Konten dari Pengguna

Saatnya Indonesia Bangkit dari Ketertinggalan dan Kemerdekaan Semu

Ubaidillah Amin Moch
Santri Kyai NU Yang ingin mengabdi untuk negeri, Bukan orang Baik, ingin menjadi baik
3 April 2023 14:41 WIB
·
waktu baca 3 menit
Tulisan dari Ubaidillah Amin Moch tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi menyambut Hari Kemerdekaan Indonesia dengan penuh semangat. Foto: Gratsias Adhi Hermawan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi menyambut Hari Kemerdekaan Indonesia dengan penuh semangat. Foto: Gratsias Adhi Hermawan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Saatnya Indonesia bangkit dan berlari menuju ketertinggalan.WTO sudah mengatakan bahwa Indonesia adalah sebuah negara maju dan sudah terlepas dari perlakuan istimewa dalam berdagang.
ADVERTISEMENT
Memang jika kita melihat Indeks Pembangunan Manusianya atau Human Development Index (HDI) kita bisa sedikit berbangga dengan naik di angka o,7 persen pada tahun 2021/2022, akan tapi belum menggambarkan kemajuan yang signifikan.
Artinya Indonesia masih pada posisi negara berkembang. Sebagai negera berkembang yang didukung oleh sumber daya alam dan populasi penduduknya, secara teori harusnya bisa tumbuh lebih cepat dari negara-negara tetangga. Namun dilihat dari berbagai sektor, Indonesia masih sedikit tertinggal dari beberapa negera-negara sebelah.
Contohnya dengan negara Singapura. Indonesia masih kalah dengan negara yang populasinya cuma sebesar 5,5 juta itu namun memiliki pertumbuhan sebesar 1,4 persen per tahun, di mana perekonomiannya sangat didukung oleh industri yang meliputi elektronika, bahan kimia, keuangan dan perbankan, turisme (pariwisata), dan perdagangan.
ADVERTISEMENT
Memang semua yang ada di negara kita—baik iklim, udara, air dan tanah—tidak serumit dan seekstrem seperti di negera mereka. Dan itu yang membuat mereka semangat berubah dan berkarya untuk mempertahankan kehidupan mereka.
Berbeda dengan Indonesia yang sudah sangat dewasa bila diukur dari tahun kemerdekaannya. Jika dilihat dari berbagai sisi, kemerdekaan yang dirasakan bangsa Indonesia masih kemerdekaan semu. Dari sisi ekonomi, politik, budaya, dan aspek lainnya.
Seorang lelaki tidur siang di trotoar di pusat kota Jakarta. Foto: AFP/BAY ISMOYO
Kita masih tertinggal jauh dengan negara tetangga. Mungkin di antara kita merasa sudah cukup lama negara kita merdeka dari penjajah bersenjata dan tanpa sadar kita pun terjajah lagi oleh teknologi, ekonomi, dan sumber daya manusia yang mereka punya.
Kita disibukkan dengan urusan gampang tapi memiliki dampak yang susah. Buktinya negara kita belum maju. Kita, khususnya netizen masih sibuk dengan urusan orang, propaganda tak bermutu, bahkan lebih suka berlama-lama dengan gawai internet (scroll, flexing, stalking) yang semuanya itu hanya menyita waktu, seharusnya sudah mulai berpikir produktif bagaimana menerbitkan hal yang dianggap fatamorgana.
ADVERTISEMENT
Kembali melihat ketertinggalan kita yang membuat kita semakin terpuruk, bagaimana pejabat kita seharusnya memberikan role model dengan membuat kebijakan yang benar-benar memiliki manfaat untuk Indonesia bukan pribadi atau golongan.
Kita lihat mereka banyak menyalahgunakan kewenangan sehingga dampaknya adalah temuan korupsi. Bahkan teranyar adalah soal kasus TPPU Rp 349 triliun. Jadi kita minta pejabat kita fokus memikirkan rakyat, jeli melihat peluang untuk memajukan bangsa Indonesia. Stop hal-hal yang tidak bermanfaat, hentikan aksi pengakuan diri dengan pencitraan berlebihan. Fokus pada membangun Indonesia maju.
Dan saatnya kita berlari kencang mengejar ketertinggalan kita. Langkah mereka jauh lebih panjang mendahului kita untuk membuka tirai-tirai kehidupan yang selama ini kita anggap fatamorgana dan kita hanya bisa berdetak kagum melihat mereka membuat warna dunia yang tanpa kita sadari bahwa energi dan kekuatan mereka ada di bumi kita. 
ADVERTISEMENT
Tak sedikit putra-putri terbaik Indonesia yang tinggal di daerah ataupun di mancanegara mempunyai keahlian dan kemampuan yang luar biasa dalam berbagai hal, baik itu pertanian, peternakan, IT, dan lain sebagainya.
Dan, saya yakin mereka sangat bangga jika diajak bersama membangun Indonesia demi visi 2045 untuk menjadi negara berdaulat, maju, adil, dan makmur. Tinggal bagaimana negara dan para stakeholder mengelola dengan baik.
Ilustrasi anak Indonesia. Foto: Shutterstock
Jangan sibukkan mereka dengan propaganda politik semata yang ujung-ujungnya akan merusak kreativitas dan kemampuan mereka. Apalagi yang terparah propaganda dengan menjadikan agama sebagai senjata utama.
Memang politik tak selamanya kotor. Akan tetapi intrik dan manuver kepentingan bisa merusak kosentrasi mereka dari keahliannya. Saatnya kita bangkit bersama dengan segala kemampuan yang kita miliki. 
ADVERTISEMENT
Together we win!