Konten dari Pengguna

Sebab Ekonomi Menurun Dan Dampaknya Di Masa Pandemi

Ugie Dwi Hartika
Mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
7 Januari 2021 11:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ugie Dwi Hartika tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pada masa pandemi ini suatu negara mengalami banyak kerugian, sekaligus membuat masyarakat resah akan wabah Covid-19 tidah hanya Indonesia yang merasakan hal tersebut, seluruh negara pun demikian pula sama. Selain harus berjuang melawan wabah, masyarakat juga berjuang untuk bertahan hidup. Karena di masa pandemi banyak pekerja yang di PHK (pemutusan hubungan kerja) dengan alasan industri tidak bisa menggaji para karyawan dengan semestinya. Perdagangan global yang mengalami kerugian cukup besar pada awal masa pandemi di tahun 2020 menjadi sebab kelonjakan penurunan ekonomi negara. Pemerintah berusaha untuk mengembalikan ekonomi Indonesia menjadi normal dengan segala upaya. Kelonjakan terjadi diakibatkan oleh di tutupnya tempat umum seperti tempat wisata, taman hiburan, tempat perbelanjaan, alat transportasi yang tidak digunakan dan tempat umum lainnya yang mengakibatkan tidak adanya aktivitas transaksi terjadi.
ADVERTISEMENT
Ketika pemerintah menerapkan PSBB (pembatasan sosial berskala besar) sehingga terpaksa menutup semua tempat dan masyarakat diharuskan untuk melakan karantina diumah masing-masing. Itu lah yang factor yang menyebabkan Indonesia mengalami penurunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 semula diperkirakan sebesar 5,3%, Namun angka ini terkoreksi sebagai dampak pandemi Corona, dan sebagian kalangan memprediksikan pertumbuhan di bawah 2%. Mengingat terjadi ketidakpastian dan prediksi berbeda-beda, serta terjadi fluktuasi kurs USD (peningkatan drastis menjadi Rp 16.000 p-er USD pada awal April 2020), maka penulis memilih untuk mengabaikan kedua faktor tersebut, yakni pertumbuhan ekonomi Januari-April 2020 dan kurs USD pada masa krisis. Sehingga angka PDB yang digunakan pada tulisan ini adalah acuan 2019.
Pada kuartal I, ekonomi memang masih menggeliat meski melambat. Pada Januari-Februari, ketika COVID-19 di Cina mulai menghantui perekonomian global, geliat ekonomi masih ada. Aktivitas ekonomi mulai melambat ketika kasus konfirmasi positif pertama kali diumumkan Presiden Joko Widodo, 2 Maret 2020. Memasuki kuartal II, perlambatan ekonomi makin terasa, apalagi setelah diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). DKI Jakarta merupakan wilayah yang pertama kali menerapkannya, yakni pada 10 April. Hanya beberapa sektor yang masih boleh dibuka selama PSBB. Aktivitas lain yang melibatkan kumpulan orang dalam jumlah yang banyak dilarang. Sekolah tatap muka diganti dengan school from home, pekerja sebagian besar melakukan work from home. Penerbangan dan jalur kereta api ditutup. Idulfitri yang biasanya dimeriahkan dengan mudik, dan menjadi penopang pergerakan ekonomi, kali ini sepi. Inilah yang kemudian menyebabkan sektor transportasi mengalami kontraksi terparah selama kuartal II. BPS mencatat, transportasi dan pergudangan mengalami kontraksi hingga 30,84%. Sektor ini memberikan sumbangan sebesar 3,57% PDB. Dari detail lapangan usaha, angkutan udara dan rel menjadi sektor terparah dengan kontraksi 80,23 persen dan 63,75 persen.
ADVERTISEMENT
Ekonomi Negara memang tergantung bagimana perputaran uang bisa dilaksanakan. Jika industri dipaksa untuk berhenti beroperasi lalu bagaimana nasib para pekerja. Covid-19 memang sangat merugikan bagi semua orang, akan tetapi pemerintah harus bisa membuat strategi agar ekonomi Negara juga tidak turun, yang membuat semakin resah masyarakat. Pemerintah berusaha untuk mengembalikan keadaan ekonomi agar tetap stabil. Kemudian pemerintah memanfaatkan pandemi untuk melalukan reformasi struktural. reformasi struktural merupakan upaya pemerintah memperbaiki fondasi-fondasi ekonomi Indonesia. Pemerintah akan menggunakan berbagai tool seperti APBN bersama dengan tool reformasi struktura. Dari program reformasi struktural ini ada beberapa hal yang harus diprioritas atau difokuskan yaitu pengembangan SDM, pembangunan infrastruktur, deregulasi, debirokratisasi, dan mentransformasikan ekonomi.
Kita sangat berharap wabah Covid-19 segera hilang dan dunia segara membaik kembali. Semua kembali normal dan tidak ada yang harus mersakan kerugian kembali. Karena sudah hampir setahun wabah ini belum hilang juga. Kita hanya bisa berdoa dan berharap agar selalu sehat dan baik-baik saja.
ADVERTISEMENT
SUMBER:
https://tirto.id/dahsyatnya-dampak-pandemi-penyebab-kontraksi-ekonomi-ri-fVSV
https://jurnal.umj.ac.id/index.php/baskara
https://www.liputan6.com/bisnis/read/4448452/pandemi-covid-19-masih-jadi-tantangan-utama-pertumbuhan-ekonomi-di-2021