Episkop: Menyuarakan Karya dan Mimpi Mahasiswa Televisi dan Film

Perdana
Mahasiswa Televisi & Film, Universitas Jember.
Konten dari Pengguna
13 Oktober 2023 19:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Perdana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sudah hampir lima tahun rupanya gue menjadi mahasiswa program studi Televisi dan Film, kini sedang merasa terjebak dan berpikir “Apa gue salah jurusan ya?”. Bukan hal aneh gue ragu ke diri sendiri karena jika dilihat ke belakang, gak banyak yang gue lakukan rasanya.
Antarmuka halaman depan website Episkop | Foto Dokumentasi Pribadi
Mau berbuat banyak gimana, baru aja masuk semester 3. Pandemi membuat semua harapan pupus, lagu Dewa-19 yang satu ini mengubur mimpi kami satu angkatan untuk melakukan banyak hal di tahun 2020, salah satunya rencana kami untuk melakukan kunjungan ke rumah produksi film dan stasiun televisi yang selama ini sudah kami bicarakan hampir setiap hari saat bertemu. Ternyata harapan tinggalah harapan, karena semua itu sirna setelah pandemi menerpa.
ADVERTISEMENT
Sedih pasti, tapi dalam masa sulit itu, muncul suatu ide yang mengusik gue lagi. Ide yang mulanya muncul di tahun 2020, sewaktu gue masih aktif terlibat dalam Himpunan Mahasiswa Televisi dan Film (HIMAFISI). Sayangnya saat itu gue dan teman-teman gak punya cukup waktu dan resource yang cukup untuk merealisasikan nya. Namun, suatu tahun kemudian, ketika gue masih luntang-lantung di Jogja mencari magang. Anehnya ide itu kembali teringat.
Awalnya karena gue risih dengan beberapa teman seangkatan yang kesulitan mengumpulkan portofolio mereka. Mereka kesulitan menemukan file karya-karya mereka, seperti film pendek yang pernah mereka buat atau peran apa yang mereka ambil di dalamnya. Bedanya kali ini adalah, Ide gue gak hanya mengusik pikiran gue aja, tetapi juga pikiran Daris Dzulfikar, salah satu kakak tingkat gue di program studi Televisi dan Film yang ternyata punya pikiran yang serupa. Ceritalah gue tentang hal ini, dan gayung bersambut. Episkop menjadi nama yang kami pilih sebagai platform streaming film pendek karya mahasiswa, khususnya waktu itu masih dalam lingkup Universitas Jember saja.
Antarmuka halaman episkop di Laptop, Tablet dan Handphone | Foto Dokumentasi Pribadi
Episkop kemudian mulai bisa diakses secara beta dengan URL episkop.id kami mencoba lagi trial beberapa bulan sampai akhirnya cukup baik. Dari sambutan hangat dan cuek yang kami terima, kami mencatat apa sih yang kira-kira kurang. Mungkin dari server yang belum optimal, player yang terlalu banyak iklan. Ya, kami belum cukup dana untuk menyewa server video sendiri. Jadi sementara hingga saat ini, episkop.id masih menggunakan Dailymotion sebagai pihak ketiga untuk menayangkan semua film pendek yang ada di episkop.id
ADVERTISEMENT
Lalu dengan adanya Episkop, apa sih harapannya? Banyak banget kalau gue bisa bilang, salah satunya adalah tentu sebagai arsip, biar teman-teman mahasiswa baru nanti bisa melihat, “Oh ini, film-film yang dibuat oleh angkatan terdahulu.” Selain untuk mengetahui, juga menjadi pacuan semangat kalau mereka bisa membuat yang jauh lebih bagus lagi. Karena gue percaya, sebaik-baiknya kami buat sebuah karya, pasti gak akan ada yang sempurna, dan yang menyempurnakan siapa lagi kalau bukan mereka yang muda dan masih punya ragam ide gila.
Saat ini, episkop.id masih akan terus berbenah. Banyak film yang bisa ditonton, walau belum berjumlah ratusan. Ada film drama, aksi, horor, komedi, dan serial, serta dokumenter yang mungkin bisa menarik perhatian banyak orang. Beberapa juga pernah tembus Festival Film beken di Indonesia. Salah satunya; Etanan (2018) dan Maramba (2022) dalam Festival Film Indonesia (FFI) yang masuk nominasi kategori Film Dokumenter Panjang Terbaik tahun 2019 dan nominasi Film Dokumenter Pendek Terbaik tahun 2022
ADVERTISEMENT
Tapi sekali lagi, PR-nya masih panjang. Mungkin memang gak bisa langsung tancap gas karena gue sendiri masih belum kunjung meluluskan diri setelah 11 semester, masih berkutat pada hal-hal di luar fokus pribadi. Saat ini pun sedang mencoba untuk lulus, jadi Episkop bukan fokus utama. Tapi siapa tahu apa yang terjadi nanti?
Saat ini, mungkin gue cuma minta tolong untuk kalian bisa melihat karya sederhana dari kami, mahasiswa Televisi dan Film, yang masih perlu belajar banyak ini. Karena gue yakin, suatu saat salah satu dari mereka yang pernah membuat film pendek ini bisa setidaknya mewujudkan cita dan asa mereka membuat film panjang atau terlibat di dalamnya.
Angkatan terdahulu pun sudah banyak yang sukses di industri film Indonesia, setidaknya menjadi kru dulu. Siapa tahu kedepannya dipercaya menjadi sutradara? DoP, Penulis Skenario, dan Produser yang namanya dikenal se-Indonesia.
ADVERTISEMENT