Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.87.1
Konten dari Pengguna
Liberalisme: Kebebasan vs Privasi di Dunia Digital
7 November 2024 12:54 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Lia Ardila tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Liberalisme telah menjadi pemandu bagi masyarakat yang menjunjung tinggi kebebasan individu, hak asasi manusia, demokrasi, dan ekonomi pasar. Sejak awal kemunculannya selama Abad Pencerahan hingga pengaruhnya terhadap demokrasi kontemporer, liberalisme telah menunjukkan dirinya sebagai kerangka kerja yang ampuh untuk memajukan pertumbuhan ekonomi dan kebebasan politik.
ADVERTISEMENT
Namun, prinsip-prinsip inti liberalisme menghadapi tantangan baru dan signifikan di era digital yang berubah dengan cepat. Ketika kita bergumul dengan tantangan seperti privasi data, disinformasi, dan pengaruh Big Tech muncul sebuah pertanyaan apakah liberalisme perlu berubah atau tetap relevan di era digital?
Era digital, yang ditandai dengan perkembangan teknologi informasi dan internet, telah membuka pintu bagi kebebasan berekspresi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Namun, itu juga membawa ancaman yang signifikan terhadap privasi individu. Namun, hal ini juga menimbulkan risiko serius terhadap privasi orang.
Saat ini, platform media sosial, perusahaan teknologi besar, dan bahkan pemerintah sering mengumpulkan dan menggunakan data pribadi, yang merupakan komoditas berharga. Hal ini menjadi teka-teki bagi liberalisme, yang mendukung kebebasan individu, namun kini harus berhadapan dengan masalah bagaimana menjaga privasi di dunia yang semakin diawasi.
ADVERTISEMENT
Selain pemerintah, perusahaan-perusahaan teknologi besar (Big Tech) adalah punya peran penting dalam hal privasi dan kebebasan. Perusahaan seperti Google, Facebook, dan Amazon memiliki kontrol yang sangat besar atas informasi pribadi miliaran orang di seluruh dunia. Mereka menggunakan informasi ini untuk membuat algoritme yang memiliki kekuatan untuk memengaruhi keyakinan politik, kebiasaan konsumsi, dan preferensi konsumen.
Pengguna sering kali tidak menyadari sejauh mana data mereka dikumpulkan, dibagikan, dan dimonetisasi karena aturan privasi yang tidak jelas. Pertanyaan selanjutnya yang muncul adalah seberapa besar kekuasaan yang dimiliki perusahaan teknologi terhadap kebebasan individu?
Liberalisme berpendapat bahwa kebebasan dan privasi itu saling terkait, tetapi keduanya sulit untuk mencapai keseimbangan di era digital ini. Agar tetap relevan liberalisme dituntut untuk bisa beradaptasi terhadap segala tantangan di era digital ini, baik di bidang regulasi data, pengawasan teknologi, atau perlindungan hak-hak individu. Hanya dengan demikian liberalisme akan terus menjadi fondasi yang cocok untuk melindungi kebebasan di dunia digital yang semakin kompleks.
ADVERTISEMENT