Konten dari Pengguna

Fenomena Pengangguran Generasi Muda Indonesia

Ubaidillah Amin Moch
Santri Kyai NU Yang ingin mengabdi untuk negeri, Bukan orang Baik, ingin menjadi baik
12 Desember 2024 13:25 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ubaidillah Amin Moch tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi mencari kerja secara online. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mencari kerja secara online. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Pekerjaan merupakan aspek krusial dalam kehidupan manusia. Tidak hanya sebagai sumber penghidupan, pekerjaan sangat menentukan kondisi kesehatan dan kesejahteraan. Namun, di tengah dunia yang terus berkembang, memperoleh pekerjaan dirasa semakin sulit, termasuk oleh generasi muda yang sangat membutuhkan. Di Indonesia, angka pengangguran kaum muda atau generasi Z saat ini semakin mengkhawatirkan.
ADVERTISEMENT
Melihat fenomena ini yakni banyaknya Generasi Z (generasi setelah milenial dan tumbuh dengan dunia internet) di negara ini yang nganggur dan belum mendapatkan pekerjaan menurut saya karena pasar kerja dan SDM-nya tidak berimbang atau pasar kerja yang ditawarkan belum bisa menampung SDM generasi Z yang dimiliki saat ini. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2023, terdapat 9,89 juta (22,25%) penduduk usia muda berusia 15-24 tahun yang tidak memiliki pekerjaan, tidak menempuh pendidikan, atau tidak menjalani pelatihan (Not in Employment, Education or Training atau NEET).
Kendala SDM generasi saat ini menurut pribadi saya karena dunia pendidikan di Indonesia baik itu tingkat dasar hingga perguruan tinggi banyak yang masih menerapkan sistem pendidikan tradisional dan belum banyak memahami arah dari perkembangan dunia internasional. Bahkan yang kita jumpai terkadang juga banyak dari para pendidiknya yang masih belum terupgrade SDM nya.
ADVERTISEMENT
Terkadang saya iri melihat perkembangan negara seperti Cina. Mereka berkembang secara teknologi sebegitu cepatnya melebihi negara-negara barat namun kultur budaya mereka masih kuat dan terawat. Sebetulnya kita bisa menyamai mereka akan tetapi mental, keberanian dan kepercayaan diri kita yang belum maksimal.
Terus terang saja saya melihat perkembangan yang cepat dari negara Cina karena kepercayaan diri mereka yang sangat tinggi. Saya sependapat dan mendukung visi misi pemerintahan presiden Prabowo Subianto yang akan fokus kepada peningkatan SDM berkualitas dan pangan. Program food estate ini harus kita dukung sepenuhnya untuk mengembalikan Indonesia menjadi negara yang mandiri secara pangan dan tidak bergantung pada import.
Saya percaya pernyataan Pak Zulkifli Hasan, Menko Pangan bahwa pada 2025 Indonesia tidak akan mengimpor jagung untuk pakan ternak, garam untuk konsumsi, gula untuk konsumsi, maupun beras untuk konsumsi itupun kalau kita galakkan food estate ini dengan sebaik-baiknya dengan memanfaatkan lahan yang ada dan menciptakan lahan-lahan lain untuk ditanami. Tentu swasembada pangan yang diidamkan Indonesia akan segera terwujud.
ADVERTISEMENT
Untuk menjadikan negara Indonesia ini mampu berdikari secara sektor pangan tentunya harus didukung oleh pengembangan teknologi pangan, teknologi hasil pertanian. Kita banyak memiliki pakar yang ahli di bidang pengembangan teknologi pangan, teknologi hasil pertanian, teknologi perikanan, kelautan, teknologi peternakan. Mereka ada di kampus-kampus terbaik negara ini, seperti ITS, ITB, IPB, UGM dan beberapa perguruan tinggi lainnya.
Tinggal bagaimana pemerintah (kemdiktiristek) memberikan kepercayaan penuh kepada para pakar tersebut untuk konsen mengembangkan keahliannya tanpa menariknya ke dalam dunia politik, berikan mereka insentif untuk menunjang penelitiannya. Apalagi kemenristek dikti hari ini digawangi oleh seorang profesional murni.
Saya teringat zaman saya SMA dahulu sekitar tahun 1996, beberapa Sekolah Menengah Kejuruan mampu mencetak lulusannya siap bekerja di bidangnya tanpa harus melanjutkan keperguruan tinggi, akan tetapi setelah mereka bekerja terkadang pihak perusahaan tempat mereka bekerja menyarankan mereka untuk melanjutkan ke perguruan diploma ataupun sarjana untuk mengupgrade kembali keahliannya. Saya yakin indonesia akan segera bangkit dari ketertinggalannya jika semua pihak fokus dengan bidangnya masing-masing. Walluhu A’lam
ADVERTISEMENT