan pada terumbu karang juga dapat diakibatkan dari berbagai polusi yang ditimbulkan oleh limbah industri, pertanian, dan limbah rumah tangga. Zat-zat kimia berbahaya, seperti pestisida dan nutrien yang digunakan secara berlebihan juga dapat menyebabkan pertumbuhan alga yang meningkat drastis, hal ini akan mengancam kehidupan karang menjadi tak seimbang. Selain alga, meningkatnya karbon dioksida akibat polusi laut memberikan dampak langsung terhadap rusaknya terumbu karang. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI7) menyatakan bahwa perubahan iklim disebut sebagai faktor dominan rusaknya terumbu karang di Indonesia, berdasarkan hasil penelitian dan pemantauan yang dilakukan terumbu karang di seluruh Indonesia dalam kategori rusak terus meningkat sebanyak 36,18% (Pratiwi, 2023).
ADVERTISEMENT
3. Overfishing
Praktik penangkapan ikan yang tidak berkelanjutan, termasuk penangkapan ikan dengan bahan peledak dan pukat hanyut, dapat merusak terumbu karang dan mengancam populasi ikan yang hidup di sekitarnya. Keseimbangan ekosistem laut dapat terganggu, mengakibatkan dampak negatif jangka panjang. Kegitatan tersebut juga sudah dilarang oleh pemerintah. Dilansir dari situs resmi CNBC, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono angkat bicara perihal rencana pemerintah untuk memajukan sektor kelautan Tanah Air, salah satunya yaitu larangan penangkapan ikan secara berlebihan atau overfishing (Sandi, 2021).
4. Pertumbuhan Pariwisata yang Tidak Terkendali
Pariwisata yang berkembang pesat di destinasi terumbu karang dapat menimbulkan dampak negatif jika tidak dikelola dengan baik. Aktivitas menyelam yang tidak bertanggung jawab, penggunaan kapal besar, dan pembangunan infrastruktur pariwisata dapat merusak terumbu karang dan ekosistem sekitarnya. Seperti halnya pada tahun 2015 total wisatawan di Raja Ampat sebanyak 14.190 orang, 2.751 orang merupakan wisatawan domestik dan 11.439 orang wisatawan asing (Rafa, 2017). Dengan pengunjung sebanyak itu tentunya segala aktivitas harus diawasi dengan baik agar mengurangi resiko kerusakan pada terumbu karang
ADVERTISEMENT
5. Ketidakpedulian dan Kurangnya Kesadaran
Seperti yang dikatakan sebelumnya kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pelestarian terumbu karang masih menjadi ancaman yang kurang diperhatikan, hal ini tentunya akan menjadi hambatan dalam upaya pelestarian terumbu karang di Indonesia. Edukasi dan penyadaran kepada masyarakat sekitar menjadi kunci untuk meningkatkan pemahaman masyarakat. Setidaknya 80% dari masyarakat pesisir di Indonesia harus memahami dan mempraktikkan yang mereka tau tentang pelestarian laut dan ekosistemnya.
6. Ketidakseimbangan Peraturan dan Penegakan Hukum
Hukum dan Peraturan. Foto: Pexels
Peraturan terkait pelestarian terumbu karang perlu diterapkan dan diawasi secara ketat. Tantangan terletak pada kurangnya penegakan hukum dan sanksi yang efektif terhadap pelanggaran terhadap aturan pelestarian. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan bahwa setiap orang dilarang merusak terumbu karang dan dapat dikenakan sanksi pidana berupa kurungan dan/atau denda. Maka dari itu sudah seharusnya pihak konservasi atau pengelola memperhatikan dan mengawasi para masyarakat agar hukum dan peraturan yang ditetapkan dapat berjalan sebagaimana mestinya, begitupula denga para pengunjung dan masyarakat sekitar agar tetap menjaga dan melestarikan ekosistem terumbu karang yang ada.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan
Menanggapi tantangan-tantangan ini maka dari itu perlu adanya kerja sama lintas sektor, termasuk partisipasi masyarakat, pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan sektor pariwisata. Langkah-langkah konkret seperti pengelolaan sumber daya yang berkelanjutan, penegakan hukum yang ketat, dan pendekatan edukatif dapat membantu melindungi keindahan dan keberlanjutan terumbu karang Indonesia.
Sumber Bacaan:
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Diakses pada tanggal 28 Desember 2023: https://kms.bmkg.go.id/2023/02/perubahan-iklim-itu-nyata/
Pangannews.id Diakses pada tanggal 28 Desember 2023: https://pangannews.id/berita/1682739259/lima-negara-penghasil-ikan-laut-terbesar-dunia-indonesia-peringkat-kedua
Finance.detik.com Diakses pada tanggal 28 Desember 2023: https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-2091480/mau-tahu-dimana-kekayaan-laut-terbesar-di-dunia
Indonesiabaik.id Diakses pada tanggal 28 Desember 2023: https://indonesiabaik.id/infografis/5-destinasi-surga-bawah-laut-di-indonesia#:~:text=Raja%20Ampat%2C%20Papua%20Barat&text=Raja%20Ampat%20bahkan%20telah%20diakui,terumbu%20karang%20di%20seluruh%20dunia.
Consumer News and Business Channel (CNBC) Diakses pada tanggal 29 Desember 2023: https://www.cnbcindonesia.com/news/20210717092719-4-261621/menteri-kkp-trenggono-jangan-lagi-ada-overfishing-di-nkri
Rafa, M. (2017). Gaya Komunikasi Pemasaran di Pemerintah : Promotion Mix Destinasi Tujuan Wisata Kabupaten Raja Ampat. Jurnal Studi Komunikasi. 1(1), 46–61.
ADVERTISEMENT
Sahetapy, D., Siahainenia, L., Selanno, D. A. J., Tetelepta, J. M. S., & Tuhumury, N. C. (2021). Status Terumbu Karang Di Perairan Pesisir Negeri Hukurila. TRITON: Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan, 17(1), 35–45.