Konten dari Pengguna

Petani Muda Hebat, Indonesia Kuat

Ubaidillah Amin Moch
Santri Kyai NU Yang ingin mengabdi untuk negeri, Bukan orang Baik, ingin menjadi baik
15 Juni 2024 12:41 WIB
·
waktu baca 4 menit
Tulisan dari Ubaidillah Amin Moch tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi petani di sawah. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi petani di sawah. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Negara Indonesia sebagai negara tropis dan agraris sudah sepatutnya pula segera bisa kembali swasembada dan berdaulat dalam sektor pangan, syukur-syukur mampu menjadi negara penghasil pangan dunia.
ADVERTISEMENT
Tidak ada salahnya kita belajar yang baik dari zaman kepemimpinan orde baru Presiden Soeharto yang mampu menjadikan Indonesia sebagai exportir pangan dunia. Sudah saatnya pemerintah mengangkat anak-anak muda daerah pelaku pertanian sebagai agen perubahan. Kenapa saya katakan demikian? Karena kebanyakan banyak anak muda saat ini mulai enggan bercocok tanam, berkebun, dan berternak.
Mereka merasa pekerjaan sebagai petani dirasa kurang gaul atau lama untuk sukses, belum lagi mereka sering mendengar keluhan dari orangtuanya yang petani akan susahnya mencari pupuk dan ketika nanti musim panen, hasil panennya dibeli murah. Kendala tersebut real terjadi di lapangan, bahwa mereka anak muda lebih menyukai dunianya sendiri dengan gaya tongkrongan di cafe-cafe bersibuk ria dengan gadgetnya daripada terjun di dunia pertanian.
ADVERTISEMENT
Inilah yang menyebabkan anak muda gen z mendominasi pengangguran, data terbaru bahwa sekitar 9,9 juta mereka adalah pengangguran. Di samping itu, banyak sekali petani petani kita di daerah saat ini yang tersandera oleh para tengkulak, biasanya mereka meminjam uang kepada tengkulak, baik itu untuk kebutuhan modal bertani mereka ataupun untuk kebutuhan mendadak seperti biaya sekolah anak, dan biaya kebutuhan sehari-hari lainnya. 
Biasanya mereka nanti membayar utang ke tengkulak itu dengan cara memotong penghasilan panen pertanian mereka. Celakanya lagi, para petani kita diwajibkan (secara tidak tertulis) menjual hasil panennya kepada para tengkulak tersebut. 
Pendapat saya itu adalah fakta sebagai alasan mereka (para anak muda) enggan terjun bertani, dan kalau ini dibiarkan maka petani-petani ini tidak akan melahirkan regenerasi sehingga sulit sekali Indonesia akan swasembada pangan dan sebagai konsekuensi pemerintah bisa akan terus melakukan impor pangan dari luar negeri. 
ADVERTISEMENT
Sudah saatnya pemerintah pro kepada petani dan harus memikirkan langkah-langkah strategis agar regenarasi petani terus tercipta dan mampu berdaulat secara pangan dan bisa menjadi sektor lapangan pekerjaan paling digemari di kalangan anak muda. 
Karena sekarang dengan adanya modernisasi pertanian dan pembangunan bendungan yang sangat masif di masa pemerintahan Presiden Jokowi, sektor lapangan usaha di bidang pertanian dan sektor pangan sangat terbuka lebar.
bahkan ada beberapa anak muda sukses di bidang pertanian seperti Wisnu, pria 29 tahun asal Bandung sukses bertani paprika dan untung bersih 20 juta perbulan. Bahkan anak muda bisa mengelola puluhan hektare tanpa punya lahan sendiri dan bisa mengelola hasil panennya sampai tembus pasar nasional hingga pasar global. 
ADVERTISEMENT
Tugas pemerintah hanya menyiapkan regulasi, kebijakan dan keberpihakan yang menguntungkan petani, seperti harga pupuk, fasilitas intensif dan pelatihan bagi petani muda.
Dan tentunya harapan saya ada anak muda yang paham soal pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan bisa langsung menjadi tangan kanan Presiden. Mereka bisa langsung melapor kepada pimpinan tertinggi negara ini kalau ada hal-hal yang memang merugikan petani. 
Saya pernah berdialog langsung dengan seorang petani ketika harga cabai di Jakarta sampai 100 ribu rupiah lebih per kilogram. Petani tersebut bilang “di Jakarta harga cabe sampai 100 ribu lebih, lha di sini cuman 20 ribu, tapi ya Alhamdulillah kita syukuri, karena kita juga punya laba banyak.”
Artinya petani memang mendapatkan manfaat dari kenaikan harga, akan tetapi manfaat terbesar kenaikan tersbut tetap ada di para tengkulak (pedagang). 
ADVERTISEMENT
Presiden Joko Widodo dalam rapat penegndalian inflasi kemarin hari Jumat 14 Juni 2024 juga mengingatkan para bawahannya agar berhati hati dengan urusan pangan, beliau juga menyampaikan pesan FAO (Badan Pangan Dunia), jika tetap seperti ini tidak ada pergerakan yang signifikan dalam sektor pertanian (khususnya pangan), di tahun 2050 Dunia akan mengalami krisis pangan dan kelapran. 
Sudah saatnya pemerintah segera fokus kampanye mengajak anak-anak muda indonesia kembali menjadi petani yang tentu framingnya harus dilakukan secara masif tanpa di ganggu dan dikotori dengan urusan-urusan selain di sektor pertanian, peternakan dan perikanan (pangan).