Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Harta Tahta Raisa: Memeluk Mimpi dengan Hangat
8 Juni 2024 14:55 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Perdana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Usai menonton film dokumenter berdurasi hampir dua jam ini, gue tersenyum. Ada rasa haru dan senang aja ngeliatnya, seakan-akan gue yang nonton ikut merasakan pengalaman persiapan hingga konser yang begitu riuh di Gelora Bung Karno . Menjadi penyanyi perempuan pertama yang menaklukkan stadion dengan penonton hampir setengah kursi GBK—42 ribu orang jadi saksi betapa megahnya konser Raisa pada malam itu.
Semua haru biru permasalahan dikemas secara apik oleh Soleh Solihun dalam film dokumenter ini. Tanpa harus spoiler, yang gue dapat dari film ini adalah kedekatan Adryanto Pratono dan Raisa sebagai duo atau lakon dalam film ini.
Bagaimana akhirnya seorang Raisa yang mempunyai perjalanan karir 13 tahun dapat menggelar konser tunggal sebesar itu. Wah, gila sih, kacau. Film dokumenter musik terakhir yang gue tonton adalah NOAH : Awal Semula, dan itu film lama, tepatnya rilis tahun 2013. Jadi, ada rasa ketertarikan untuk menonton Harta Tahta Raisa yang mungkin saja menjawab pertanyaan gue kenapa jarang banget ada film tentang musik.
ADVERTISEMENT
Sutradara yang dipilih sudah bukan main lah kalau ngomongin musik, tapi sepanjang film juga menarik. Ada beberapa footage yang diracik oleh Soleh Solihun sebagai sutradara dengan ciamik, pas aja gitu. Tapi ada juga hal yang gue kurang sukai, terutama di awal film berjalan.
Adanya gimmick yang mungkin fan service sebelum film dimulai dan format dokumenter yang dipilih sepertinya lebih ke interactive, karena banyak scene yang menampilkan Raisa seperti mengobrol dengan kita, ataupun suara dari Soleh Solihun masuk ke dalam beberapa bagian film.
Selain itu, gue kurang nyaman dengan bagian awal di mana terlalu banyak scene close up serta shaky dari kamera yang begitu terasa, atau kamera yang kadang cenderung membuat blur aja gitu. Atau memang itu konsep yang ingin dipakai Soleh ya?
ADVERTISEMENT
Setidaknya, film Harta Tahta Raisa ini bisa jadi tontonan dan hiburan yang membuat kita amaze dengan perjalanan karier seorang musisi, dari seseorang yang biasa menjadi bintang panggung yang digemari banyak orang. Pendewasaan, cara menghadapi masalah, dan cerita-cerita yang kita gak tau aja gitu terjadi, bahkan sebelum suguhan utama yang ingin disampaikan dalam film ini yaitu Konser di GBK.
Adanya beberapa cameo juga menarik, dari produser, keluarga, teman, bahkan mereka yang gak ada dialognya. Kemunculan Najwa Shihab agaknya menarik. Konflik yang terjadi pun dikemas cukup menggemaskan, membuat gue ikutan emosi sesaat dan ketawa karena lucu aja gitu kondisinya. Sedihnya pun ada, senengnya tentu momen-momen bisa sing along itu sih. The best.
ADVERTISEMENT
Sayangnya kurang banyak aja, sangat disayangkan bagi gue pribadi. Mungkin gimmick di depan sebelum film dimulai itu kalau diganti satu atau dua lagu performance akan lebih menarik, tapi juga bisa saja riskan. Ah entahlah, konsep yang disusun Soleh Solihun ini terasa aneh tapi juga menarik, tapi bukan Soleh lah kalau tidak membuat kita berdebat haha.
Film yang bisa dikatakan hangat ini, gue sarankan ditonton oleh banyak orang. Kalau bisa ajak keluarga atau teman, karena selain sing along bareng di bioskop, lo juga bisa tau bagaimana sebuah mimpi akhirnya bisa tercapai setelah bertahun-tahun berusaha, gambling, tapi juga lega dalam satu waktu yang sama. Kudos, untuk Imajinari yang membuat film dokumenter ini.
ADVERTISEMENT
Oh ya, gue jadi bertanya-tanya apakah film ini harusnya tayang sebelum salah satu film mereka yang box office itu ya? Karena di salah satu scene montage terdapat poster film dari produksi Imajinari, bahkan dalam credit title juga ditulis.
Sekali lagi, film Harta Tahta Raisa sedang tayang di bioskop, walaupun dengan layar terbatas. Silakan ditonton dan dinikmati agar sama-sama memeluk hangat sebuah mimpi yang terwujud dengan perjuangan yang tak mudah.