Konten dari Pengguna

Dari Kamar Kos ke Jurang Hitam

Ulfa Choirotul azizah
Saat ini, saya sedang mengejar gelar sarjana di Universitas Jember dalam program studi Pendidikan Sejarah. Saya memulai perjalanan pendidikan pada tahun 2022. Sebagai seorang mahasiswi, saya berusaha untuk meraih prestasi akademik dan Softskill diri.
8 Agustus 2024 7:37 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ulfa Choirotul azizah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber: Koleksi pribadi
zoom-in-whitePerbesar
sumber: Koleksi pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tulisan ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai potensi dampak negatif bagi mahasiswa yang memilih untuk ngekos. Perlu diingat bahwa tidak semua mahasiswa akan mengalami hal-hal negatif ini; banyak juga yang berhasil memanfaatkan masa ngekos untuk berkembang dan mencapai tujuannya. Memilih ngekos saat kuliah adalah keputusan besar yang dapat memberikan banyak manfaat seperti kemandirian dan pengalaman hidup yang lebih luas. Namun, terdapat juga sejumlah risiko dan dampak negatif yang perlu diperhatikan, seperti pergaulan bebas yang berujung pada praktik asusila, penyalahgunaan alkohol, dan obat-obatan. Lingkungan kos yang cenderung lebih bebas dibandingkan rumah orang tua dapat memicu pergaulan bebas. Bebasnya akses terhadap lawan jenis, kurangnya pengawasan, dan tekanan teman sebaya dapat mendorong mahasiswa untuk terlibat dalam hubungan seksual yang tidak sehat atau bahkan praktik prostitusi. Memilih untuk ngekos saat kuliah merupakan keputusan besar yang dapat memberikan banyak manfaat, seperti kemandirian dan pengalaman hidup yang lebih luas. Namun, di balik itu semua, terdapat sejumlah risiko dan dampak negatif yang perlu diperhatikan, terutama terkait pergaulan bebas, penyalahgunaan alkohol, dan obat-obatan. Pergaulan Bebas Lingkungan kos yang cenderung lebih bebas dibandingkan rumah orang tua dapat memicu pergaulan bebas. Beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain: Kurangnya pengawasan: Tanpa pengawasan orang tua, mahasiswa cenderung lebih leluasa dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Tekanan teman sebaya: Dorongan untuk mengikuti tren atau dianggap keren oleh teman sebaya dapat membuat mahasiswa terjebak dalam perilaku yang tidak sehat. Kurangnya pengetahuan: Minimnya pengetahuan tentang seksualitas, kesehatan reproduksi, dan dampak negatif perilaku seksual yang tidak bertanggung jawab dapat membuat mahasiswa mengambil keputusan yang berisiko. Penyalahgunaan Alkohol dan Obat-obatan Lingkungan kos juga seringkali menjadi tempat penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan. Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap masalah ini adalah: Stres akademik: Beban kuliah yang berat dapat memicu stres yang kemudian dicari jalan keluarnya melalui konsumsi zat-zat adiktif. Ketersediaan: Alkohol dan obat-obatan terlarang relatif mudah ditemukan di sekitar lingkungan kampus. Tekanan teman sebaya: Dorongan dari teman sebaya untuk mencoba-coba alkohol atau obat-obatan dapat menjadi pemicu. Dampak Negatif Praktik asusila, penyalahgunaan alkohol, dan obat-obatan dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, seperti: Kerusakan reputasi: Terlibat dalam aktivitas yang melanggar norma sosial dapat merusak citra diri. Masalah kesehatan: Penyalahgunaan zat adiktif dapat menyebabkan gangguan kesehatan fisik dan mental. Kegagalan akademik: Konsentrasi belajar terganggu sehingga berdampak pada prestasi. Masalah hukum: Terlibat dalam tindakan kriminal dapat berurusan dengan pihak berwajib. Pencegahan Untuk mencegah terjadinya hal-hal negatif tersebut, diperlukan upaya dari berbagai pihak: Orang tua: Memberikan pendidikan seksualitas yang benar dan tetap memberikan perhatian meskipun anak sudah kuliah. Lembaga pendidikan: Mengadakan program edukasi tentang bahaya seks bebas, penyalahgunaan alkohol, dan obat-obatan. Komunitas: Menciptakan lingkungan yang kondusif dan mendukung mahasiswa untuk hidup sehat dan produktif. Pentingnya Dukungan Lingkungan Lingkungan kos yang positif dan suportif dapat menjadi benteng bagi mahasiswa untuk menghindari perilaku berisiko. Mahasiswa perlu memilih teman kos yang baik, aktif dalam kegiatan positif, dan saling menjaga satu sama lain. Selain itu, keberadaan pengurus kos yang bertanggung jawab juga sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman. Kesimpulan Ngekos memang menawarkan banyak kebebasan dan pengalaman baru, namun mahasiswa perlu bijak dalam memanfaatkannya. Dengan kesadaran akan potensi risiko dan upaya pencegahan yang tepat, mahasiswa dapat menjalani masa kuliah dengan baik dan mencapai prestasi maksimal.
ADVERTISEMENT