Konten dari Pengguna

Drama Musikal Roro Jonggrang Sebagai Pelestarian Warisan Legenda Tanah Jawa

Ulfa Azhari Ramadhan
saya merupakan mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, kegemaran saya membaca sastra dan menonton film diwaktu luang.
16 November 2024 18:48 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ulfa Azhari Ramadhan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pada kesempatan ini, saya terundang ke dalam kisah jejak-jejak cinta dan pengkhiatan Roro Jonggrang dengan sentuhan lantunan melodi yang menggelora di tengah megahnya lapangan sekolah SMA Negri 76. Di tangan anak-anak XI-3 kisah ini hidup dan menggema dalam setiap adegannya.
adegan Bandung Bondowoso melamar Roro Jonggrang. Sumber foto: dokumen pribadi
zoom-in-whitePerbesar
adegan Bandung Bondowoso melamar Roro Jonggrang. Sumber foto: dokumen pribadi
Ketika narator mulai meniupkan kisah, siswa-siswa bersimpuh dalam kedamaian mencoba menganyam ketenangan hingga menyelami dunia Roro Jonggrang. Dentuman langkah Bandung Bondowoso memasuki ruang gendang telinga, menyusuri watak keangkuhan dirinya dikala menghampiri Prabu Baka untuk meminta menyatukan jiwa dirinya yang sakti dan jiwa Roro Jonggrang yang ayu rupawan dalam ikatan tali yang tidak terpisahkan tetapi bukan persetujan yang didapatkan melainkan peperangan yang menumpahkan darah Prabu Baka.
ADVERTISEMENT
Langit biru berawan membawa Roro Jonggrang menari dengan balutan pakaian hijau menyegarkan sebagai simbol keindahan dari kerajaan yang memiliki tanah subur dan sier dikepalanya bagaikan mahkota sang dewi di bawah bayangan dayang -dayangnya dengan pakaian merah yang memikat dan selendang kuning melilit anggun di pinggangnya. Tapak demi tapak mereka, gemulai lembut tubuh mereka menyatu dengan irama yang abadi.
Bandung Bondowoso semakin bergairah ingin sepenuhnya memiliki jiwa raga Roro Jonggrang. Lamaran Bandung Bondowoso kepada Roro Jonggrang: "Wahai Roro Jonggrang nan cantik jelita, kecantikanmu melebihi separuh nirwana, Aku ingin memilikimu seutuhnya, maukah dikau menjadi permaisuriku."
Iringan alunan melodi musik semakin mengusik adegan perang batin Roro Jonggrang kepada Bandung Bondowoso dan dirinya teringat akan ayahnya yang dibunuh oleh Bandung Bondowoso. Di bawah bayangan dayang-dayangnya Roro Jonggrang meluapkan badai kemarahannya. Pada akhirnya Roro Jonggrang melambungkan bisikan persyaratan kepada Bandung Bondowoso "Bandung Bondowoso jika kamu tetap ingin mempersuntingku ada satu syarat buatkan aku 1000 candi dalam satu malam. Apakah kamu sanggup Bandung Bondowoso?."
ADVERTISEMENT
Gelombang bisikan Roro Jonggrang terdengar mudah dihadapan Bandung Bondowoso yang memiliki kekuatan supranatural. Ritual memanggil makhluk lain yang berbeda alam dengan sebutan jin mulai dilakukannya, pembangunan aransemen candi mulai terlihat.
Roro Jonggrang terlilit rasa gelisah dalam dirinya. Dengan cepat Roro Jonggrang menyuruh seluruh pembantu istananya menumbuk lumbung padi sehingga ayam berkokok menandakan waktu Bandung Bondowoso telah habis. Ayam berkokok dusta itu telah membangkitkan amarah Bandung Bondowoso yang sedang dirundung penghianatan Roro Jonggrang sebagai pembalasannya Bandung Bondowoso mengutuk Roro Jonggrang sebagai arca pelengkap candinya.
Drama musikal yang dipersembahkan oleh anak kelas XI-3 ini sangat memanjakan Indera penglihatan saya dan dapat menjadi media penyampaian pelesratian warisan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia berupa legenda Roro Jonggrang dari tanah jawa.
ADVERTISEMENT