Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Serunya Screening dan Diskusi Film Dokumenter IBU
4 Mei 2018 14:38 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
Tulisan dari Kabar dari Kalbis tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Film dokumenter IBU yang tahun 2017 silam menjadi nominasi Festival film Indonesia, pekan lalu menggelar screening dan diskusi di kampus Kalbis Institute, di Kawasan Pulomas Jakarta Timur. Hadir dalam diskusi sang sutradara Patar Simatupang.
ADVERTISEMENT
Film ini berkisah tentang seorang perempuan bernama Sari yang melakukan pekerjaan layaknya laki-laki sebagai tukang parkir di sebuah sudut ibukota. Sari mengalami sejumlah problema sebagai istri sekaligus tulang punggung keluarga. Kisah Dalam film ini Sari tidak berupaya menjadi tokoh yang minta pemakluman dari penontonnya. Ia bekerja karena memang harus hidup dan menghidupi keluarganya.
Meski memiliki seorang suami dalam film dikisahkan Sari lah yang banyak mengambil alih sebagai pencari nafkah keluarga. Bahkan dalam beberapa adegan Sari tetap bekerja di jalanan meski sedang mengandung bayi.
Awalnya film ini hanya mencoba memotret profil si IBU dari sudut pandang sebagai hero dalam keluarga. Namun karena perjumpaan terus menerus dengan talent membuat film ini berubah konsepnya. Bahkan kemudian fokus pada layanan buruk lembagai medis. Di situ juga digambarkan perihal sulitnya warga biasa berobat.
ADVERTISEMENT
Sebuah kisah sederhana yang dibuat dengan pendekatan observasional. Di mana sang Sutradara mengambil gambar sembari melakukan observasi langsung. Uniknya, jika biasanya kisah perempuan digali oleh sineas perempuan, maka di film ini justru sebaliknya. Patar Simatupang, sutradara yang pernah menjadi jurnalis tv ini berhasil membuat kisah ini menyentuh dan sangat perempuan.
Dibuat 5 Tahun
Dalam sesi diskusi terungkap, film IBU ini dibuat selama rentang waktu 5 tahun. "Karena saya danai sendiri dan dari kocek saya sendiri maka film ini benar-benar adalah film yang 'gue banget"," ujar Patar di sela acara screening. Bahkan menurut Patar, di awal ia hanya bisa shooting jika ada uang pribadi. Jika tak ada uang ia dan kru memilih beristirahat.
ADVERTISEMENT
Dalam proses pengerjaan film Patar mengaku sempat frustasi lantaran filmnya sempat kehabisan uang. Namun berkat kesabaran kegigihannya mencari lembaga pendonor, akhirnya film IBU berhasil memperoleh pendanaan dari sejumlah pihak.